"Mama pergi dulu ya, dadah sayang"
"Mama harus keluar kota sayang, gak bisa datang ambil lapor kamu, maaf ya, Mama sayang Hazen"
"Hazen, maaf, Mama harus ngehandle perusahaan, lagi krisis, maaf gak bisa ngerayain ulang tahun kamu, mama sayang Hazen"
"Mama ada urusan sebentar, Nanti bilang aja mau oleh-oleh apa, Mama belikan oke? Mama sayang Hazen"
"Aduh Hazen, Mama lupa sayang, maaf ya, Mama lupa datang ke acara kelulusan Hazen"
"Kamu udah 17? Wah, selamat anak Mama, sudah besar ternyata anak Mama"
'Maaf Hazen' ntah sudah keberapa kalinya, Hanan mendengar ucapan itu keluar dari bibir sang Mama. Tak pernah bisa datang, apapun itu acaranya, Mama Hanan, akan lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Hanan muak, Hanan juga mau dekat dengan Mamanya.
Hanan merasa Mamanya tak lagi membutuhkan dirinya, bahkan, Mamanya saja tak tahu, jika dirinya ikut balapan liar, dan bergaul dengan orang-orang yang dicap buruk oleh masyarakat. Tapi untungnya Hanan dapat diselamatkan, Hanan diselamatkan oleh sekelompok pria, mereka membawa Hanan saat Hanan hampir saja terjerumus dalam pemakaian obat-obatan terlarang. Dan sekarang, mereka jadi dekat, sangat dekat malah.
"Ngelamun aja lu, nih minum dah" lelaki dengan tatto bunga mawar merah di lehernya, mendatangi Hanan, dengan segelas kopi di tangannya. Hanan menerima kopi hitam itu.
Hanan tengah berada di rumah singgah, rumah singgah adalah sebuah rumah yang tak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung beberapa orang. Itulah tempat Hanan pulang tiga tahun belakangan ini.
"Makasih bang Tyo, tau aja gue haus" Tyo mengangguk, duduk disebelah Hanan.
"Kenapa ngelamun mulu? Masalah Mama lu lagi?" Hanan mengangguk. Meminum kopi digelasnya.
"Kenapa?" Hanan menghela napas, memposisikan tubuhnya dengan posisi paling nyaman. Mereka semua, yang berada dirumah ini, tahu tentang masalah Hanan, karna Hanan yang bercerita, sebab itulah mereka berjanji pada diri mereka sendiri, akan menggantikan tugas Mama Hanan, untuk menjaga Hanan.
"Besok gue ambil lapor, tapi dia gak bisa dihubungi, gila, mana wajib orang tua yang ngambilin" Hanan menutup matanya. Sebenarnya, sebelumnya Hanan tak pernah mempermasalahkan hal ini, tapi kali ini berbeda, Hanan berjuang untuk mendapatkan nilai sempurna agar Mamanya bangga, tapi apa? Mamanya malah tak bisa dihubungi. Hanan marah, kecewa, dan sedih karna Mamanya tak bisa datang, padahal Hanan melakukan ini semua demi Mama.
"Ya udah, besok gue aja yang ngambilin" sahut Mario, Dua tahun lebih tua dibanding Hanan. Hanan hanya diam, ia tengah merajuk dengan Mario, karna telah menghabiskan oreo rasa coklat kesukaannya.
"Astaga masih ngambek ni anak? Perkara oreo doang, gue beliin dah nih sebakul" Mario adalah seorang musisi pendatang baru, dan ia adalah Kakak Jerico yang melarikan diri, Hanan sempat terkejut saat mengetahui fakta itu.
"Lo mau ketemu Jerico? Kan mereka satu sekolah" Mario meringis, lalu menggeleng cepat. Ia belum siap untuk bertemu adiknya, ia tahu, adiknya kini tengah memikul beban berat, karna Mario telah merasakannya, dan karna itulah, Mario memilih keluar dari rumah.
"Gue aja dah, gue besok libur kerja" sahut Tian, Hanan masih diam, ia tak mempermalahkan siapapun yang akan mengambilkan lapornya, setiap semester, dari ia berusia lima belas tahun, yang akan mengambilkan lapornya adalah mereka.
"Biar gue temenin, gue mau ngeliat lapor tu anak" Jeffry menyahut, yang lain mengangguk, dan Hanan hanya diam, masih kecewa karna Mamanya tak bisa datang.
~*~
"Ei, tumben bener nilai lu banyak yang tuntas? Biasanya yang tuntas cuman sebiji, ini cuma sebiji yang gak tuntas? Keren-keren" Setelah mengambilan lapor, Hanan kembali kerumah singgah. Abang-abangnya berkumpul disana, karna kebetulan, saat ini adalah hari sabtu, semua Abangnya libur bekerja.
"Demi apa? Lihat, gue gak percaya sih" Mario merebut lapor Hanan, ia melongo tak percaya.
"Gila? Widih hebat emang, btw, Jerico?" Hanan tersenyum tipis.
"Kayaknya, bakalan lebam, Bahasa Indonesia dia cuman 98" Mario menutup mata, bayangan saat Ayahnya memukulnya karna tak mendapatkan nilai yang sempurna terlintas.
"Sial"
~*~
"Nilai Hazen udah banyak yang tuntas Mah, Hazen gak rangking terakhir lagi, Hazen udah jadi rangking 12" Hanan berseru senang, saat Mamanya pulang, ia menyerahkan lapor miliknya ke Mama, Mamanya hanya melirik lapor tersebut.
"Oh ya? Bagus dong? Selamat Ya? Dan Maaf, Mama dirumah cuman sebentar, 1 jam lagi pesawat Mama take off, Mama harus ngurus restoran yang di Bali" Mama Hanan masuk kedalam kamar, menggeret koper biru miliknya.
"Maaf ya, Mamah harus pergi, dadah Hazen"
Lagi dan lagi.
Demi Tuhan Hazen benar benar benci kata Maaf.
~*~
KAMU SEDANG MEMBACA
destroyed [Dream 00L]
Teen FictionCerita empat sekawan, dengan lukanya masing-masing