Nando terduduk, terdiam di makam sang Mama. Nando rindu Mama, sejak kejadian Nando yang bertengkar dengan Papanya, Nando rutin datang ke makam sang Mama setiap hari, setelah pulang sekolah Nando akan membeli setangkai mawar dan meletakkannya di makam Mama.
"Ma? Nana kangen Mama" Nando tertawa lirih, Nana adalah nama kecil nya, pemberian dari sang Mama. Nando tak pernah mau memakai nama itu lagi, dan nama itu, tak pernah lagi terdengar setelah Mamanya meninggal karna kecelakaan, Mamanya meninggal ditempat saat itu.
"Mama mungkin muak dengerin Nana yang selalu ngomong kalau Nana kangen Mama, tapi kenyataannya gitu Ma, Nana selalu ngerasa kurang, karna gak ada Mama disamping Nana, yang bakal ngedukung Nana, oh ya Ma, Nana juga kangen sama Abang, Mama sama Abang lagi ngapain?" Nando mengusap nisan Mamanya, lalu mengecup nisan itu perlahan, membayangkan jika ia sedang mencium kening Mamanya.
"Nana sebel sama Papa, padahal Nana udah bilang, Nana gak mau punya Mama baru, tapi dia gak mau dengerin, tiap hari pasti adaaaaaa aja cewek yang dateng ke rumah" Nando melirik jam di tangannya, masih jam setengah lima, ia masih memiliki waktu untuk bercerita.
"Emang salah ya Ma, kalau Nana gak mau punya Mama baru? kan gak ada yang bisa gantiin Mama, tapi Papa keras kepala" Nando mengerucutkan bibirnya kesal.
"Eh tapi Ma, Papa tadi bilang, Nana bisa ngasih syarat sama Papa, kriteria Mama baru yang Nana mau kayak apa, kalau seandainya, Nana nulis semua tentang Mama boleh gak? kan gak ada orang yang kayak Mama, ya kan Ma? Gak akan ada orang kayak Mama, gak akan ada orang yang bisa masak seenak Mama, gak ada orang yang bakal sayang sama cerry kayak Mama, gak akan ada juga yang sayang sama Nana, kayak Mama" Nando terdiam cukup lama.
"huft udah sore Ma, Nana pulang dulu ya? kapan-kapan Nana kesini lagi" Nando mengusap kembali nisan sang Mama lalu pergi dari sana.
Nando pergi dari tanah pemakaman ia pergi menuju satu tempat, panti asuhan pemimpi.
~*~
"Hadeh Jinan, kamu itu nungguin siapa sih? nungguin kakak gak jelas itu? mending kamu masuk deh, udah mau maghrib, dia gak akan dateng Jinan" anak berusia dua belas tahun itu menatap teman sebayanya nyalang.
"Iihhhhhhh kamu diem aja deh! Kak Nando janji kok bakalan datang hari ini, Jinan mau nungguin" bocah yang di panggilan Jinan itu mendengus sebal, ia yakin Nando akan datang menemuinya, dan mengajak nya bermain.
"Ck itu tuh cuman biar kamu diem dan pergi dari hadapannya, apasih yang bisa kita harapin sama orang-orang di luar sana? gak ada Jinan! seharusnya dari kisah hidup mu sendiri, kamu bisa belajar, kalau gak ada manusia yang bisa di percaya, kakak itu cuman bohongin kamu! seharusnya kamu sadar! kalau emang dia mau dateng, seharusnya dia dateng dari tadi, dan gak buat kamu nunggu di luar sampai kedinginan kayak gini" bocah itu menunduk, terbayang bagaimana ia disiksa oleh Paman dan Bibinya, dan bagaimana perihnya diusir dari rumah karna masalah sepele, padahal itu adalah rumah peninggalan almarhum orang tua Jinan! Saat kejadian itu Jinan masih berusia sepuluh tahun, masih terlalu kecil untuk merasakan ditinggal untuk selama oleh orang tua, dan diasuh oleh keluarga yang hanya menginginkan harta. Jinan menghela napas, Jinan yakin, tak mungkin Nando menghianati ucapannya, Nando itu orang baik, iya kan?
"Tapi Kak Nando udah bantuin Ji, dia ngasih Ji makan, ngasih Ji baju baru jugak, Kak Nando itu orang baik!" Jinan masih bersikeras, tak mau mengalah sama sekali.
"Halah, kalau dia orang baik dia gak akan nganterin kamu kesini! dia bakal ngerawat kamu! dia udah buang kamu Jinan!" Jinan terdiam.
"Sekarang ayo masuk! mau hujan, nanti kamu kedinginan, kamu kan mudah sakit, kasihan ibu panti kalau harus ngurusin kamu yang sakit terus" Jinan menatap boneka kelinci kecil di genggamannya, itu dari Nando.
"Jinan?" Jinan menyunggingkan senyuman yang lebar lalu memutar tubuhnya.
"KAK NANDO!"
~*~
"Ji kira, Kak Nando gak akan datang! Ji senang kakak datang hehehhe" Nando mengusap kepala Jinan gemas.
"Kakak gak akan ngelupain janji kakak sama Jinan, kakak tadi ada urusan sedikit, jadi terlambat kesini, Jinan kenapa diluar hmm? besok-besok kalau mau nungguin kakak, di dalam aja ya? kasihan nanti kamu kedinginan" Jinan mengangguk, ia kembali memeluk Nando, dan menjulurkan lidahnya ke arah temannya.
"Kak Nando dateng wleeeee" ucap Jinan tanpa suara, yang membuat temannya mendengus sebal.
"Oh ya, ini Kak Nando bawakan martabak coklat keju kesukaan Jinan, kakak bawa banyak, jadi nanti bagi sama temen-temennya ya?" Nando menyerahkan 10 kotak martabak kepada Jinan, Jinan mengangguk, Nando tersenyum tipis, masih teringat jelas di kepalanya, bagaimana ia menemukan Jinan di tepi jalan, Jinan basah kuyup waktu itu. Nando pun membawa Jinan pulang, menggantikan baju Jinan, lalu memberinya makan. Yang membuat Nando ingin menangis, saat Nando bertanya rumah Jinan dimana? Jinan hanya diam, lalu menjawab gak ada Kak, Jinan gak punya rumah. Nando ingin merawat Jinan, tapi Papanya tak mengizinkan, sedangkan ia belum cukup umur untuk mengadopsi Jinan, membuat Nando terpaksa mengantarkan Jinan ke panti asuhan, dan berjanji, saat ia sudah legal dan memiliki banyak uang, ia akan membawa Jinan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
destroyed [Dream 00L]
Teen FictionCerita empat sekawan, dengan lukanya masing-masing