Pukul setengah delapan pagi, mereka semua pergi menuju aula utama. Ada acara penyambutan murid baru kata Yina. Claudia mengangguk paham, lantas turut bersiap-siap. semuanya belum memakai seragam, atau mungkin memang belum dibagikan. Mereka semua tampak mengenakan kemeja putih polos sebagai atasan dan rok hitam selutut untuk perempuan.
Yina bilang, setelah pembagian kelas nanti, akan ada beberapa kelas yang mengijinkan perempuan untuk ikut memakai celana. Aula perlahan dipenuhi oleh banyak orang, tampilannya normal, seperti manusia biasa. Pakaian mereka pun sama dengan mereka. Beruntung karena hadir cukup awal mereka mendapat kursi paling depan. Madam Gisella datang tak lama setelahnya. Langsung berdiri di depan semua orang, bersiap memberikan pidato penyambutan.
"Selamat datang para murid baruku, aku kepala sekolah Celestial Academy ini. Kuharap kalian menghabiskan masa sekolah kalian dengan bahagia layaknya surga, karena itulah tujuan sekolah ini dibangun. Aku sangat menghimbau kalian untuk tidak keluar dari pelindung dimensi ini sebelum kalian mencapai semester 5. Siapapun yang melanggar akan langsung berubah permanen menjadi katak. Bukan begitu Sir. Nicolas?" tanyanya pada guru lelaki berumur sekitar 30 tahun di sebelah kanannya. Guru itu mengangguk mantap, membuat beberapa murid menelan liurnya ngeri.
"Setiap murid akan mendapat kelas berbeda sesuai kemampuan dan rasnya. Aku sangat berharap tak akan ada hal buruk yang kalian ciptakan mengingat ancaman dari pasukan hitam justru bertambah parah belakangan ini. Dan bagi siapapun yang menyembunyikan, mengikuti, atau mematuhi mereka. Aku menunggu kehadiran kalian di ruanganku. Cukup jelas anak-anak?" Semua setuju dengan patuhnya. Sudah mengetahui seberapa ganasnya pemilik sekolah ini sejak lama walau dimata Claudia ia tetap tak tampak seram.
Sebuah setelan seragam, buku-buku, juga selembar kertas berisi jadwal mereka melayang menuju para siswa satu persatu. Ahh, Clau mendapat jam malam untuk kelas Vampire dan jam siang untuk kelas bertarungnya. Sepertinya cukup repot dan melelahkan. Seperti di bangku kuliahan saja, batinnya.
"Baiklah anak-anak, kelas akan dimulai tepat satu jam dari sekarang. Kembali ke ruangan kalian untuk menyimpan seragam lalu masuklah ke dalam kelas. Jangan membuat para pengajar menunggu kalian. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi di dalam kantorku." Bersamaan dengan kata akhiran tadi, Madam Gisel menghilang berganti menjadi kelelawar. Cara pergi yang cukup nyentrik.
"Kelau, kelas pertamamu apa?" tanya Yina sudah berdiri menggaet salah satu lengan gadis di sebelahnya. Clau agak jengah depanggil begitu. Haha, mungkin dia butuh lebih banyak waktu menghadapi Yina. "Sejarah, kau?"
"Kita tidak sekelas huhuhu. Kelas pertamaku Matematika. Kelau, ayo bertukar kelas. Aku benci matematika." Rengeknya. Ahh, Claudia jadi punya ide untuk menjahili temannya ini. Telepon genggam di kantong kemejanya ia keluarkan. Tangan kirinya dengan bebas berlagak seperti menelepon, menghiraukan Yina yang bermanja ria membujuknya dari sebelah kanan.
"Halo, bibi. Sudah dengar percakapan tadi bukan? Salah satu murid barumu ingin bertukar kelas denganku. Bagaimana Bi?" ucap Claudia. Yina mematung melihat sahabatnya itu. Clau menjulurkan lidahnya, mengejek. Lantas berlari kembali ke kamarnya meninggalkan Yina yang agaknya masih shock.
"Kelau......... Kembali kesini kau!" ucap Yina pula lantang ikut mulai mengambil langkah seribu. Mereka berlari sambil berteriak, hingga para murid yang lain memandang mereka heran namun penuh jenaka.
"Kelau kau tidak benar-benar menelepon bibimu tadi bukan? Katakan, kau hanya bercanda, kan?" Tanya Yina lagi dikamar, Claudia tertangkap, dibalik tubuh Yina yang cukup kecil, larinya lumayan cepat juga.
"Iya, bercanda," ucap Clau terkekeh, dihadiahi satu pukulan kecil dan wajah hampir menangis dari Yina. "Kau sih, dari kemarin melawak soal aku saja," ucapnya lagi.
"Wahh, kerja bagus membuat rubah ini hampir menangis." Ella, entah darimana tiba-tiba bersuara. Menatap penuh geli pada dua gadis didepannya. "Kelau, jangan dekat-dekat dengan Ella, nanti kau ikut jadi anak nakal sepertinya juga." Yina berucap begitu sambil memeluk Claudia erat. Sementara yang dipeluk hanya tertawa kecil.
"Clau, kau mendapat kelas Sejarah bukan? Mari pergi bersama. Kita sekelas." Ajak Ella tak mempedulikan Yina yang menatapnya ganas. Eh, sebentar. itu berarti Clau dan Ella akan bersama selama beberapa jam ini bukan? Yina cemberut. Madam Gisel begitu tak adil padanya hingga membiarkan Claudia juga Ella sekelas meninggalkannya. Darsha juga langsung mendapat kelas ramuan pagi ini.
"Madam Gisel jahat," ucapnya membuat lagak seperti ingin menangis. Tanpa diduga orang yang dipanggil Yina muncul begitu saja di kamar mereka, langsung memberikan usapan lembut di kepala perempuan itu. "Sayang, kau ingin masuk kelas bertarung juga dengan mereka? Kalau kau berani untuk bertarung di garis depan baiklah, akan ku ubah jadwalmu agar sama dengan mereka saat ini juga. Bagaimana?" tawarnya.
Yina mematung, langsung membeku begitu sadar sang kepala sekolah kini berada tepat disampingnya. "Tidak madam. Aku di bagian pendukung saja tidak masalah," ucapnya pada akhirnya.
"Baiklah kalau begitu, aku selalu memperbolehkan kalian untuk pindah kelas, namun harus lolos dari tes yang aku berikan. Tapi khusus untukmu Yina, tidak perlu ada tes. Datanglah padaku kapanpun kau ingin bertukar," ucapnya di akhir, lalu pergi dari pintu. Cukup normal untuk kali ini.
"Kelau...... bibimu seram."
"Benar. Aku tak akan menyangkalnya lagi. Bibi Gisel lebih menyeramkan dari guru paling killer yang pernah aku temui."
"Sudahlah, ayo ke kelas, nanti terlambat. Kau perlu kami antar Yina?" tanya Ella. Walau jahil begitu, dia cukup peduli pada Yina.
"Tak usah, aku bisa pergi sendiri. Pergilah lebih dulu, lagipula kelas kalian cukup jauh dari asrama. Jaga diri kalian Ya!" berucap begitu, Yina mulai memakai dasi dari seragam barunya. Dasi hitam dengan Motif garis berwarna putih. Clau dan Ella juga melakukan hal yang sama dengan garis berwarna berbeda di dasi mereka. Warna merah maron pada milik Claudia lalu warna abu-abu di milik Ella.
Ella bilang itu sebagai penanda dari kaum mereka. Warna putih untuk kaum siluman lalu akan ada gambar jenis siluman apa mereka pada dasi tersebut. Warna merah cerah untuk vampire biasa dan merah maron untuk vampire darah murni dan beberapa warna lainnya yang kata Ella ia akan tau sendiri nanti. Perempuan itu malas menjelaskannya.
Kata Ella juga, bagian petarung banyak diisi oleh vampire, werewolf, siren, dan beberapa siluman. Karena memang kekuatan tempur mereka yang terkenal cukup hebat. Mereka sampai, sebuah ruangan besar dengan pintu berwarna putih gading. Pintu mereka dorong lalu masuk, mencari tempat duduk didepan. Mereka orang yang cukup rajin ternyata.
Masuk ke kelas, sorot mata orang-orang langsung mengarah pada mereka, tertarik atau justru ditatap sebagai bahan gosip? Entahlah, karena tepat sebelum Claudia bertanya, seorang lelaki muda masuk dan memperkenalkan dirinya sebagai pengajar. Sir. Junhui namanya. Berkewarganegaraan China.
Kelas dimulai, Sir Jun mulai menceritakan sejarah dari sekolah ini, juga beberapa klan makhluk-makhluk yang menghuni dimensi ini. Untuk ukuran guru sejarah, teknik mengajarnya tak begitu membuat bosan. Claudia memberi nilai 100 untuk salah satu gurunya yang berwajah rupawan ini.
"Sesuai dengan tradisi kita, Aku ingin agar kalian semua memiliki sebuah kelompok yang terdiri dari 10 orang. 4 orang petarung depan, 1 orang penyembuh, 2 orang petarung belakang lalu sisanya bebas. Lusa, kalian harus sudah menyerahkan daftar nama kelompok kalian di meja kerjaku," ucapnya tegas.
Oh, menarik. Batin Claudia.
"Sir, bisakah kau menceritakan sejarah pasukan hitam?" Seorang murid wanita di posisi belakang bersuara, didukung oleh beberapa orang lainnya. Bersiap bercerita, namun kini Clau menyadari bahwa perempuan disampingnya ini merasa tak nyaman. "Sir, saya meminta izin ingin ke toilet," ucap Ella mengangkat tangan. Sir. Jun mengijinkan, Ella keluar dengan cepat. Beberapa cibiran terdengar ditelinga Clau tentang teman barunya itu.
"Lihatlah, dia tak ingin mengakui kesalahan klannya."
"Kalau aku yang jadi dia aku tak akan punya muka untuk bersekolah disini. Lebih baik aku mati saja."
"Kuharap aku tak perlu berbagi kelompok dengannya."
Ella, sebenarnya apa yang terjadi dengan perempuan itu? Jujur saja, saat pertama kali bertemu Clau tak merasakan ada niat jahat dari perempuan itu. Ia tak mengerti bagaimana bisa gadis yang tampak tanpa masalah ini justru terus dihina disini.
Ella, sebenarnya kau kenapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Happy Ending?
Fantasy"Kalian menggunakan sapu terbang disini?" "Hah? Darimana pula kau dengar hal kuno seperti itu?" "Lihat ada yang melangsungkan duel di aula!" "Ehh, siapa? Aku ingin lihat." "Xing Hee dan Kak Himeko. Ayo lihat bersama! Kapan lagi melihat Ketua osi...