"Aneh," ucap perempuan berhelaiian merah di samping tempat tidur Clau. Tangannya mengeluarkan cahaya hijau seperti memindai tubuh gadis yang terbaring di ranjang.
"Maksud anda madam?" tanya Ella jadi takut mendengar hal barusan.
"Miss Claudia tidak apa-apa, hanya saja aliran energi sihirnya yang sedang tidak stabil. Ini cukup aneh untuk ukuran remaja yang biasanya sudah mahir dengan kemampuannya," jelas Madam Vin.
"Ini aneh. Apa kekuatan sihirnya sebegitu besar sampai-sampai susah untuk dikendalikan?" Madam Vin bersungut-sungut sendiri, agak takjub sekaligus heran dengan sang gadis. Clau sendiri agak terkikik kecil begitu melihat wanita itu tampak asik sendiri dengan dunianya yang ia yakini tentang dirinya sendiri.
"Baiklah, aku tak mau mengambil resiko. Apa kau ingin menghadiri kelas kedua dengan catatan sihirmu akan ku kunci selama 24 jam dahulu, atau kau menghabiskan waktu disini untuk istirahat dan memulihkan diri?" tawar Madam Vin sesaat kemudian kembali berfokus pada buku di genggamannya.
"Ahh, aku kembali saja Madam. Tak enak jika di hari pertama aku sudah tak menghadiri kelas."
Madam Vin lantas berjalan kembali ke kasur inap, duduk di ujungnya. Dari sakunya, sebuah pisau kecil tampak ia keluarkan lantas menggoreskan pada ibu jarinya sendiri. Tangan pucat Clau di genggamnya, mengarahkan ibu jarinya ke bagian nadi tangan kiri sang gadis. Membuat simbol pengunci.
Panas. Hanya itu yang dirasakan Clau begitu darah madam Vin bersentuhan dengan kulit di atas nadinya. Terasa panas dan sakit seakan kulitmu ditaruh sebongkah besi yang sedang panas membara. Clau bahkan sampai berkeringat sendiri karena menahan sakit. Tak sanggup lagi, Madan Vin cepat mengambil tissue di nakas samping tempat tidur lalu mengelap darahnya. Tubuhnya langsung terasa lemas.
"Madam, kenapa ini? Setahu saya pemasangan segel dan teknik pengunci tidak akan menyebabkan rasa sakit," panik Ella melihat Clau yang masih penuh dengan ekspresi kesakitan.
"Aku juga tak tahu. Seperti ada sihir kuno yang melindunginya hingga tak bisa ditimpa dengan mantra pengunci. Aku minta maaf."
"Tak apa madam. Apa tak masalah jika aku tetap belajar di kelas? Atau aku harus tetap disini?" tanya Clau bersiap bangkit. Ajaib, ia merasa segar dalam sekejap setelah rasa sakit yang dilewatinya.
"Tak apa. Tapi tetap jangan gunakan dulu sihirmu untuk hari ini saja. Miss Beatrice bisa tolong awasi temanmu ini?" tanya Madam Vin dihadiahi anggukan oleh gadis berambut pendek yang sedari tadi terus berdiri memperhatikan sekitarnya.
"Madam, kami permisi dahulu." ucap keduanya pamit. Membuka pintu raung kesehatan, maka langsung tampak di langkah pertama mereka Sir. Jun yang tampak duduk menunggu mereka.
Guru muda itu bangkit berdiri, menghampiri mereka lantas berbicara sebentar. "Kalau kalian ingin tahu, datanglah ke sungai cahaya tepat saat matahari terbenam." Berucap begitu, laki-laki itu pergi secepat yang ia bisa. Agak menimbulkan kecurigaan di pikiran Clau juga Ella.
"Em... apa kita akan pergi?" tanya Ella agak ragu. Clau mengangguk mantap walau rasa takut juga menjalar di hatinya. "Aku harus tau tentang apa yang terjadi pada orang tuaku El."
"Baiklah kawan, aku ikut! Aku juga masih penasaran dengan kakek sialanku itu," balasnya merangkul pundak Claudia yang tak jauh berbeda tinggi darinya.
Kelas kedua, kelas strategi yang dibawakan oleh Sir. Icarus dari ras elf. Jangan salah dengan tubuhnya yang cukup kecil dan kurus begitu, pemikirannya amat brilian untuk menciptakan strategi jenius untuk memenangkan berbagai macam peperangan.
Pukul tiga sore, kelas keempat baru saja selesai. Sebagian murid banyak kembali ke kamar mereka guna istirahat melepas penat. Begitu juga dengan Clau dan Ella. Ingin kembali sembari memikirkan bagaimana agar mereka tak ketahuan untuk keluar malam nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Happy Ending?
Fantasi"Kalian menggunakan sapu terbang disini?" "Hah? Darimana pula kau dengar hal kuno seperti itu?" "Lihat ada yang melangsungkan duel di aula!" "Ehh, siapa? Aku ingin lihat." "Xing Hee dan Kak Himeko. Ayo lihat bersama! Kapan lagi melihat Ketua osi...