10 | SI MANTAN MENYEBALKAN

3.2K 343 16
                                    

Kening Sharma mengernyit saat mendengar suara berisik yang mengganggu tidurnya. Segera ia membuka mata lalu meraih ponselnya yang berada di dekat bantal.

Hal yang pertama ia lihat adalah jam di layar ponselnya membuatnya terkejut, apalagi saat melihat nama Regan yang menelepon.

Segera menjawab panggilan pria itu, "Halo Mas Re." Suaranya serak karena baru bangun, segera turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Tidak lupa mengaktifkan pembesar suara di ponselnya.

"Kamu di mana?"

"Di apartemen temen."

"Kenapa belum pulang? Bukannya kamu mau ikut ke Jakarta? Dari tadi Sean ngomel."

Sharma berdecak pelan, apalagi saat mendengar suara Sean yang mengomel. "Iya-iya! Gue pulang sekarang!"

"Biar aku jemput. Kirim alamat apartemen temenmu," sahut Regan di seberang.

Sharma segera memutus panggilan lalu mengirim lokasi. Keluar dari kamar mandi dan meraih tasnya. Gara-gara kekenyangan, ia mengantuk dan tertidur.

Keluar dari kamar tamu apartemen Benja tersebut. Mencari pria itu yang tidak ia temukan.

"Ben!"

Beberapa kali Sharma memanggil Benja tapi tidak ada sahutan pria itu. Segera ia menghubungi Benja dan bersamaan dengan pintu apartemen pria itu terbuka.

"Dari mana?" tanya Sharma. Tatapannya tertuju pada dua tas belanja di tangan pria itu.

"Belanja buat makan malam. Lo mau pulang?"

"Iya. Hari ini gue mau balik ke Jakarta. Ya udah gue balik dulu ya. Bye-bye." Sharma berjinjit, mengecup pipi Benja. Tidak lupa mengukir senyuman manis.

Hendak berlalu, tapi Benja menahan tangannya.

"Gue anterin."

"Eh enggak usah. Ada yang jemput kok." Setelahnya Benja membiarkan Sharma keluar. Berjalan menuju ke ruang tengah. Menaruh tas belanjaannya di atas meja.

Berarti sia-sia saja dia belanja?

Tatapannya tertuju pada sweater Sharma di sofa, segera ia meraihnya lalu keluar dari unitnya. Turun ke lobi.

Menemukan Sharma yang berdiri di teras lobi.

"Sharma!"

Sharma menoleh menatap Benja yang menghampirinya seraya membawa sweater-nya.

"Duh kelupaan gue." Sharma menyengir seraya meraih sweater dari tangan Benja. "Eh tapi bisa aja sih lo simpen dulu. Siapa tau aja lo kangen gue terus bisa deh peluk nih sweater."

"Pede banget lo." Keduanya tertawa.

Hingga mobil Sharma yang dikendarai Regan berhenti tepat di depan mereka.

Pria itu turun dari mobil, menatap tanpa ekspresi Sharma dan Benja. Lalu membuka pintu untuk Sharma.

Sharma mendelik pada Regan. Tumben sekali pria itu bertingkah manis seperti ini?

"Gue balik dulu ya. Bye." Benja mengangguk pelan menatap Sharma yang naik ke mobil lalu pria yang menutup pintu mobil itu menatapnya sejenak kemudian menyusul Sharma naik ke mobil.

Itu Regan, kan? batinnya. Agak ragu. Karena selama ini ia hanya melihat lewat foto sepupunya itu. Itu pun hanya sekilas jika Mama mengenalkannya pada anggota keluarganya.

Karena Benja malas mengenal anggota keluarganya. Yang mengasingkan orang tuanya, bahkan ia yang tidak tau apapun ikut diasingkan.

Sementara itu di dalam mobil terjadi keheningan. Sharma sibuk menatap keluar jendela, sedangkan Regan yang fokus menyetir, tapi sesekali melirik Sharma.

I HATE PERFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang