S A Z [7]

27 6 8
                                    

Bintang? Kenapa dia ada disini? Ada perlu apa Bintang sama Kak Husein?

Aku tidak jadi menghampiri Kak Husein, karena sebelum aku ketempatnya Kak Husein, bintang lebih dulu menemui Kak Husein, dan disana mereka berbicara tanpa ada yang bisa aku dengar sedikitpun. Karena mereka berbicara dengan sangat pelan.

Mereka terlihat sangat akrab, bahkan karena saking asiknya mereka berbicara mereka tidak menyadari jika sedari tadi aku memperhatikannya, aku tidak beranjak dan terus memperhatikan sampai saat Wowo turun dariku

"Wowo kamu mau kemana!" aku berbicara dengan sedikit berteriak, namun karena suaraku, akhirnya mereka menyadari keberadaanku.

"Eh Safa? Assalalamualaikum" tanya Bintang dengan nada bingung, namun setelahnya Bintang tersenyum kearahku, hari ini dia sangat tampan menggunakan pakaian lengkap kokonya,namun setelah dia tersenyum padaku dia tiba-tiba memalingkan wajahnya,rasa sukaku padanya akankah makin besar? Ah semoga saja tidak, ya allah hilangkan lah perasaanku ini ya allah, agar aku tidak merasa bersalah karena telah menghianati sahabatku sendiri.

"Waalaikumsalam Bintang, kamu kenal Kak Husein?" Tanyaku langsung pada intinya, aku sangat penasaran tentang hubungan mereka

"Yaiya saya kenal dia kan A-"

"Anak didik Kiyai Zafran ayah Bintang" Kak Husein memotong pembicaraan Bintang, tapi apakah itu benar? Em tapi bisa juga sih, kemarin kan Kak Husein juga ada di pengajian jadi ya mungkin saja

"Wah Kak Husein ternyata udah sering belajar disana juga ya? Aku jadi iri sama kalian, kalian sangat beruntung bisa merasakan keseruan dalam belajar dan mendapatkan ilmu setiap harinya. Hm andai aku bisa." Jawabku sedikit kecewa

"Lah kata siapa gak bisa? Kamu bisa kok Safa, kalo kamu mau nanti saya bicara sama Abi dan Umi, mereka pasti seneng kalo kamu mau ngaji tiap hari" Bintang membalas ucapanku dengan tenang dan penuh dengan kepercayaan diri, bahkan dalam keadaan seperti ini saja dia sudah membuatku kagum, apakah itu tidak masalah?

"Emm makasi Bintang, aku cukup dateng ke pengajian kilat aja, mamah sama papahku juga gak mungkin izinin aku, karena aku mungkin akan pulang malam dan jarak rumah ke pesantren juga agak jauh jadi kalo setiap hari mungkin aku gak bisa, tapi sebelumnya terimakasih ajakannya" jawabku seadanya, toh memang kan, kemarin juga aku pulang malam aja udah ada kejadian yang menimpaku.

"Kalo kamu khawatir karena pulangnya malam kamu bisa minta antar Saya atau Mas Husein jika kamu mau, toh jika sama Mas Husein kan juga gampang, kalian kan bertetangga" bintang sepertinya sedang membujukku em apakah iya?

"Sebelumnya terimakasih atas ajakannya, kemarin emang aku pulang bareng Kak Husein, tapi setelah aku pikir ternyata itu bukan hal yang baik, kita tau kan bahwa tidak boleh berduaan dengan orang yang bukan mahram, apalagi malem-malem, kalo misalnya kemarin kan itu dalam keadaan darurat, jadi sekali lagi makasih atas niat baiknya" jawabku sambil tersenyum kearah mereka.

"Ah iya juga ya Saf saya baru kepikiran, terimakasih sudah mengingatkan saya, sebelumnya saya pamit pulang ya, saya ada keperluan assalamualaikum Safa, mas.." terlihat sekali Bintang sedang sangat buru-buru, namun aku tidak mengetahui apa yang membuatnya seperti itu, tapi kelihatannya itu sangat penting.

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan"

Akhirnya hanya tersisa kami berdua, tapi kenapa ya dari tadi Kak Husein gak nimbrung ketika aku lagi ngobrol sama Bintang, dia hanya memperhatikanku dengan tatapan yang sangat sulit aku artikan, namun yasudahlah

"Safa, boleh saya pinjam Wowo?" Nah sekian lama dia baru bicara dan kata pertama hanya keluar hanya ingin meminjam Wowo?, apakah daritadi dia memperhatikan Wowo bukan aku? Ah ternyata aku kegeeran ahahaha Wowo kan emang menggemaskan, wajar saja dia lebih memperhatikan Wowo, tapi emang apa yang aku harapkan?

