Selama satu minggu penuh, hari-hari Raiya dipenuhi oleh rasa penyesalan karena perilaku yang ia berikan kepada Saka. Sungguh, Raiya sangat menjengkelkan hari itu.
Ketika melihat Saka mengenakan pakaian Arsya, Raiya langsung teringat oleh lelaki itu. Ia tidak bisa mengendalikan perasaannya dan meninggalkan Saka begitu saja. Wanita itu sangat merindukan Arsya.
Namun Raiya sadar bahwa apa yang ia lakukan kepada Saka adalah kesalahan. Ia wajib meminta maaf. Kalau diingat-ingat, Saka sudah dua kali menjadi sasaran empuk sikap buruk Raiya saat suasana hatinya sedang tidak stabil.
Tepat ketika Saka mengirimkan pesan tentang mengembalikan pakaian Raiya, wanita itu langsung membalas dan ingin bertemu saat ini juga.
Tidak butuh waktu lama sampai Saka muncul di depan pintu unit Raiya. Malam ini ia mengenakan kaos biru dan plaid shirt berwarna cokelat. Terlihat kasual tapi tetap menawan.
"Jadi atas dasar apa lo mau ketemu gue?" Tanya Saka. Tubuhnya yang tegap bersandar pada dinding sambil menatap Raiya yang ada di hadapannya.
"Maaf," ucap Raiya pelan. Ia menatap Saka sekilas, mendapati sepasang mata biru itu yang sedang menatapnya lekat.
Saka menghela napas. "Lo suka banget, ya, minta maaf?"
"Ya karena aku sering buat salah?"
"Are you sure you're okay?"
Meskipun Raiya tidak ingin menjawabnya, tapi ia yakin apa yang sedang dirinya alami tergambar jelas di wajahnya.
Raiya tersenyum, ia mengambil mantel dan tasnya dengan cepat. "Nah, gimana kalau kita makan di luar? Aku yang traktir. Mau kan?"
Saka lagi-lagi tidak sempat menjawab karena wanita itu sudah menariknya keluar. Ia hanya bisa mengikuti langkah kecil Raiya, tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis, gemas dengan sikap wanita itu.
***
Le Batofar, sebuah club yang berada di atas perahu. Raiya tidak pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya. Sebenarnya, Raiya tidak pergi ke banyak tempat selama tinggal di Paris. Menyedihkan memang.
"Its club," kata Raiya. Ia menatap sekeliling, lalu tersenyum ke arah Saka. Harusnya ia tidak memberikan lelaki itu wewenang untuk memilih tempat, karena inilah yang akan terjadi.
Saka mengangguk. "Because i'm gonna force you to speak up."
"Licik ya, kamu?" Raiya tersenyum lagi lalu menggeleng, "tapi kali ini aku beneran gak bisa ngomong apa-apa. Maybe someday."
"When?"
"When the time is right."
Raiya terdengar sangat yakin mengatakan hal itu. Padahal ia sendiri juga tidak tahu apa yang akan ia ceritakan kepada Saka, atau yang lebih buruk lagi ia tidak tahun kapan sebenarnya waktu yang tepat itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon
RomanceRaiya percaya bahwa kehidupan yang ia jalani tidak lagi bermakna bahkan ketika ia sudah menggapai mimpinya. Bukan karena Raiya tidak bersyukur, tapi ada sebuah lubang yang menganga di hatinya. Lubang yang bahkan Raiya tidak tahu apakah bisa terobati...