"Jika bisa memilih, maka aku tidak akan memilih mengenal kamu lebih jauh, karena aku tau akhir seperti apa yang disiapkan untukku" -Shaka
"Apa aku terlambat mengenal kamu? Tolong biarkan aku mencintai kamu dengan caraku sendiri. Walaupun aku tau in...
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Nadya melihat kearah box dibelakang bagian motornya, tersisa satu delivery untuk diantar.
Nadya buru buru naik kemotornya, berkendara menuju alamat pemesan yang terakhir. Nadya menambah kecepatan berkendara, ketika mendengar suara langit yang begemuruh begitu besar dan menampilkan kilat yang menyala.
Sejujurnya Nadya tidak menyukai hujan . Entah mengapa, padahal hujan adalah anugrah dari Tuhan.
Ketika Nadya sampai dialamat pemesan yang terakhir, Nadya mendongak melihat gerbang yang begitu besar dan tinggi, rumah yang begitu besar berada dikawasan perumahan elite.
Nadya segera masuk, melihat pekarangan yang begitu luas dengan kondisi gelap membuat Nadya sedikit takut, apalagi didukung dengan suara gemuruh langit dan sesekali kilat yang menyala terang.
"Ini bukan rumah pesugihan kan ya?" Nadya meremas kantong plastik yang berisi makanan pelanggannya "Gue gak akan jadi tumbal kan ini?"
Nadya menekan bel cepat. Ia ingin segera meninggalkan tempat itu "Permisiii, pesanannya Kaak"
Pintu rumah itu terbuka. Nadya menunduk takut, mengangkat kantong plastik itu menyodorkannya kearah pemilik rumah.
Kantong plastik itu diraih oleh sang pemilik rumah. Nadya dengan sedikit keberanian mengangkat kepalanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melongo adalah ekspersi yang menggambarkan Nadya saat ini. Nadya bahkan tidak sadar bahwa hujan turun begitu derasnya.
"Udah bayar diaplikasi" Suara dari Shaka membuat Nadya langsung tersadar.
Setelah tersadar bahwa ia berteriak, Nadya menutup mulutnya, meletakkan kedua tangan diatas kepala lalu menerobos hujan yang deras.
Kilat menyala terang, Nadya memberhentikan langkahnya. Kepalanya tiba tiba berdenyut, semakin lama semakin sakit yang membuat Nadya sampai terduduk sambil memegang kepalanya.
"Nadyaa..."
"Nadyaa.."
"Nadyaa.."
Panggilan nama Nadya berputar dikepala Nadya. Suaranya terdengar tidak asing, namun Nadya tetap tak mengenali suara itu.
Nadya samar samar melihat sepasang kaki berada dihadapannya. Nadya mendongak dengan tubuh yang bergemetar melihat Shaka berdiri memayungi dirinya.
Shaka mengulurkan tangan, membantu Nadya berdiri. Ekspresi Shaka terlihat seperti biasa, namun sebenarnya dia sangat khawatir akan kondisi Nadya.
"Are u okey? " Shaka yang ingin memegang bahu Nadya terkejut ketika Nadya tiba tiba memeluknya begitu erat.
Ekspresi Shaka sekarang tak bisa ia kendalikan. Ia benar benar terkejut, bahkan ini diluar dugaannya. Tangan Shaka bahkan sampai tak sadar melepas payung hingga membuat mereka berdua sedikit basah.