DS | 06 •'ant jamilatan•

18.1K 2.3K 58
                                    

"Mau saya keluarin kamu dari sekolah ini?" tegas Khadafi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau saya keluarin kamu dari sekolah ini?" tegas Khadafi.

"Keluarin aja kalo bisa, papa gue kepala sekolah disini." Balasnya dengan nada menjengkelkan.

"Neng, papa kamu baru kepala sekolah di sini, dia—anak yang kamu usir ini adalah anak pemilik sekolah ini dan ini kakaknya. Masih berani nyombongin diri seperti itu?" kata Damar membuat Salwa langsung panik melihat Camila, lalu berganti ke Khadafi.

"M—maaf, gue gak tau," lirihnya menunduk pasrah.

"Besok-besok jangan bawa-bawa kekuasaan orang tua ya, kasihan papa kamu nanti kena imbasnya," ucap Khadafi dengan lembut. Salwa mengangguk patuh. "Ya sudah, kembali ke kelas masing-masing, jam istirahat sudah habis waktunya."

Semua siswa yang berada di kantin pergi masuk ke dalam kelas karena perintah Khadafi. Kini lelaki itu menatap adiknya dengan tajam, melipatkan kedua tangannya di dada.

"Kenapa keluar dari kantor?" tanyanya pada Camila.

"Bosen, Mila juga laper, kakak lupa ngasih makan siang buat Mila jadinya aku keluar deh cari makanan," jawabnya tanpa adanya kebohongan.

Khadafi refleks menepuk jidatnya karena sudah lupa mengantarkan makan siang untuk adiknya. Pikirnya Camila sudah membawa bekal dari rumah, setelah ia ingat-ingat bundanya tidak memberikan bekal makanan pada Camila tadi pagi karena marah pada anak ini.

"Hehe kakak lupa, ya udah kamu masuk lagi sana ke kantor," suruh Khadafi, Camila pun hanya menurut saja.

Tidak lama radio sekolah berbunyi, memberitahukan jikalau seorang guru mencari keberadaan siswa yang tidak hadir dalam kelasnya. Khadafi yang mendengarkan pemberitahuan itu langsung mencari keberadaan siswi tersebut.

Diberitahukan kepada siswi bernama Xaula Robiatul Adawiyah untuk segera masuk ke dalam kelas dan mengikuti kegiatan belajar. Terima kasih.

"Xaula cepat masuk ke dalam kelas atau saya laporkan ke papa kamu!"

Di atas sekolah yang biasa disebut dengan rooftop, nampak seorang gadis yang sedang asik merokok dengan tenangnya sambil memandang langit yang sebentar lagi turun hujan. Tidak lama terdengar suara pintu terbuka. Seorang lelaki berpakaian seragam guru berdiri tepat dihadapannya.

Xaula menyipitkan pandangannya lalu memalingkan wajahnya. Dia tidak perduli dengan keberadaan Khadafi dihadapannya dan memilih untuk menghisap kembali rokok yang ada di tangannya itu.

"Kembali ke kelas, Xaula. Jam istirahat sudah habis waktunya," ucapnya.

"Duluan."

"Disekolah dilarang merokok," kata Khadafi masih setia terdiam dihadapan Xaula tanpa melakukan sesuatu pada gadis itu.

"Ya, gue tau."

"Matikan sekarang!"

"Nanggung."

"Matikan sekarang atau saya tambah hafalan Qur'annya?" ancamnya membuat Xaula berdecak. Gadis itu langsung membuang rokok tersebut lalu menginjaknya hingga abunya benar-benar mati.

"Gak seru mainnya anceman!" ketusnya meninggalkan Khadafi.

Tanpa disadari Khadafi tersenyum kemenangan, karena Xaula langsung nurut dengan perintahnya. Hatinya seakan berbunga-bunga melihat Xaula yang nurut itu. Tidak mau tertinggal oleh Xaula, dia menyusul langkah Xaula yang turun dengan tergesa-gesa.

"Xaula Robiatul Adawiyah," Panggil Khadafi.

Xaula memberhentikan langkahnya saat mendengar panggilan dari guru agamanya itu. "Kenapa?"

"Saya panggil kamu Robia ya," kata Khadafi tersenyum manis.

"Gak! Jleg banget namanya."

"Siapa bilang jelek? Semua yang menyangkut sama diri kamu itu serba cantik, Robia." Xaula hanya memutarkan bola matanya malas.

"Jangan panggil gue dengan sebutan Robia, cukup Xaula atau Ula aja, sekali lagi lo manggil gue dengan sebutan Robia, gue tebas pala lo, pak," sarkasnya meninggalkan Khadafi.

Lelaki itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku menggemaskan dari Xaula.

"Robia, Robia, walupun kamu sering marah-marah dihadapan saya, kamu itu adalah wanita paling menggemaskan selama saya hidup," gumamnya terkekeh pelan.

***

Sudah saatnya pulang sekolah, semua siswa tergesa-gesa untuk pulang ke rumah karena sudah turun hujan. Rata-rata mereka dijemput oleh mobil yang secara otomatis tidak akan kehujanan. Berbeda dengan Xaula yang tadi pagi menaiki angkutan umum, karena motornya sedang di service akibat tabrakan kecil kemarin.

"Ula, lu gak bawa motor?" tanya Yoga yang baru saja sampai di samping Xaula.

"Gak."

"Kenapa?"

"Masuk bengkel."

"Tabrakan lagi?"

"Yoi."

Tidak lama Yuta datang dan langsung memeluk Xaula dan Yoga, kebetulan Khadafi sedang lewat di dekat mereka, dia langsung membulatkan matanya sempurna dan memisahkan mereka. Yoga menatap bingung pada Khadafi.

"Siapa?" tanya Yoga pada Xaula dan Yuta.

"Calon suaminya, Xaula." Ucap Khadafi singkat.

" Ucap Khadafi singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀

Jangan lupa untuk follow, vote dan komen, ya, prensky biar Pou seneng 😇

Jangan lupa untuk follow, vote dan komen, ya, prensky biar Pou seneng 😇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you next part
Salam dari Pouri ❤️

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang