Nadya masuk kedalam pekarangan sekolah menjadi pusat perhatian siswa siswi disana. Nadya melihat sekeliling merasa bingung karena siswa siswi yang tak dikenal Nadya terus melihatnya sambil berbisik bisik.
Sena tiba tiba dari belakang menarik tangan Nadya, membawanya berjalan menuju kelas dengan langkah yang terburu buru.
Sampainya dikelas Sena membawa Nadya duduk dikursi dengan tatapan penasaran.
"Lo gak pernah buka hp?" Sena langsung bertanya kepada Nadya. Nadya hanya menggelengkan kepala karena memang tak pernah membuka ponselnya karena sibuk bekerja dan kemarin terjebak dirumah Satya.
Sena menghela napas, mengutak atik ponselnya dan menyodorkannya pada Nadya "Lo jadi pusat perhatian disosmed gara gara Juan!!"
Sena menarik kembali ponselnya, tak berselang lama menyodorkannya lagi pada Nadya "Followers lo sekarang aja lebih banyak dari Juan yang gak gue habis pikir"
Sena meletakkan ponselnya diatas meja kemudian melipat kedua tangannya didepan dada "Kan udah gue bilang Nad kalo kesekolah pake masker aja. Gue gamau lo diserang juan dan antek anteknya. Lo tau gasi orang orang yang digngguin juan sampe pindah sekolah semua"
"Ngapain nyeramahin? Telat lo" Celetuk Naki yang duduk didepan bangku mereka berdua. Naki mengitkan tasnya disamping meja "Nad lo kalo kemana mana jangan sendiri, bilang ke gue atau sena"
Sena mengangguk membetulkan "Nah bener. Dia ngebully parah banget soalnya. Makanya gue takut"
"Dia gaakan nargetin lo sen" Kata Naki santai.
"Kenapa? Bisa jadi dia nargetin gue kan gaada yang tau" Sena mengangkat kedua bahunya.
"Lo kaya" Jawab Naki cepat.
Nadya seketika langsung paham dan tersenyum tipis "Okey gue ngerti point kenapa Juan nargetin gue"
"Kenapa memangnya? " Sena yang penasaran bertanya lagi.
"Karena lo bukan orang kaya" Naki menjawab dengan santai. Ia sudah tau seluk beluk pembullyan Juan meskipun mereka tidak disekolah yang sama.
Sena berdiri menonjok lengan Naki ketika melihat mimik wajah Nadya yang sedikit berubah "Naki!"
"Sena! Sakit!" Naki memegang bahunya yang ditinju Sena sambil menatap Sena tajam.
"Kalo dia nargetin yang bukan orang kaya kenapa Vito ditargetin? Orang tua vito kan pengusaha" Sena duduk kembali, melotot kearah Naki mengkode Naki agar tidak salah bicara.
"Orang tua vito pengusaha skala kecil. Beda sama orang tua lo dan orang tua gue yang usahanya skala nasional. Apalagi perusahaan keluarga lo kan penyumbang PDB besar buat Negara" Jelas Naki jujur.
Nadya tersenyum mengangguk mengerti hanya menyimak perdebatan antara Naki dan Sena.
"Engga Nad, teori Naki gaada yang bener. Ngaco dia itu" Sena melotot lagi kearah Naki.
"Lah--"
"Selamat Pagi" Sapa Bu Ayudia, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Perkataan Naki harus berhenti ketika guru mata pelajaran sampai dikelas dengan membawa beberapa buku mengajarnya. Sena yang semula berdiri kembali duduk sambil menyumpah serapahi Naki. Mulut Naki memang perlu dibelikan rem.
Kurang lebih tiga jam belajar dikelas, bel istirahat pun terdengar seantero sekolah. Bu Ayudia membereskan buku bukunya.
"Ketemu minggu depan lagi ya. Bukunya jangan lupa dibaca ulang, semangat!!" Bu Ayudia berjalan meninggalkan kelas.
Setelah kepergian Bu Ayudia dari kelas yang dihuni Nadya, kelas itu menjadi bising dengan suara siswa siswi mengobrol dan suara ponsel yang mulai dinyalakan. Tak sedikit juga yang langsung pergi keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/293257622-288-k331068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happy Ending
Dla nastolatków"Jika bisa memilih, maka aku tidak akan memilih mengenal kamu lebih jauh, karena aku tau akhir seperti apa yang disiapkan untukku" -Shaka "Apa aku terlambat mengenal kamu? Tolong biarkan aku mencintai kamu dengan caraku sendiri. Walaupun aku tau in...