Langit bergemuruh, menampilkan kilat yang begitu terang, dengan awan hitam tebal yang siap menurunkan hujannya.
Seorang gadis berhoodie abu abu menghentikan langkahnya menghela napas. Tangannya terangkat merapikan rambut, lalu tangan kirinya merogoh saku hoodie mencari ikat rambut bunga matahari kesukaannya dan kemudian mengikat rambutnya asal.
Kakinya kembali melangkah, menyusuri jalan yang sepi menuju minimarket yang lumayan jauh dari kediamannya.
Drrt...
Drtt..
Getaran ponsel membuat gadis itu kembali menghentikan langkahnya. Gadis itu merogoh sakunya, langsung mengangkat ponselnya dengan cepat.
"Halo Nadya? Dimana?" Suara seorang pemuda terdengar jelas ditelinga gadis itu.
"Dirumah" Bohong gadis yang bernama Nadya ini.
"Okeey, jangan keluar ya bentar lagi mau badai kayaknya. Aku abis basket baru pulang nih masih didepen gerbang. Mau mandi dulu, abis itu aku telpon lagi boleh na?"
Tsh!
Tsh!
Nadya mengangkat tangan, mendongak melihat tetes demi tetes air hujan mulai turun "Iya kasaa. Tutup dulu ya? Mau bikin susu"
"Oke, abis mandi aku telpon. Jangan ditinggal tidur awas"
"Iyaa, daaaah" Nadya menutup telpon sebelum mendengar jawaban dari pemuda yang disebut kasa itu.
Drshh!
Tiba tiba hujan turun begitu deras dibarengi dengan kilat yang menyala.
Nadya memakai tudung hoodienya lalu berlari menerobos hujan.
Sampai didepan minimarket, baju nadya sudah sangat basah terkena hujan. Sialnya lagi penjaga minimarket itu sudah ingin menutup tokonya.
"Permisi, saya mau beli salep luka.. bisaa?" Nadya menyodorkan uangnya yang sedikit basah akibat terkena air hujan.
"Tunggu diluar" Penjaga toko mengambil uang Nadya lalu masuk kedalam untuk mengambilkan Nadya barang yang diminta.
Nadya patuh menunggu diluar sambil melihat pohon pohon yang tertiup angin.
Hawanya sudah sangat cukup dingin, hujan disertai angin kencang dan kilat membuat nadya sedikit takut, semakin enggan untuk pulang setelah mendengar pertengkaran orang tuanya tadi.
"Saya sudah bilang kan untuk gak punya anak!"
"Kamu yang mau kan? Yasudah besarkan sendiri!!"
"Dari awal Nadya lahir dia itu pembawa sial bagi kita berdua!!"
Nadya memejamkan mata, mencoba untuk menahan tangisnya agar tak keluar. Ia sudah sering mendengar orang tuanya bertengkar, namun kali ini kenapa rasanya sakit sekali mendengar Ayahnya berucap sama sekali tidak menginginkannya didunia ini. Mengapa nasibnya sebagai anak tunggal tak seberuntung yang lain?
Ting!
Suara logam yang menyentuh lantai membuat Nadya tersadar. Nadya melihat uang logam berserakan dibawah lantai serta bungkusan obat luka yang dibelinya.
"Udah sana buruan pergi"Usir si penjaga minimarket dengan wajah tidak mengenakkan.
Nadya berjongkong mengumpulkan uang logam kembaliannya, memasukkan kedalam kantong plastik yang berisi obat luka yang dibeli.
Setelah selesai, Nadya berdiri kemudian berjalan tanpa arah dibawah derasnya hujan.
Nadya berhenti, membuka kantong plastik mengambil salep luka yang dibelinya, mengoleskan pada hoodie bagian dada "Berenti perih lagi ya, ini kan udah dibeliin obat"
![](https://img.wattpad.com/cover/293257622-288-k331068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happy Ending
Teen Fiction"Jika bisa memilih, maka aku tidak akan memilih mengenal kamu lebih jauh, karena aku tau akhir seperti apa yang disiapkan untukku" -Shaka "Apa aku terlambat mengenal kamu? Tolong biarkan aku mencintai kamu dengan caraku sendiri. Walaupun aku tau in...