26 | KEBERSAMAAN

2.4K 278 9
                                    

Sharma hanya memutar bola mata usai mendengar candaan garing dari Zian dan Kalee, sementara Nora tertawa pelan. Lama tidak bertemu membuat Sharma sedikit pangling pada Nora. Gadis yang dulunya lebih pendek darinya kini lebih tinggi. Badannya yang dulu kurus, kini gemuk. Rambut pendek sebahu berwarna hitam legam, sangat halus. Juga wajah Nora yang terlihat lebih dewasa dari lima tahun yang lalu.

Nora yang cerewet tidak ada lagi, wanita itu sangat kalem. Sangat mirip dengan Maminya.

Kalau saja tidak tau masa kelam Nora, sudah pasti Sharma iri pada wanita itu.

"Emang segalak itu?" tanya Nora pada Kalee saat pria itu menceritakan sosok dosennya yang galak.

"Udah galak pelit kasih nilai lagi. Gak ngertiin mahasiswa yang begadang bahkan gak tidur sampe pagi buat nyelesein tugas," ujar Kalee menggebu-gebu. Menjadi mahasiswa teknik aristek membuatnya nyaris tidak pernah memiliki waktu libur, bahkan saat semua orang libur semester, ia masih keluyuran di kampus karena tugas.

"Ya siapa suruh lo ambil jurusan itu? Udah tau bakal sibuk banget. Gak usah ikut-ikutan bokap dan dua kakak lo. Emang mereka pinter, gak kayak lo begonya sampai ke tulang-tulang," ejek Sharma membuat Kalee mendengus kesal. "Kebanyakan main ama Zian sih makanya goblok."

"Eh gue dari tadi diam deh, kena mulu gue," gerutu Zian kesal. "Gak gue restuin hubungan lo dan Mas Re, baru tau rasa."

"Gue gak butuh restu lo kali," Sharma memutar bola mata malas.

"Lo masih pacaran sama Mas Re?" tanya Nora yang langsung mengambil alih perhatian Sharma.

Sharma hanya tersenyum lebar membuat Kalee dan Zian memasang gestur seakan ingin muntah.

"Oh Zelo kok gak ke sini?" Kembali Nora bertanya mencari salah satu teman masa kecilnya. Empat tahun tinggal di Bali dan selama hampir setahun ini berada di salah satu kota kecil di Prancis, Èze. Pertemuan ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lima tahun lamanya dan tidak pernah berkomunikasi karena Nora yang begitu tertutup usai insiden lima tahun yang lalu.

"Lagi pacaran dia," sahut Zian.

"Makanya lo berdua juga punya pacar biar gak kelibatan iri sama orang pacaran. Ah jangan-jangan lo berdua belok, ya? Ngaku lo," ujar Sharma menunjuk Zian dan Kalee. Tawa pelan meluncur keluar dari mulutnya.

"Kalau kita gak normal, kita pasti  pacaran." Kalee langsung menatap horor Zian yang tertawa lalu menoyor kepala Zian yang sudah berkata tidak-tidak. Meski hanya satu kali pacaran, Kalee masih normal. Mungkin Zian yang mendekati tidak normal karena tidak pernah pacaran juga tidak pernah mengatakan sedang menyukai seorang wanita.

"Zian kuliah ambil jurusan apa? Jadi kayak Mas Re, gak?" tanya Nora. Ingin tau semua tentang kehidupan teman-temannya.

"Enggak lah. Dia kan goblok." Sharma yang menjawab membuat Zian mendelik kesal. Nora tertawa kalem.

"Gue ambil fotografi. Biar nanti bisa nerusin bisnisnya nyokap gue. Terus ganti namanya Mauri Photography jadi Grazian Photography. Gimana? Cakep, kan?" Zian tertawa. "Kalau Nora mau difotoin gue bisa kok."

"Gak usah modus lo." Kalee menendang pelan kaki Zian membuat Zian tertawa.

Nora sendiri hanya tersenyum tipis dan Sharma menatap wanita itu. "Ra, lo udah gak trauma sama laki-laki?"

Pertanyaan Sharma mendapat pelototan dari Kalee dan Zian. Sharma sendiri hanya menaikkan satu alisnya.

"Gak kok. Kalau masih, gue gak bakal mau ketemu Zian dan Kalee," jawab Nora tersenyum tipis membuat kedua pria itu bernafas lega.

"Kalau laki-laki yang gak lo kenal? Maksud gue yang baru ketemu sama lo?"

"Shar, stop. Jangan bikin Nora gak nyaman!" tegur Kalee. Ia tidak ingin membuat Nora nantinya mengingat masa lalu jika Sharma terus menerus membicarakan hal yang ditakuti Nora.

I HATE PERFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang