Aku berdiri di balkon kamarku, menghirup udara yang begitu sejuk, entah kenapa balkon kamarku menjadi tempat ternyaman untuk aku menenangkan pikiranku, bahkan aku bisa melihat posisi rumah kak husein di balkon.
Sambil bersantai dan menikmati angin sepoi-sepoi, aku masih memikirkan perkataan yang Ara katakan, perkataan yang Ara katakan bahkan menurutku benar semua, namun apakah aku masih boleh berpikir dan bertanya-tanya tentang Ara? Tapi aku rasa cukup sampai disana saja, karena aku sama sekali tidak ingin mendengar lagi hal yang membuat aku tertampar oleh kebenaran yang dia sampaikan.
Benar kata Ara, jika kita bertekad tentang suatu hal, maka kita hanya perlu mendekatkan dan memantaskan diri kepada allah.
Aku memutuskan untuk pergi balik kamar, karena udah hampir sore juga, setelah itu aku duduk di kasur sambil melihat seluruh pojok ruangan yang ada dikamarku, tidak ada yang menarik bahkan tidak ada satu kata estetik pun dalam kamarku, rasanya terlalu monoton dan menonjol. Namun, satu hal yang membuat aku tidak bisa berpaling dari hal itu, aku masih mengingat apa itu, dan untuk apa, dan pada akhirnya aku tau..
Hadiah dari kak husein!
Ah ya aku sampai lupa jika aku pernah dikasih hadiah oleh kak husein, aku lupa belum membuka dan masih belum tau apa isinya, namun aku yakin itu bukan makanan, karena terbukti tidak ada semut yang mengerumuni paper bag atau kotak didalamnya. Karena kalo memang benar makanan didalamnya, aku pastikan itu sudah basi karena hadiahnya yang sudah lewat satu bulan, selama itukah aku mengenal Kak Husein?
Aku mencoba mengeluarkan dengan perlahan kotak dari paperbag, dan ketika aku melihat kotaknya, aku sampai terkejut, karena aku yakin barangnya itu bukan barang yang sangat murah itu terlihat mahal karena hiasan dari luarnya juga sangat cantik dan elegan, aku perlahan membuka kotak itu dan aku kembali terkejut.
Kak husein kasih aku mukena yang berasal dari mesir?, ya aku sangat mengenal mukena ini, mukena ini terbuat dari bahan yang sangat nyaman untuk dipakai, dan motifnya yang simpel namun elegan, dan aku sangat yakin ini langsung dari mesir, apakah kak husein pernah ke mesir?
Ah rasanya aku sangat menikmati waktu aku bersantai sambil membuka hadiah, soal Kak Husein aku tidak akan bertanya ini darimana atau semacamnya, karena sudah dikasih aja alhamdulillah banget gitu kan, aku masih diam duduk di tempat tidur sampai aku baru menyadari, jika mamahku memanggilku dengan suara keras.
"SAFAAA!"
"IYA MAH BENTAR..." aku segera membersihkan barang yang tadi kubuka dan menyimpannya di lemari, setelah itu aku keluar.
•••
"Iya mah ada apa?" Aku menghampiri mamah yang sedang ngasih makan Wowo, dan aku yakin mamah panggil aku bukan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, karena sebelum aku bersantai, aku sudah lebih dulu mengerjakannya.
"Kamu mau kan anterin Wowo ke halaman rumah Husein? Dia ada di halamannya" hah mau apalagi Wowo dikasih kesana?.
"Mah kenapa gak Kak huseinnya aja yang kesini bukannya deket ya mah?" Ya aku aneh aja gitu, Kak Husein kan tinggal nyebrang aja apa susahnya.
"Lagian kita itu laki-laki sama perempuan mah gabaik kalo aku kesana nyamperin kak Husein, apa kata tetangga?, disana kak Husein tinggal seorang diri, ya meski jika aku kerumah Kak Husein aku gak masuk dan masih diluar dengan keadaan gerbang yang terbuka lebar, tapi apakah orang akan berpikir sama?" Lanjutku , aku mengeluarkan semua yang ada dalam pikiranku, aku memang ingin berteman dengan Kak Husein, tapi berteman lewat chat kan bisa?
"Mamah tau sayang, percayalah ini yang terakhir kalinya husein menyuruh kamu yang datang kerumahnya, karena setelahnya mamah yakin Husein sendiri yang akan datang kesini."