"Hahaha daritadi kak husein liat Wowo yang menggemaskan ini kan, pantes gak nimbrung pas tadi lagi ngobrol sama Bintang"

"Boleh gak?" Lah tumben dia agak ketus ya? Apakah aku salah ngomong? Tapi gak juga sih, ah gatau ah

"Boleh kak tapi sebelumnya aku mau ngomong sama kakak" aku berbicara sambil sedikit berteriak, karena daritadi kita berbicara dengan jarak yang lumayan jauh.

"Apa?"

"Kakak kalo lagi ada masalah bisa cerita sama aku, jangan jadi jutek gitu kak, soalnya kakak kalo jutek kaya gitu kentara banget ahahaha" kataku sambil ketawa, jujur Kak Husein jutek nya keliatan banget, kemana hilangnya kewibaannya?

"Kita kan teman kakk, pokoknya kita teman ok! Kalo mau curhat-curhat aja, bisa kok curhat aja sama aku lewat chat, gak usah ngomong berdua kek  orang-orang kalo mau curhat, bukan mahram hahahhaa" Lanjutku, sengaja aku mengatakan itu sambil sedikit tertawa

"Ini kak Wowo nya" kataku berlari meninggalkan Wowo dihadapan kak husein, aku kembali ke  rumahku lagi, namun sebelum itu

"JANGAN JUTEK LAGI OKE KAK! POKOKNYA KITA UDAH TEMENAN! MAKASIH UDAH MAU JADI TEMEN AKU, DAN YA JANGAN LUPA BALIKIN WOWONYA YA KAK!" Aku berteriak di depan rumahku

"ASSALAMUALAIKUM KA HUSEIN" setelah itu aku masuk ke rumahku, meninggalkan Kak Husein yang mematung sambil menggendong Wowo, entahlah mungkin Kak Husein kaget sama kelakuanku, namun aku juga tidak percaya bisa melakukan hal itu. sangat konyol bukan? Ya tentu.

•••

Ternyata benar kalo kita libur hari minggu maka liburnya cuman setengah hari, terbukti kan sekarang dah sore tapi aku merasa sudah dihantui hari senin, ah kenapa minggu sama senin harus berteman sih, jadi sayangkan hari liburnya terselingkuhi.

Oh ya Kak Husein belum balikin Wowo tapi mamah kayaknya udah percaya sama Kak Husein deh, terbukti kan daritadi pas pulang dan nyariin Wowo tapi tau Wowo lagi sama Kak Husein mamah gak nyuruh ambilin Wowo tuh, malah katanya biarin aja, tapi kayaknya aku mau bawa Wowo aja deh mungkin Kak Husein lupa kali kalo wowo punya mamah ahahhaha

Aku keluar kamar dengan pakain lengkap beserta kerudung instanku, aku hendak menuju pintu namun

"Mau kemana dek?"

"Mau ngambil wowo dirumah kak husein pah" jawabku agak sedikit canggung, jujur aku bahkan tidak pernah berbicara santai jika bersama papahku.

"Gak usah, tadi mamah udah nyuruh kak Leya buat ambil, mungkin kalo nyuruh kamu mamah udah tau kalo kamu itu banyak alesan!"

Deg!

Perasaan yang paling aku benci, kenapa aku selalu merasa terpojokkan seperti ini, kenapa rasanya berbicara sama papah aja aku gak bisa santai mungkin  aku juga gak bisa ketawa bareng papah. Air mata tolong jangan keluar plis! Tolong jangan!

Aku gak bisa menahan mataku untuk tidak mengeluarkan air, rasanya mataku perih, hatiku sakit.

Setelah aku mendengar kalimat yang papah lontarkan, aku menunduk tanpa menjawab lagi ucapannya, aku langsung lari kekamar sambil menahan tangisku agar tidak keluar dihadapan papahku, sungguh hati aku sangat sakit! Apakah aku bisa meminta agar aku tidak diberi rasa sakit hati ketika kejadian seperti ini terjadi lagi? Pasalnya aku pikir kejadian dalam hidupku tidak jauh dari yang namanya sakit hati, dalam hal apapun!

"Hiks"

•••

Anyeongg sayonara..

S H A F I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang