"Setelah gue ngeliat trend tiktok, gue baru sadar, ternyata kita sering ngelakuin deep talk, kalau bikin konten tiktok fyp gak ya?" Nando memukul kepala Hanan, yang dipukul hanya tertawa tanpa dosa.
"Bercanda oy, jangan baper" Hanan meminum kopinya yang tersisa setengah, seperti biasa, mereka selalu berkumpul di setiap sore sepulang sekolah, tetapi tidak dengan Jerico, sudah seminggu ia tak pernah menampakkan diri.
"Halah lu tinggal jual tampang, joget-joget gak jelas entar juga fyp" sarkas Abian yang membuat tawa Hanan semakin kencang, ya memang begitu adanya, terkadang Hanan merasa konten dari influencer tiktok tidak ada gunanya.
"Wah wah wah, mas Jerii sudah menampakkan batang hidungnya" Jerico tersenyum tipis lalu duduk dan menelungkupkan kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Abian saat melihat Jerico yang datang dengan muka lelah.
"Capek banget, seminggu pacaran sama MTK" Hanan kembali tertawa mendengar penuturan Jerico.
"Cari pacar tuh yang nyata Jer, ini MTK dipacarin" Nando hanya menggeleng melihat Hanan yang sedang tertawa lepas, Nando berdiri, untuk memesankan Jerico kopi.
Kopi hitam tanpa gula, kopi yang selalu dipesan oleh Jerico jika datang kesini.
"Nan, gue nitip ye, pesenin americano, mau gue bawa ke rumah singgah" Nando menganggukkan kepalanya, sambil membuat pose OK menggunakan jarinya.
"9 kan?" Nando berjalan menuju tempat pemesanan, di Cafe ini, waiters tak akan mendatangi meja pembeli, pembeli yang memesan langsung di tempat pemesanan, waiters hanya mengantarkan pesanan mereka saat sudah jadi.
Tak lama Nando kembali, ia duduk di tempat semula, dan meminum tegukan terakhir kopi miliknya.
"Kemana aja seminggu gak muncul-muncul?" Tanya Nando saat Jerico sudah mulai mendapatkan mood nya. Jerico hanya terkekeh lirih. Menatap keluar jendela, lalu menghela napas kasar.
"Udah dibilang gue pacaran sama MTK, nilai gue ada yang kurang jadi di kurung deh hehe" Mereka tertawa, seolah hal yang diucapkan oleh Jerico adalah sebuah lelucon lucu. Jangan terkejut, kadang mereka tertawa bukan karna hal lucu, tetapi karna mereka merasa hidup mereka terlalu miris.
"Btw Jer, kemarin gue lihat bang Mario kusut banget mukanya, katanya habis ketemu sama lo, lo apain dah?" Jerico terdiam, lalu meminum kopi hitam miliknya yang baru saja di antarkan.
"Kemarin dia nemuin gue, terus maksa buat nganterin ke rumah, dan Papa udah pulang, yah gitu deh, biasa Papa bahas kalau jadi penyanyi gak bakalan bisa sukses" Mereka mengangguk, tanda paham dengan cerita Jerico. Jerico menatap kopinya yang tengah mengepul pertanda kopinya masih panas.
"Gue lagi pusing banget" Abian berkata setelah mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Minggu lalu, gue nemuin Cleon yang hampir aja ikut mabuk-mabuk an, gue takut, gue ngerasa hancur, gue ngerasa jadi abang yang gak berguna banget karna gak bisa ngejagain adik-adik gue dari pergaulan bebas, gue ngerasa gagal ngejagain adik gue, gue kecewa sama diri gue sendiri" Jerico, Nando, dan Hanan terdiam, dari mereka berempat, hanya Abian yang memiliki adik, jadi sejujurnya mereka tidak bisa ikut merasakan bagaimana perasaan Abian.
"Lo gak gagal Bian, gimana ya? Gue emang gak punya adek, cuman gue yakin banget lo abang yang hebat Bian, lo hebat udah bisa ngejagain adik-adik, lo hebat udah mau bertahan sejauh ini, itu bukan salah lo, Cleon masuk remaja, wajar kalau dia penasaran sama hal-hal kayak gitu, dia masih belum tahu mana yang baik, mana yang buruk, tugas lo saat ini, lo harus bisa ngejelasin semuanya pelan-pelan, lo harus bimbing dia biar gak salah jalan, kasih tau kalau yang dia lakuin itu salah, udahlah lo jangan merasa bersalah gitu, lo hebat, inget kata gue, lo abang yang hebat, Bian". Abian tersenyum, memandang Nando yang tengah menatap nya dengan sungguh-sungguh.
"Hah iya Nan, gue bakal inget, dan lo juga gitu ya? Lo juga adik yang hebat, buat abang lo" Nando hanya tersenyum masam mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
destroyed [Dream 00L]
Teen FictionCerita empat sekawan, dengan lukanya masing-masing