Tiga tahun kemudian
"I'm not birthday person but only for you, happy birthday best boy." Ucap Raiya tulus. Ia memberikan pelukan erat kepada lelaki yang ada di hadapannya.
Saka tersenyum, menyambut rengkuhan Raiya dan membalasnya dengan hangat. "Should i proud of myself?"
Raiya terkekeh, tidak melepaskan tangannya dari pinggang Saka. "So, you are old man now."
Itu adalah kalimat andalan Raiya setiap kali meledek Saka. Wanita itu selalu membuat Saka seperti lelaki purba berumur ratusan tahun meski selisih umur mereka hanya empat tahun.
"When i cut this hair, people will thought i'm in my late twenties."
Raiya tertawa keras. Tidak menutup kemungkinan Saka akan terlihat lebih muda jika ia memotong rambutnya, tapi Raiya tahu betapa Saka menyayangi rambut cokelatnya itu.
"500 eur." Ucap Raiya, ia menatap lelaki itu iseng, "cut your hair and i'll give you 500 eur."
Saka mengangguk, seakan mempertimbangkan ucapan Raiya sebelum ia menimpali. "1000 eur. Sell that giant painting, and i'll give you 1000 eur."
Raiya tersenyum lalu menggeleng, bahkan keduanya sudah tahu jawaban masing-masing ketika mengajukan tawaran tersebut.
"Oke lupain rambut gondrong dan lukisan mantan. Karena sekarang kamu ulangtahun, kamu mau minta apa?" Tanya Raiya. Mata legamnya tidak berpaling dari wajah rupawan Saka sedikitpun.
"Gue mau minta lukisan, udah pernah. Mau minta traktir, udah dibawain makanan banyak. Tapi ada satu hal yang gue mau lo lakuin..."
Raiya melepaskan tangannya dari pinggang Saka, memberikan tatapan tajam ke arah lelaki itu. Jika Saka meminta macam-macam, ia akan memotong rambut berkilau kebanggan lelaki itu sekarang juga.
Saka langsung mengerti tatapan Raiya, lelaki itu berdecak lalu menyentil dahi Raiya. "Bukan itu, neng. Ada satu hal tapi lo gak boleh sembarangan."
"Ya apa?" Tanya Raiya tidak sabaran.
"Sabar dong, udah nenek-nenek gak boleh sensi. Tunggu gue lagi merangkai kata." Jawab Saka.
Raiya terdiam, menunggu jawaban Saka dengan tidak sabaran. Ia tidak suka dibuat menunggu dan menerka-nerka apa yang lelaki itu inginkan.
"Andrew, if you--"
"Buatin gambar untuk tattoo baru gue."
Untuk beberapa detik, Raiya hanya terdiam. Mencoba mencerna ucapan Saka sambil menatap mata biru itu dalam-dalam.
Selama tiga tahun mereka berteman Saka memang selalu memiliki permintaan aneh setiap kali ulang tahun. Saka pernah meminta Raiya melukis langit-langit kamarnya, tahun berikutnya Saka meminta hak penuh atas balkon unit Raiya agar ia bisa menghiasnya dengan tumbuhan-tumbuhan manis. Dan tahun kemarin, Saka meminta Raiya menggambarkan sketsa kedua orang tuanya.
Saka selalu punya keinginan yang tidak pernah terlintas di benak Raiya sedikitpun.
"Gambar apa?" Akhirnya Raiya bersuara. Berharap Saka hanya bercanda.
"Gambar yang terlintas dipikiran lo tentang gue." Jawab Saka cepat.
"Aku gak tau... yang lain aja boleh gak? Masalahnya itu tattoo, kalau hasilnya jelek gimana? Nanti--"
Saka menunduk ketika memotong ucapan Raiya. "So you decide to make me cry tonight?"
Ya ampun, kenapa Raiya harus berhadapan dengan lelaki dewasa yang sikapnya seperti anak kecil, sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon
RomanceRaiya percaya bahwa kehidupan yang ia jalani tidak lagi bermakna bahkan ketika ia sudah menggapai mimpinya. Bukan karena Raiya tidak bersyukur, tapi ada sebuah lubang yang menganga di hatinya. Lubang yang bahkan Raiya tidak tahu apakah bisa terobati...