S A Z [6]

29 6 9
                                    

"AAAAAAAAA TOLONG HIKS MAAFIN AKU YA ALLAH"

"Safa tenang Safa ini saya Husein" suara yang membuat aku lega, namun dengan memastikannya aku mendongakkan kepalaku kearahnya

"AAAAAA KAK HUSEINN HIKSS AKU TAKUT!" Tangisku malah semakin pecah, aku tidak bisa menahan tangisku lagi, aku menangis sekeras mungkin. Menunduk dan menangkup wajahku yang masih dalam keadaan terduduk di tanah.

"Ssshh sudah Safa sudah ayo saya antarkan pulang" Kak Husein berucap dengan sabar, sepertinya Kak Husein ingin menghentikan tangisanku, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, untuk membuat Kak Husein tidak terlalu khawatir aku langsung berdiri dari dudukku dan mengikuti Kak Husein yang sudah membuka pintu mobilnya.

"Terimakasih Kak" jawabku diiring senggukan senggukan sisa tangisan yang tak kunjung hilang

•••

Didalam mobil suasana begitu canggung, aku masih dengan sesenggukan yang tidak kunjung mereda, rasanya berbicarapun sungguh berat, ditambah aku malu mengingat kejadian konyol yang baru saja terjadi.

"Ehem, maaf sebelumnya jika saya lancang, kamu kenapa dijalan seorang diri? Setau Saya pengajian sudah terlewat satu jam yang lalu, ini udah bampir tengah malam, apa yang membuatmu sampai menangis seperti tadi, maaf jika pertanyaan saya berlebihan" akhirnya Kak Husein membuka suara, stidaknya suasana tidak secanggung tadi.

"Aku tidak dapat memesan mobil karena terus dibatalkan, bahkan hp ku lowbat dan ketika aku hendak balik ke pesantren, aku baru tersadar kalo aku sudah jauh dari lingkungan pesantren, suasana disanapun membuat aku takut, jadi berakhirlah aku yang menangis karena aku sangat ketakutan, ditambah suara langkah kaki yang mendekat, ketakukanku semakin menjadi, maaf merepotkan kakak" kataku dengan jujur, aku mengatakan semuanya, entah kenapa tidak ada keraguan ketika aku akan berbagi cerita, sehingga mengalirlah dengan sendirinya cerita itu.

"Saya tidak merasa keberatan, malah Saya senang bisa membantu kamu, padahal kamu tadi bisa menghubungi Saya atau mengajak Saya pulang bareng, karena arah rumah kita kan searah jadi saya tidak akan merasa keberatan jika sekalipun kamu mengubungi saya untuk meminta bantuan" lagi-lagi Kak Husein membantuku, dia rela direpotkan, masyaallah jangan kau ambil orang seperti Kak Husein dari sisiku ya allah, semoga kak Husein bisa menjadi teman laki-laki pertamaku, karena sepertinya Kak Husein orangnya humble dan enak diajak berteman.

"Yasudah kalo gitu aku minta no hp kakak"

"Hah?"

"Iya aku minta no hp kakak biar aku bisa menghubungi kakak" ucapku dengan mantap, ya aku ingin berteman dengan Kak Husein, meskipun Kak Husein lebih tua dariku tapi setidaknya Kak Husein lebih baik dari teman laki-laki sebayaku.

"Boleh kak?" Sepertinya Kak Husein sedikit ragu atau mungkin tidak ingin berteman denganku?

"Ya bolehlah kan tadi juga saya yang nyuruh kamu buat hubungi saya jika kamu butuh bantuan" katanya diiringi sedikit tawa dari Kak Husein, hah aku kira Kak Husein tidak mau, tapi sepertinya pikirankulah yang berlebihan

"Nih tulis aja nomor kamu" lanjutnya sambil menyodorkan hpnya padaku, dia tidak melihat kearahku bahkan sedari tadi dia hanya melihat ke depan dan fokus menyetir, namun susana kembali canggung.

"Makasih kak, jangan lupa hubungi aku duluan, biar aku bisa simpen no nomor Kak Husein " jawabku seperlunya, namun Kak Husein tidak memberikan respon apapun lagi, suasana pun semakin canggung entahlah, tapi tidak apa lagipula akupun tidak punya topik untuk berbicara.

Dan ya soal menjalin pertemanan dengan Kak Husein mungkin jika dilain kesempatan aku bisa berbicara lagi dengannya aku akan langsung bicara, toh cuman mengajaknya berteman, jadi itu bukanlah suatu hal yang buruk meski aku juga tidak terlalu percaya diri jika Kak Husein mau menerima ajakanku untuk berteman, Kak Husein itu orang yang sudah dewasa bahkan pemikirannya pun luas mungkin jika dibanding denganku, aku hanya bisa berada beberapa langkah dibelakangnya bahkan satu langkah dibelakangnya pun aku belum bisa. Tapi yasudahlah nanti akan kucoba.

•••

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami sampai, namun aku tidak ingat seberapa lama aku berada diperjalan, karena setelah pembicaraan terakhir kami, aku ketiduran dan berakhir ketika aku membuka mata dan melihat rumahku.

Kelihatannya mamah sama papah pun belum pulang, karena tidak ada mobil yang terparkir, huh aku sedikit lega, setidaknya aku tidak akan dimarahi setelah kejadian melelahkan terjadi padaku.

"Teriamaksih kak, sekali lagi maaf merepotkan, tapi jika Kak Husein memang tidak masalah untuk direpotkan aku akan dengan senang hati merepotkan" kataku setelah aku keluar dari mobilnya, aku sengaja berkata sambil memberikan candaan, mungkin kami bisa lebih akrab?

"Iya sama-sama, jangan sungkan kalo mau merepotkan saya, dan ya ini udah jam 9 mau saya antar dan menjelaskan sama orangtuamu?" Katanya dengan sedikit terkekeh setelah mendengar candaanku, ya mungkin agak garing sih.

"Tidak perlu kak terimakasih, orangtuaku sedang tidak ada dirumah, aku hanya berdua sama Kakakku jadi tak masalah"

"Oh yasudah saya pamit dulu assalamualaikum"

"Iya hati-hati dijalan, waalaikumsalam" ah iya aku lupa jika dia tetangga depan rumahku, mungkin kami cuman berjarak lima langkah, namun rasanya tadi aku berbicara seperti rumah kami berjauhan, ah konyolnya aku.

•••
"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, darimana aja si dek, kakak khawatir tau ih kamu mah, mana pulang jam segini lagi, nanti kalo kamu ilang terus gimana, nanti  mamah sama papah kalo tau juga bakal khawatir, kenapa kamu gak telpon kakak si dek?" Baru masuk pintu rumah, kak Leya sudah ada dan menanyakan banyak hal, bahkan dia terlihat sangat khawatir.

"Maafin aku kak, tadi aku kesusahan mencari mobil lewat aplikasi, jadi aku agak telat pulangnya, dan soal aku gak hubungi kak Leya itu karena aku tau Kak Leya lagi gak mood" aku menjawab dengan apa adanya, ya aku emang salah karena tidak memberi kabar juga, aku kira Kak Leya sedang sibuk dengan dunia orennya, namun aku lupa, bahwa Kak Leya tetaplah kakakku yang akan khawatir jika adiknya tidak ada dirumah, ah rasanya aku semakin menyayangi kakak tercantiku itu.

"Yasudah lain kali jangan gitu lagi ya, se gak mood nya kakak, kakak gak akan pernah nolak jika kamu minta bantuan kakak, ingat ya dek kita itu saudara, kita harus saling menjaga dan mendukung oke!"

"Oke siap kak! Eh mamah sama papah kapan pulang kak?" Tanyaku penasaran

"Mamah sama papah nginep dirumah saudara dek, mungkin besok juga pulang"

"Yaudah, makasih ya kakakku udah khawatirin aku, lebih baik kita tidur ayo!" Ucapku sambil memeluk kakakku dan mengajaknya tidur

•••
Hari ini adalah hari minggu, dimana hari bersantainnya para siswa, aku sangat menikmati hari minggu meskipun hari minggu sangat berteman dekat dengan hari senin, tapi itu bukanlah hal yang mengganggu buat aku, karena yang berteman kan mereka bukan aku ahahahah.

Aku mengajak Wowo kedepan dan memberikan makanan padanya, setelah aku lihat ternyata aku mengerti, kenapa mamah sangat menyayangi Wowo, karena jika orang melihat Wowo pun mungkin mereka akan menatap gemas wowo, yang paling aku suka dari Wowo adalah matanya yang biru dan bulunya yang lebat.

Aku mengajak Wowo kedepan dan memberikan makanan padanya, setelah aku lihat ternyata aku mengerti, kenapa mamah sangat menyayangi Wowo, karena jika orang melihat Wowo pun mungkin mereka akan menatap gemas wowo, yang paling aku suka dari Wowo adala...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengelus bulu tebal Wowo, namun ketika aku melihat kearah gerbang yang sedikit terbuka, aku melihat kak husein yang sedang mengurus pohon di luar rumahnya, tidak ingin melewatkan kesempatan akupun menuju kearah pintu gerbang sambil menggendong Wowo si kucing mengemaskan.

"Assalamualaikum Mas"

•••
Assalamualaikum
Sayonaraa yurobunn

S H A F I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang