33 | YOU'RE MY SISTER

2.5K 287 8
                                    

"Kenapa duduk di sini sendirian?" Sharma mendongak menatap Sean yang menegurnya. Pria itu pun ikut duduk di dekatnya yang saat ini berada jauh dari keramaian halaman rumah kakak sepupu mereka yang sedang merayakan ulang tahun putra pertama mereka yang keempat sekaligus acara baby shower anak kedua mereka.

Acara yang sangat meriah dan juga heboh. Seheboh Megumi seperti biasanya ditambah Aunty Via dan Uncle Anis yang tak kalah heboh.

"Lo udah mau balik besok?" tanya Sharma pada Sean. Kakaknya itu mengangguk pelan karena sedang menyeruput minuman dingin. Lalu tersenyum geli ke arahnya membuatnya mendengus pelan, memilih menatap ke arah orang-orang yang sedang bersuka cita. Menatap Ayah dan Bunda sama bahagianya dengan pemilik acara.

"Bang, lo gak kasian ama Ayah dan Bunda?"

"Hah? Ngapain kasian?" tanya Sean tidak mengerti. Kini ikut menatap orang tua mereka yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi sedih yang membuatnya harus merasa kasihan. Malah orang tua mereka terlihat begitu bahagia, meski bukan anak mereka yang hamil pun bukan cucu mereka yang berulang tahun.

"Ayah sama Bunda pasti iri sama Aunty Via dan Uncle Anis yang udah punya cucu ditambah tiga bulan lagi Kak Gumi bakal melahirkan anak kembar. Sedangkan mereka, lo cuma sibuk ngebucin doang gak mau nikah."

Seperti biasa jika mereka mengobrol pasti ujung-ujung bertengkar. Sean berdecak kesal mendengar perkataan Sharma. "Zidny belum mau nikah."

"Makanya lo cari cewek yang gak ambis kayak Zidny dong. Kalau lo nunggu dia sampai selesai spesialisnya, gimana dong? Keburu lo bosen tau gak." cibir Sharma menatap ekspresi Sean yang kini suram. "Jangan mentang-mentang Zidny cantiknya kebangetan bikin lo gak bisa pisah dari dia."

"Kok lo nyuruh gue sih putus dari Zidny?" protes Sean kesal. Memang, semenjak ia menjalin hubungan dengan Zidny, Sharma tidak pernah menyukai.

Sharma mengendikkan bahu malas. "Kalau lo sampai nikah sama dia. Pasti keluarga lo bakal perfect banget." Sharma memeluk kedua kakinya yang ia tekuk.

Sean mendengus geli. Ia mengacak rambut Sharma membuat Sharma mendelik kesal, "Gak usah iri sama hubungan Abang. Lo pasti juga bakal punya keluarga yang perfect kalau nikah sama Re."

Sharma kembali mendengus kesal, ia menepis tangan Sean.

Tatapan Sharma tertuju pada Regan yang juga hadir. Pria itu sedang meladeni Mauri yang sedang merengek entah hal apa. Regan memang pria yang cuek dan tidak akan segan bertindak kasar jika diganggu. Tapi, jika dengan orang tersayang, sangat berbeda. Bahkan meladeni dengan lembut.

"Lo mau punya adik ipar kayak Mas Re?" Pertanyaan Sharma yang bernada malas membuat Sean tertawa. Ia dan Regan hanya beda setahun, kalau saja mereka tak kenal dari kecil, sudah pasti mereka tidak akan akrab dan tidak akan menyarankan adiknya untuk menikah pria itu. Karena pria itu begitu kaku, sangat persis dengan Daddy-nya.

"Kalian kan saling cinta. Gak usah gengsi kali. Kenapa gak balikan aja sih?"

"Lo kenapa sih kepo banget sama kehidupan pribadi gue?" ujar Sharma sinis merasa risih dengan Sean yang kepo.

"Ya mau jadi kakak yang baik. Kayak Ayah yang sampai sekarang ini masih perhatian banget sama Aunty Via." Tatapan mereka tertuju pada Ayah yang kini mengambil air minum lalu diberikan pada Aunty Via yang sedang duduk. Meski telah memasuki usia senja dan telah memiliki pasangan, tapi Ayah masih saja memperlakukan Aunty Via bagai adik kecilnya. Jika Aunty Via mulai mengomel, apalagi jika Ayah membuat kesalahan, maka posisi Ayah tidak akan seperti seorang kakak, melainkan seorang adik.

"Tapi gue bukan adik lo," ujar Sharma pelan membuat Sean menoleh menatap Sharma. Ia menghela nafas pelan.

"Masih aja lo inget perkataan gue waktu itu, Dek." Sean menghela nafas pelan. Saat itu emosi melanda dirinya sehingga melontarkan kalimat yang menyakiti Sharma. Meski Sharma bukan adik kandungnya, tidak seharusnya ia berkata seperti itu bukan? Mengingat kondisi mental Sharma yang tidak sehat.

I HATE PERFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang