ꪶ🌙〻5. Kisah Lama

4 2 0
                                    


Berjalan mengendap-endap keduanya perlahan meninggalkan gedung belajar. Menuju lorong kecil yang mengarah pada taman di belakang bangunan megah ini. Sebuah taman bunga mawar dengan gazebo kecil juga beberapa bangku di sudut-sudutnya. Tampak begitu indah namun sarat dengan kesan suramnya.

"Ini taman kesukaan kepala sekolah. Banyak murid yang tak berani kesini karena taman ini juga terkenal angker. Yah persetan lah, taman ini bukan milik pribadi." Disamping taman mengalur sungai dengan air yang begitu jernih. Tak heran Bibi Gisel senang berada disini dengan suasana semenenangkan ini. Ella berjalan memasuki taman, tak mempedulikan bunga merah di sekelilingnya yang tengah mekar sempurna.

"Clau, kemarilah. Temani aku duduk di pinggir sungai. Tak usah khawatir, airnya tak dalam," ajak Ella. sepatu juga kaus kakinya diletakkan disamping sementara kakinya dibiarkan menyentuh air sungai. Perlahan, air sungai naik merambat membungkus kakinya menciptakan ekor ikan berwarna seperti langit senja. Clau terkaget sebentar, masih belum terbiasa dengan berbagai mahluk disini.

"Hahahaha, reaksimu seperti yang aku harapkan." gelaknya. Clau mendekat kembali, mengambil posisi disamping perempuan itu masih mengarahkan pandangannya pada ekor Ella.

"Kau tau tidak? Bagi kami, ekor ini adalah salah satu kebanggan tersendiri. semakin cerah warnanya semakin kuat pula seorang Siren." jelasnya membelai ekor itu. Ella melepas baju seragamnya, menyisakan kaos pendek yang menutupi atasannya lantas masuk ke dalam air.

"Hmm, kau cukup kuat kalau begitu bukan?" tanya Clau. Ella menggeleng, sembari melempar senyum yang sarat akan kesedihan. "Fisikku memang cukup kuat, tapi sihirku sangat parah Clau. Sampai sekarang saja kau hanya bisa membuat bola-bola air yang tak bisa dipakai menyerang. Maaf ya, sudah membuatmu berekspetasi tinggi." Omongnya lagi mulai berenang kesana kemari dengan kepala tetap diatas.

"Ha? Bagaimana bisa? Ekormu berwarna cukup cerah menurutku."

"Papa. Papaku yang mengambil sihirku. Kakek buyutku adalah salah satu pemberontak kaum Siren. Aku tidak pernah tau silsilah keluarga kami sampai di ulang tahunku yang ke 7, kakek datang dan membicarakan sesuatu dengan ayah. Semuanya hancur setelah itu Clau. Mama dibunuh oleh Papa, kakakku tewas demi melindungiku dari kakek lalu Papa langsung mengambil kekuatanku dan pergi."

"El, maaf membuatmu harus mengingat hal mengerikan itu lagi." ucap Clau menunduk. Merasa tak enak hati telah membuat teman barunya menceritakan luka lamanya begitu. Cipratan air mengenai wajahnya. Ella pelakunya. Gadis berhelaian pirang itu terkikik kecil, tak tampak lagi kesedihan di wajahnya.

"Hahaha, tak apa Clau. Aku masih punya tenaga untuk memukuli pak tua itu. Dan terima kasih masih mau menjadi temanku walau tau tentang hal tadi. Well, temanku hanya Yina dan Darsha selama bersekolah disini. Aku senang ada lagi satu orang yang bergabung dengan kami." ucapnya tertawa lepas.

Claudia ikut dibuat tersenyum. Walau tak berbuat banyak setidaknya Clau senang perempuan yang bersamanya ini bisa tertawa lepas walau pernah mengalami kejadian mengerikan begitu.

"Wahh, cerita yang mengharukan."

Suara laki-laki terdengar di sela tawa mereka. Langsung menutup mulut dan mencari kesekeliling. "Ah, aku disini. Tak perlu repot mencariku." Ucap lelaki itu yang ternyata tertidur di balik pagar mawar di belakang gazebo. Pemuda itu mendudukkan dirinya, menguap sebentar lantas tersenyum tanpa dosa.

"Aku tak tau kalau wakil ketua osis ternyata suka menguping dan mengintip para perempuan juga sepertinya anda senang membolos." Sarkas Ella menatap tak senang pada lelaki itu. Tak merasa bersalah atau marah disindir begitu pemuda itu justru masih tetap memberikan cengiran terbaiknya.

"Hahaha ayolah nona ikan, aku duluan yang berada disini sebelum kalian datang. Itu artinya aku bukan menguping 'kan? Dan soal membolos, hahaha aku hanya terlalu lelah saja."

"Clau, ayo kembali saja ke kelas." ajak Ella sudah kembali dengan kakinya juga mengeringkan bajunya dengan menyerap seluruh airnya diakhiri dengan memakai seragamnya.

"El, kenapa tak melaporkannya saja kepada ketua osis?" bisik Claudia.

"Huh, dia bisa saja berdalih menemukan kita yang sedang membolos. Percayalah Clau, dia adalah tipe orang yang tak sebaiknya kau dekati." ucap Ella lantas menarik lengan Claudia hendak kembali ke kelas.

"Wahh kata-katamu cukup tajam juga ya nona manis. Padahal tuan putri disampingmu itu tentu ingin mengenalku lebih jauh. Tak usah cemburuan begitu sayang, aku selamanya hanya milikmu." kata demi kata yang dilontarkannya tanpa hambatan sukses membuat bulu kuduk Claudia meremang.

Ugh, benar kata Ella. Dia sebaiknya tak mendekati lelaki bermulut manis seperti orang itu tadi. "Clau, ingat. Kalau kau bertemu laki-laki seperti tadi, tendang saja pangkal paha mereka sekuat tenaga. Mereka akan semakin mengganggumu kalau kau tidak mengancam." ucap Ella masih meledak-ledak. Sepertinya perempuan itu punya dendam kesumat dengan sang wakil ketua osis. Padahal ini baru hari pertama mereka.

Masuk ke kelas, semua mata memandang ke arah mereka."Maaf Sir, aku terpeleset di kamar mandi dan harus menyusahkan Claudia hingga harus menolongku. Maaf atas kecerobohanku." ucap Ella sebelum Claudia buka mulut.

"Baiklah kalau kau sudah tak apa-apa. Silahkan duduk karena aku akan menerangkan kembali tentang tugas kalian."

-----

Bel pelajaran pertama berdentang. Semua murid berhamburan keluar sudah bosan dengan suasana kelas sejarah yang terasa begitu lambat dan membuat mengantuk.

"Gisella, Claudia. Tolong tunggu sebentar, aku akan memberikan rincian tugas kalian yang terlewat tadi." ucap Sir. Jun di akhir kelas tadi yang justru menahan mereka berdua.

"Baiklah nona-nona. Ini hari pertama kalian dan kenapa kalian membolos dan berbohong. Aku menuntuk penjelasan dari kalian." ucap Sir. Jun begitu semua murid keluar.

Sebentar, darimana guru ini tau apa yang mereka lakukan?


Is It Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang