.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk dirinya melewati jalanan menuju sekolah. Pintu gerbang terbuka sempurna, anak pemilik sekolah ini baru saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam sekolahan milik ayahnya.
"Apa nggak apa-apa, Mila masuk belum mendaftar sekolah?" tanya Camila yang ragu turun dari mobil.
Khadafi tersenyum, lalu mengelus pipi sang adik, "Nggak apa-apa Mila, 'kan ada kakak yang ngurus semua pendaftaran kamu, kamu lupa ya kalau sekolah ini punya ayah?"
"Iya juga sih sekolahnya punya ayah, tapikan harus mengikuti aturan sekolah juga dong kak."
"Iya Mila, nanti biar kakak yang ngurus semuanya, kamu tinggal tunggu di kantor kakak," gemas Khadafi.
"Udah yuk ah turun, udah mau masuk nanti kamu tunggu di kantor kakak aja, soalnya kakak ada jam ngajar pagi ini."
"Mila gak ikut belajar dong?"
"Untuk hari ini mungkin nggak, apa kamu mau sekolah dulu di pesantren hm?"
"Gak mau, Mila mau di dekat kakak aja pokoknya,"
"Ya udah, kamu di kantor aja ya seharian, nanti ada kak Damar juga."
Setelah berbincang di dalam mobil, mereka berdua turun dengan penuh aura yang menarik perhatian para siswa.
Semua berjalan dengan seirama. Sampai detik ini Khadafi masih harus memantau adiknya lebih extra lagi, karena takut kejadian semalam terulang kembali. Setiap langkah yang terdengar di lorong sekolah, para siswa tidak henti-hentinya membicarakan kedua orang ini yang begitu menarik perhatian.
"Kamu tunggu di dalem aja ya, kakak langsung ke dalam kelas," kata Khadafi dibalaskan anggukkan dari Mila.
***
"Pak, bukain pintunya dong," pinta Xaula memohon sambil mengeluarkan puppy eyesnya.
"Tidak bisa, neng. Sudah peraturannya yang telat tidak akan dibukain pintu."
"Ya Allah, pak. Sadis amat sih jadi satpam," cibirnya sambil memasang wajah melas, "Ayolah pak, sekali aja, saya bentar lagi ujian kalo gak masuk nanti ketinggalan pelajaran,"
"Maaf neng, udah peraturannya seperti itu." Satpam itupun langsung pergi meninggalkan Xaula di depan gerbang seorang diri.
Xaula tersenyum miring, permohonan untuk dibukakan pintu hanyalah basa-basi semata. Sudah menjadi kebiasaan Xaula mencari jalan lain untuk masuk ke dalam sekolah dengan memanjat tembok gudang belakang sekolah.
"Bodoh, padahal gue bisa manjat tembok gudang belakang, ngapain juga harus basa-basi kek gitu," gumamnya langsung melemparkan tasnya ke dalam sekolah.
Gadis itu langsung meloncat dan tangannya dengan sigap langsung mencengkram tembok tersebut. Kakinya menahan untuk menguatkan tubuhnya supaya tidak terjatuh, lalu dengan sekali lompatan dari samping, Xaula sudah masuk ke dalam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]
Teen FictionSequel of Crazy Man Mengandung kebaperan dalam cerita ini, siapkan mental kalian sebelum membaca agar tidak melenyot sepanjang part. #1 in badgirl [28/04/2022] #1 in misteri [27/02/2022] #1 in fiksiumun [11/12/2021] #2 in spiritual [28/04/2022] #3 i...