10.A

9 0 0
                                    

Kriiinnnggg....kriiiinggggg....kriiiingg....

Bel berbunyi menandakan waktu belajar telah berakhir. Aira dan Amira merapikan buku pelajaran dan bersiap untuk kembali ke pesantren.
"Am, ngaji diniyah nanti waktunya siapa?" ~aira
"Ustadzah arin" ~amira
"Ooohh iya iya, ustadzah arin yang hidungnya kayak orang Arab itu kan ya" ~aira
Amira hanya menganggukkan kepalanya dan berkata "ayo ra"

Siang itu, aira sedang dibingungkan oleh perasaannya karena ada si pengirim surat yang entah itu siapa, dan ada santri putra yang tidak sengaja menarik perhatian darinya. Berbeda dengan amira, ia sedang berusaha semaksimal mungkin agar aira tidak melihat dirinya sedang dilema... Amira, cowok mana sih yang ga kagum dengan kesabaran dan keindahan parasnya? Hanya saja dari dulu, sudah ada satu nama yang tertaut dihatinya sehingga ia lebih memilih untuk mempertahankan pilihannya meskipun ia tidak akan pernah tau alur kedepannya bagaimana.

👉👈👉👈👉👈👉👈👉👈👉👈👉👈

Dear Aira~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang