S A Z [10]

36 4 0
                                    

Setelah hari dimana aku bertanya dengan Kak Husein, aku tidak pernah lagi kerumahnya, namun sebaliknya, setiap siang dan sore Kak Husein selalu berkunjung kerumahku, entah untuk meminjam Wowo atau sekedar mengobrol dengan mamah dan papah, namun Kak Husein bisa dibilang sering datang berkunjung kerumahku, kukira waktu itu perkataan Kak Husein  hanyalah pelengkap dari pertanyaanku saja, namun ternyata itu bukan sekedar pelengkap, namun menjadi cabang baru dari pertanyaan yang ada di kepalaku.

Semenjak hari itu juga aku tidak pernah bertegur sapa dengan Kak Husein, bahkan mungkin bertemu saja kami bisa dibilang jarang, ketika Kak Husein kerumah aku tidak pernah menghampirinya, bahkan ketika aku ikut pengajian kilat juga kami tidak bertemu sama sekali.

Aku tidak pernah menyangka ekspektasiku tentang pertemanan yang akrab dengan kak husein cuman sampai angan-angan yang bahkan belum benar-benar aku rasakan.

Bahkan kami hanya saling menyimpan kontak tanpa pernah bertegur sapa lewat chat.

•••

"Assalamualaikum Safa"

"Waalaikumsalam, iya" Bintang menyapaku ketika aku sedang berjalan ke perpustakaan, akhir-akhir ini aku sudah mulai terbiasa berbicara santai dengan Bintang, namun aku belum yakin jika aku bisa berbicara santai dengan laki-laki yang lainnya.

"Punya waktu sebentar?"

"Iya ada apa?" Aku sedikit bingung tentang Bintang, akhir-akhir ini dia sering mendatangiku, entah itu tentang pengajian kilat atau tentang hal yang lainnya. Namun jujur, yang aku rasakan itu sangat tidak menentu, aku kadang merasa risih akan hal itu, namun aku tidak munafik jika aku senang ketika Bintang berbicara banyak hal kepadaku.

Seperti biasa, jika kami berbicara jarak antara aku dan Bintang hampir satu meter, akupun selalu menjaga pandanganku agar aku bisa menjaga hatiku dari bisikan-bisikan setan, namun disisi lain, aku juga merasa dosa karena terlalu sering berbicara bahkan berbicara dengan Bintang tanpa ditemani seorangpun, karena setiap aku bertemu Bintang, Ara dan Rina sedang tidak bersamaku. Dan seperti itulah Bintang menemuiku, mugkin jika ada teman disekelilingpun bukan Ara dan Rina yang disisiku, namun siswa-siswi lainnya.

"Kamu bisa gak setelah pengajian yang akan diadakan minggu depan kamu mampir dulu kerumah umi sama abi?" Sungguh setelah aku menduduki bangku SMA aku merasa kehidupan yang sebenarnya baru aku mulai.

Warna setiap hari akan selalu berbeda, bahkan cerita hidup sangat beragam setiap harinya, saking seringnya berganti cerita, hal-hal yang aku lakukan tidak bisa aku ungkapkan dengan jelas.

"Em maaf Bintang tapi sebelumnya ada perlu apa ya? Kenapa saya harus kerumah umi sama abi dulu? Maaf jika perkataan saya kurang berkenan, saya bukan tidak mau bertamu kerumah umi sama abi, tapi saya takut tidak bisa datang karena waktu pulang dari ngaji kilat sangat malam, bahkan saya sendiri masih merasa takut ketika saya pulang malam." Aku berbicara dengan jujur dan sesuai fakta, karena aku tidak mau melakukan sesuatu bukan dari hati atau keikhlasan karena hal itu akan membuat kita menyesal, tentang hal apapun itu, namun yang pasti hal seperti itu akan selalu kita sesali.

"Ah iya maaf Saf, saya belum menjelaskan, sebenarnya minggu depan ngaji kilat diadain hari minggu, dari mulai sembilan pagi sampai selesai acara, namun biasanya pulangnya abis dzuhur Saf, jadi kamu gak perlu khawatir pulang kemaleman, jadi gimana Saf?"

"Oh begitu ya.. yasudah insyaallah dulu ya Bintang, nanti saya usahain, semoga saya bisa mampir dulu kerumah umi sama abi, kebetulan saya juga sudah lama ingin bertemu beliau."

"Yaudah makasih Safa, saya pamit duluan ya Safa, assalamualailum"

"Waalaikumsalam"

Ah ternyata minggu depan ngajinya dimulai masih sangat pagi sekali, tapi yasudahla nanti mungkin aku bakal usahain

•••

"Eh Saf, Rin, aku boleh gak sih ngomong eh maksudnya curhat gitu ke kalian, siapa tau kalian mau ngasih aku masukan?"

Ya dia adalah Ara, kami bertiga pergi ke gramedia untuk membeli novel yang sedang banyak diperbincangkan, judulnya "ikhlas" menurut orang-orang yang sudah membaca novelnya, novel tersebut sangat relate dengan kehidupan kita di zaman sekarang, dimana semua orang memiliki keterkaitan dengan kata mengikhlaskan, dan novel tersebut sangat terkenal karena authornya membubuhkan sedikit tulisan tentang kehidupannya tentang cara mengikhlaskan versi dirinya kedalam novel, dan tulisannya mampu mebuat orang termotivasi, bahkan berbondong-bondong mempelajari ilmunya, nah tapi jika aku Ara dan Rina pergi membeli novel ini bukan karena kami sedang berusaha mengikhlaskan seseorang, tapi kami tau bahwa didunia ini setiap orang pasti harus merasakan yang namanya mengikhlaskan, dan kami ingin membaca apa itu ikhlas versi orang lain?

"Boleh-boleh!" Jawab Rina dengan cepat dan antusias

"Iya boleh kok Ra, kamu tau Ra? curhat adalah satu cara mengurangi beban pikiran, termasuk curhat ke allah juga, kita selalu berdoa dan meminta atau menceritakan perilaku buruk kita ketika berdoa, itu termasuk curhat ke allah ya kan, tapi ini versi curhat ke teman, dan gada yang larang kok tenang aja" jawabku, jujur aku tidak pernah curhat atau berbagi kisah karena waktu itu aku adalah anak yang antisosial tapi setelah bertemu Ara dan Rina aku jadi bersyukur dan akan mencoba membuka diriku.

"Oke ok jadi gini Saf, Rin kalo aku bilang aku suka dia dan aku ngajak taaruf boleh gak si?"

"Hah maksudnya dia siapa?" Aku menjawab agak sedikit bingung.

"Itu loh Saf yang waktu ituu, Ara jadi pengagum rahasianya, yang hafidz quran itu, yang lulusan al azhar kairo itu bener gak si Ra?"

Oh ya bener juga! Ara pernah bercerita tentang alasan kenapa dia menolak ketika dijodohkan dengan Bintang, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa Ara bisa sampai seberani itu, untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu dan mengajak seorang laki-laki bertaaruf? Sungguh mendengar hal itu, aku jadi ingin melihat sosok laki-laki yang dikagumi dan disukai Ara, karena sepertinya dia bukan laki-laki sembarangan.

"Jadi gimana Saf, Rin? Aku kan seorang perempuan, apakah pantas berbicara tentang perasaan kepada seorang laki-laki terlebih dahulu?"

•••

Assalamualaikum smuanyaaa..
 

S H A F I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang