IPA atau IPS

330 51 5
                                    

Hanan menguap lebar, tanda ia tak berminat sama sekali dengan pelajaran yang di terangkan di depan.

Matematika minat, pelajaran yang paling Hanan benci, Hanan tak minat dengan pelajaran itu.

"Aih diem ngapa Han? Napas lu bau jigong dinosourus" Nando yang duduk di sebelah Hanan menggeplak pelan kepala Hanan, Hanan hanya cengengesan.

"Lu pokus amat, paham lu?" Hanan bertanya kepada Nando, Nando menatap Hanan lalu tertawa pelan.

"Ya kagak lah!" Hanan mendengus, ia memilih untuk mencoret-coret bukunya. Tak lama ia menghela napas panjang, membuat Nando melirik Hanan.

"Kadang gue ngerasa salah jurusan, gue pengen pindah ke IPS, IPA bikin gue mumet tujuh keliling" Hanan menenggelemkan kepalanya di lipatan tangan.

"Lo pikir gue enggak? Tapi mau gimana lagi? Papa nyuruh gue masuk IPA, walaupun gue gak suka sama sifat dia, tapi dia tetep bapak gue, gue tetep harus hormat sama dia" Nando ikut terdiam setelah mengatakannya.

"Kadang gue heran, kenapa orang-orang selalu berfikir, IPA itu tempatnya orang-orang pinter? Padahal lo IPA tapi goblok" Hanan menggeplak kepala Nando, Nando hanya tertawa pelan.

"Terus orang-orang juga berfikir, IPS itu tempatnya orang bodoh, kalau lo pinter, lo pasti masuk IPA, padahal IPA, IPS, Bahasa, itu ada untuk sebuah pilihan, manusia di bebasin mau milih kesukaan mereka, bukan sebagai pemisah kepintaran, lagi pula, anak IPA gak selalu sukses kok, banyak anak IPS yang berhasil bikin usaha sendiri, dan gak sedikit juga, anak IPA tapi terkungkung di bawah tangan tuannya, huft, pikiran orang-orang masih kuno" Hanan di dalam hati membenarkan ucapan Nando.

"Berarti lo minat masuk IPS?" Nando mengangguk. "Kenapa gak pindah aja?" Nando tertegun, lalu menggeleng.

"Lo gila? Udah kelas 12 anjir, mana bisa pindah, lagian, ada orang yang bilang sama gue, kalau udah terlanjur nyebur itu, berenang, bukan diem, dan ngebuat lo tenggelem, di tengah luasnya lautan".

"Kenapa gak balik lagi ketepian?" Nando terdiam memandang papan tulis yang tak lagi putih sepenuhnya, disana terpampang jelas angka-angka yang membuat kepala pening seketika.

"Terus mau membuat diri kita lebih tertinggal dari orang lain?"

~*~

"Gue bingung, bagusan IPA atau IPS sih? Bingung mau ambil jurusan kuliah apa, bagusan yang berhubungan sama IPA atau linjur aja ke jurusan IPS?" Hanan kembali mempertanyakan hal yang sama saat di rumah singgah.

"Lah lu pengen nya jurusan Apa??" Juan bertanya, Hanan menggeleng, tak tahu.

"Jadi lu gak tau mau jadi apa?" Hanan kembali menggeleng. Membuat Jeffry yang ada di sebelahnya menggeplak kepala Hanan.

"Tapi serius bang, gue itu bingung, gak tau, jujur gue ngerasa salah di IPA, walaupun gue udah kelas 12, tapi perasaan salah jurusan masih meluk gue, tapi kalau linjur, emang bisa lolos ya?" Jony tertawa mendengar ucapan Hanan, ia tau bagaimana perasaan Hanan, merasa salah jurusan, ingin pindah, tetapi merasa tak akan bisa untuk pindah.

"Lo inget kenapa tiga tahun  yang lalu, waktu lo daftar ulang, dan ngisi formulir jurusan, lo milih jurusan IPA?" Hanan mengangguk cepat, ia tak mungkin lupa akan hal itu.

"Ya inget lah, gue mau jadi dokter hewan, biar bisa nolongin hewan-hewan yang sekarat di luar sana" Tyo menjentikkan tangannya, saat mendengar jawaban Hanan.

Bukan tanpa alasan Hanan memiliki cita-cita untuk menjadi dokter hewan, Hanan hanya menyukai hewan, dan saat melihat hewan-hewan yang mati karna keegoisan manusia membuat dirinya merasa marah.

Hanan marah karna merasa tak bisa menyelamatkan hewan-hewan malang itu, setiap Hanan akan membawa hewan-hewan itu ke dokter, saat dijalan pasti mereka menemui ajalnya, Hanan hanya ingin menjadi dokter hewan, agar ia dapat langsung memberikan pertolongan pertama, tak perlu bersusah payah membawanya ke klinik hewan, Hanan benar-benar hanya ingin melakukan itu dimasa depan, tak lebih.

"Lo tau kan sekarang jawabannya apa? Udah ah, udah kelas 12, masih ngerasa salah jurusan, dulu pas kelas 10 bisa ganti jurusan, ngapa gak pindah? Sekarang lo cuman harus belajar bener-bener biar bisa lulus SB" Hanan menghela napas lagi, apa jalannya ini sudah benar? Hanan bertanya-tanya didalam hati.

"Tapi emang gue bisa ya ngewujud in nya? gue cuman punya otak pas-pasan gak ada yang bisa gue jadiin pegangan untuk masuk perkuliahan" Yuda menepuk pundak Hanan dua kali.

"Ya bisa lah? Kun fayakun ucapnya pasti bakal terkabul, lagi pula emang kenapa sih sama nilai pas-pasan? Lo takut gak masuk negri? tinggal masuk swasta, lo takut gak ada biaya? ada kami, delapan abang lo yang bakal nge back up lo dari belakang, sekarang tugas lo cuman ngelakuin yang terbaik, gue yakin, nanti lo pasti bakal lulus dengan gelar dokter hewan" mau tak mau, Hanan tersenyum 

destroyed [Dream 00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang