***
Heja menggeser mundur mie cup kosong yang baru saja dia habiskan. Minggu pagi ini ia sengaja izin pada Bundanya untuk sarapan diluar sendirian.Cowok itu keluar dari minimarket dan memilih untuk duduk disalah satu bangku yang disediakan didepan minimarket.
Mengeluarkan sekotak rokok yang masih disegel, juga korek api gas yang ia bawa dari rumah.
Heja menyipitkan matanya saat sinar matahari pagi sampai pada wajahnya. Kemudian menggeser sedikit kursi yang ia duduki agar terhindar dari cahaya dan mulai menyesap rokok yang baru dia nyalakan.
"Pagi-pagi udah bikin polusi aja."
Cowok yang sedang menghembuskan asap rokoknya ke udara itu menoleh saat sebuah suara menginterupsinya. Kursi yang berada dihadapannya ditarik pelan oleh seseorang.
Heja memilih untuk tidak menanggapi dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Harvin terkekeh pelan lalu ikut mengeluarkan sebatang rokok miliknya dari dalam kotak. Hembusan asap yang dia keluarkan menghilang tertiup angin.
"Yang bikin polusi cukup gue aja. Lo gak usah ikutan."
Lagi, cowok itu terkekeh dengan tanggapan yang diberikan Heja.
"Gimana sama Giselle?"
Tidak ada jawaban dari Heja. Dia masih memandang jalanan dihadapannya dengan asap rokok yang berhembus dari mulutnya.
Harvin tersenyum tipis dan menatap sepatu yang dia pakai, "Giselle tuh baik dan perhatian."
"Tapi emang guenya aja yang brengsek."
Harvin bisa mendengar Heja bergumam pelan disela-sela kegiatan merokoknya. Dia tau kalau sebenarnya Heja tidak terlalu berminat menanggapi ocehannya.
"Thanks ya."
Kali ini Heja melirik laki-laki disebelahnya yang masih menunduk, menatap sepatunya sendiri.
"I'm glad she met you."
"Please take care of her... because i can't."
Heja mematikan rokoknya dan menghela napas pendek. Ia bangkit dari tempat duduknya kemudian menoleh pada Harvin yang kini juga sedang menatapnya.
"Even without you asking, i will definitely take care of her."
"Now all you have to do is take care of your girl and don't repeat the same mistakes."
"I'm going now."
Heja benar-benar pergi dari minimarket itu. Dia berjalan dengan santai menyusuri jalanan pagi ditemani oleh sinar matahari yang hangat.
Meninggalkan Harvin dalam kesendirian dan rasa sesak karena seperti dihantam oleh perkataan Heja barusan.
Lalu kemudian dia terkekeh dan mengangguk pelan. Menyesap batang nikotin itu sekali lagi sebelum menggesekkannya pada asbak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When
Teen Fiction(COMPLETED) Berawal dari bioskop, popcorn, dan cola. Yang akhirnya mempertemukan Hejantara dan Grizellet dalam satu teater yang sama.