***
"Sel, gue mau ke warkop nih. Ikut gak lo?"
Giselle tidak menggubris pertanyaan Karina, dirinya masih sibuk menatap ponsel yang menunjukkan room chatnya dengan Harvin.
"Woi Sel."
"Giselle!"
"Grizellet!!"
Cewek yang sedari tadi memfokuskan pandangannya pada ponsel pun terkejut karena sahabatnya baru saja memukul lengannya dengan buku catatan.
Giselle menatap Karina dengan sinis, "Apaan sih?"
"Gila lo budek?"
"Enggak."
"Gue panggilin dari tadi gak jawab."
Karina menghela nafasnya jengah.
Cewek itu sudah hafal dengan tingkah laku sahabatnya, pasti Giselle sedang frustasi karena Harvin tidak juga memberi kabar kepadanya.
Lalu Karina mulai membereskan buku catatan dan alat tulisnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Nih ya Sel, cowok kayak Harvin mah putusin aja sih. Nggak tanggung jawab tipe kayak gitu."
"Apaan lo nuduh pacar gue?" Tanya Giselle sewot.
"Dih nggak percayaan lo sama gue."
"Udah keliatan kali modelan kayak Harvin tuh ya begitu deh, nggak akan bisa tanggung jawab sama hidupnya sendiri apa lagi sama hidup orang."
Giselle mendelik sebal kepada sahabatnya, "Urusin aja tuh si Jenan."
Karina mendengus menatap Giselle yang kembali fokus pada ponselnya.
"Cowok gue gitu-gitu juga tetep aja pulangnya ke gue,"
"Coba si Harvin, lo inget-inget deh pernah gak dia jadiin lo sebagai rumahnya?" Sambung Karina sambil meresleting tasnya.
Giselle terdiam.
Dia mengerti maksud dari ucapan Karina tentang Harvin yang pernah atau tidak menjadikannya sebagai rumah.
Benar, dia baru sadar bahwa selama ini pacarnya itu tidak pernah menganggapnya sebagai tempat untuk berpulang.
Cewek itu menghela nafas berat. Karina yang melihatnya pun merasa sedikit bersalah karena terlalu berlebihan dengan ucapannya.
Namun ia terpaksa berbicara seperti itu agar sahabatnya bisa sadar bahwa yang selama ini dia lakukan salah.
Hanya membuat lelah diri sendiri.
"Udah deh mending ikut gue aja ke warkop pertigaan kampus."
Giselle menatap Karina yang juga menatapnya sambil menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When
Roman pour Adolescents(COMPLETED) Berawal dari bioskop, popcorn, dan cola. Yang akhirnya mempertemukan Hejantara dan Grizellet dalam satu teater yang sama.