"Kak Husein yang nyuruh aku kerumahnya?" Sumpah aku kaget waktu mamah bilang seakan Kak Husein yang selalu nyuruh aku buat datang kerumahnya, apa maksudnya?
"Ih kamu mah salah denger, tadi mamah bilang tuh ini yang terakhir kalinya mamah nyuruh kamu, gada Husein-Huseinnya tuh, ayoo kenapa ayo inget mulu sama Husein hm suka ya?..jangan deh Saf kamu masih kecil!" Kok jadi gini sih mamah apa emang aku salah denger ya?
"Ih mah kata siapa sih gk ada suka-suka ya, lagian kak husein tuh kayak kakak aku tau.. ih jangan suudzon lo mah, yaudah siniin Wowonya, assalamualaikum mah" aku membawa wowo sambil menuju kearah pintu keluar.
"WAALAIKUMSALAM, WOWONYA JANGAN SAMPE LECET INGET!" kebiasaan deh suka teriak-teriak
"OKE MAH!"
•••
"Assalamualaikum kak!""Waalaikumsalam Safa" jawab kak husein yang tidak mengalihkan pandangannya, ah rasanya aku tidak tahan ingin menayakan perihal hal yang sama yang aku tanyakan sama mamah.
"Nih kak Wowonya" aku menurunkan Wowo, dan dengan sendirinya Wowo nyamperin ke arah Kak Husein, wah hebat banget ya udah langsung akrab aja.
"Em Kak Husein sebelum aku pulang boleh gak aku nanya sama kakak?" Aku sedikit ragu, namun aku tetap berniat menanyakannya.
"Boleh silahkan"
"Em gini ya kak, aku pikir kakak pasti lebih mengerti sama agama dan hukum-hukum yang dilarang ataupun diperbolehkan dalam agama, tapi maaf nih kak ya kenapa kalo kakak mau pinjem Wowo kakak gak dateng sendiri aja?, kakak kan tau bahwa kita bukan mahram yang bisa dengan enteng ketemu berdua seperti ini, aku tidak ingin menjadi fitnah kak" aku berbicara dengan sangat teliti, karena jujur, aku sangat ingin mengetahui pendapat kak husein tentang ini
"Sebelumnya saya minta maaf jika membuat kamu tidak nyaman, dan terimakasih sudah mengingatkan saya, saya membenarkan apa yang kamu ucapkan, karena benar kita berdua tidak bisa dengan bebas bertemu seperti sekarang, tapi saya mempunyai alasan sendiri kenapa saya melakukan hal itu, dan alasan yang saya buat saya rasa cukup sampai disini, kedepannya saya yang akan sering datang kerumahmu." Jawab Kak Husein sambil tersenyum, jujur perkataan Kak Husein tidak menjawab satu pun pertanyaanku , ini akunya yang terlalu bodoh mencerna jawabannya? apa Kak Husein nya yang terlalu pintar memberikan jawaban?
"Ah ya kamu juga boleh menghubungi saya jika kamu butuh bantuan saya, saya akan siap membantu kamu jika kamu butuh bantuan saya."
"Dan maaf saya harus duluan masuk, kamu boleh pulang assalamualaikum" lanjut kak Husein dengan sedikit terburu-buru.
"Waalaikumsalam"
Aku berbalik meninggalkan rumah Kak Husein, namun kenapa kebiasaanku itu selalu berpikir hal-hal yang sulit aku cerna sendiri, perkataan Kak Husein tidak bisa aku artikan dan aku mengerti, namun aku tetap ingin mengerti apa yang Kak Husein maksud, karena yang kak husein ucapkan itu adalah jawab dari pertanyaan yang bersarang besar dikepalaku.
Ah apa aku harus melupakannya? Lagian kapasitas otakku tidak sampai kesana juga, jika emang allah mengizinkan aku mengerti apa yang dimaksud kak husein, maka aku percaya, bahwa allah aku memberi tahu aku dengan cara lain. Yasudahlah.
•••
Halo halo yurobun assalamualaikum
Sayonara..
KAMU SEDANG MEMBACA
S H A F I R A
RomanceShafira alifia zahra atau sering dipanggil safa, dia adalah anak kedua dari dua bersaudara, satu kata yang selalu ada dalam hidup safa, satu kata yang membuat dia tidak percaya diri akan hidupnya, satu kata yang membuat dia hanya melihat dari sudut...