His Feeling

177 37 11
                                    

"Jadi kita nginep di kabin?" Raiya terkejut ketika Saka muncul di unitnya dengan sebuah tas besar.

"Yup."

"Berapa lama?"

"Dua hari." Jawab Saka. Lelaki itu dengan santai mengambil minuman kaleng di kulkas Raiya lalu mendudukan diri di sofa, mengabaikan tatapan menuntut Raiya.

Raiya bertolak pinggang, wajahnya terlihat kesal ketika menatap Saka. "Kamu kok gak bilang, sih? Aku kan kerja, udah gitu belum packing juga. Aku gak ada persiapan sama sekali, loh."

"Kalau gue bilang lo gak mau ikut." Jawab Saka santai. Ia memasang wajah melas ketika Raiya menatapnya galak. "Jatohnya kamu bohongin aku loh, Ka."

Saka langsung berdiri, menghampiri Raiya dan mengecup puncak kepalanya singkat. "Gak bohongin, dong! Kan lo juga gak tanya. Terus--"

"Tuh terus sekarang kamu gaslight aku, jadi males, deh."

"Oke sorry gue gak bilang. Sekarang udah telat buat ngambek, mending kita packing, oke?" Tanya Saka. Ia menampilkan senyum terbaiknya agar Raiya melupakan rasa kesalnya sekarang juga.

"Rayray, please jangan marah ..." mohon Saka. Meski perawakan Saka adalah seorang lelaki dewasa yang terlihat gagah, tapi ia tetap menggemaskan ketika memohon sesuatu kepada Raiya. Mata birunya berkilau dengan cantik dan berhasil membuat Raiya luluh.

Dua puluh menit berlalu, suasana hati Raiya yang tadinya kesal berubah drastis ketika mereka selesai mengemasi barang-barang. Raiya membuka kabinet di dapur sambil melihat persediaan makanannya.

"Terus kita bawa apa? Temen-temen kamu suka mie instan, gak? Atau kita beli cokelat bubuk dulu di mini market? Perjalanannya berapa lama? Kita beli cemilan kali, yah, buat di jalan. Gimana menurut kamu?" Tanya Raiya bertubi-tubi.

Saka menghela napas, menyentuh pundak Raiya lalu berkata. "Kita gak perlu bawa apa-apa. Disana udah ada semua persediaan makanan. Kalau lo mau beli boleh aja, tapi buat gue doang."

Raiya memutar bola matanya ketika mendengar kalimat terakhir Saka. "Tapi cemilan buat di jalan tetep beli kali, ya? Nanti kalau lapar gimana?"

"Don't do this."

"Hng?"

"Jangan pernah tunjukin sisi lo yang ini di depan teman-teman gue, ataupun lelaki lain." Saka menatap Raiya dengan sorot yang membuat jantung wanita itu  berdebar.

"You gonna make them crazy over you. So don't."

***

Raiya merasa sangat gugup ketika tiba di kabin milik keluarga Nat. Kabin ini cukup besar, terlihat hangat meski berada di pinggir hutan.

Ketika memasuki kabin, Raiya tidak bisa berhenti menatap sekeliling dengan takjub. Kabin ini terbuat dari kayu tapi tetap terlihat kokoh. Raiya seperti berada di negeri dongeng, seakan ia ada di tempat yang dulu sering dirinya lihat dari televisi.

"Ray," suara Saka berhasil membuat Raiya kembali fokus. "Kenapa, Ka?"

Raiya mengikuti tatapan Saka dan mendapati Nat sedang berdiri di hadapan mereka. Wanita berambut merah itu tersenyum tipis ketika melihat Saka dan Raiya.

"Look who we got over here," ucap Nat. Raiya berniat menjabat tangan wanita itu, tapi Nat justru menariknya ke dalam pelukan singkat. "Thank you for coming."

"Thank you for inviting Saka so he can brought me over here. Anyway, i have a little gift for you."

Saka mengamati gerak-gerik Raiya, wanita itu terlihat gugup ketika mencari kotak kecil yang ada di dalam tasnya.

Crescent MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang