"Gimna ih..kok pada diem" lanjut Ara
"Gak gimana-gimana sih Ra da gabakal mati juga tuh laki-laki kalo kamu ungkapin perasaan kamu, mungkin cuma diem aja kayaknya soalnya Ara yang dia kenal ternyata pemberani ahahaaha" kebiasaan Rina, jika menjawab ada benernya ada becandanya, biasalah nama aja dia becandain ahahha.
"Ihh bukan gitu ih kamu mah Rin, lagian kalo aku pemberani emangnya kenapa gitu" tanya Ara sedikit ngambek.
"Canda Ra canda, seorang Rina tuh gak bakal serius kalo belum ada yang seriusin, cielah seriusin ahahahah" astagfirullah selera humorku tiba-tiba receh banget semenjak ketemu rina.
"Au ah kamu mah aku tau Rin kamu suka becanda, tapi sekarang kan aku lagi serius, jadi pengen jawaban yang serius gitu"
"Iya iya maaf Ara cantik, maafin Rina yang imut ini okee" ucap rina sambil mengedip ngedipkan matanya
"Iya gapapa, jadi gimana Saf menurut kamu??" Ara beralih bertanya dan pandangannya mengarah padaku.
Daritadi kami berjalan sambil melihat-lihat buku yang lain, setelah kami mengambil novel yang sedang populer itu, dan sekarang beralihlah kami berbicara sambil melihat novel yang lain.
"Menurut aku sih gapapa ya Ra asalkan jangan dibarengi hawa nafsu aja, kamu harus mastiin kalo rasa suka kamu itu jauh dari kata hawa nafsu, dan untuk mengungkapkan perasaan itu diperbolehkan Ra"
"Karena aku pernah denger 'Jika salah seorang dari kalian mencintai saudaranya, maka beritahukan padanya'(HR. Tarmidzi) dan itu sabda nabi muhammad saw, dan pada zaman nabi dulu juga banyak sekali perempuan yang mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, bahkan ada sampai yang menikah Ra karena hal itu. Kamu tau siapa salah satu orangnnya?" Lanjutku, aku sengaja berhati-hati menjawab perkataan ara, karena aku tau soal perasaan itu sangat rumit bahkan susah dimengerti.
"Siapa?"
"Fathimah az-zahra, pada zaman rasulullah saw dia menjadi seorang perempuan yang mengungkapkan perasaannya, namun dia hanya mengungkapkannya dalam doa sampai akhirnya takdir yang menyatukan mereka berdua. Ya ibaratnya si kaya kamu menyukai dalam diam tapi mengucapkan namanya di sepertiga malam"
"Subhanallah Saf aku baru tau loh, makasi tambahan ilmunya ya Saf, jujur Saf meski aku bisa mengaji banyak kitab, tapi aku belum bisa menghafal sejarah islam pada zaman rasulullah, sedangkan kamu pasti mengetahui lebih banyak lagi tentang sejarah islam dan kisah-kisah pada zaman nabi kan?"
"Alhamdulillah Ra, seperti katamu apa yang kita lakukan belum tentu bisa dilakukan orang lain atau lebih tepatnya setiap orang itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan pernah merasa kurang kan atas apa yang kita punya, kita hanya harus bersyukur agar apa yang kita punya terasa berharga, dan tidak pernah iri atas apa yang dipunya oranglain"
"Masyaallah Saf, sungguh kamu membuat aku kagum, kamu mengetahui banyak hal tentang islam padahal kamu tidak tinggal di pesantren, sedangkan aku saja menghafal dan memahami banyak kitab itu butuh waktu bertahun-tahun untuk tinggal di pesantren" ara menjawab perkataannku dengan sangat antusias.
Sebenernya aku kurang percaya diri untuk menyampaikan berbagai saranku, karena aku takut salah menjabarkannya, namun setelah aku pikir lebih baik aku memyampaikan sedikit ilmu yang pernah aku dapatkan daripada tidak sama sekali.
Setelah banyak berdiskusi bersama Ara dan Rina, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri percakapan itu, karena kami geli sendiri juga bahas suami atau masa depan bersama laki-laki, apalagi aku! dahlah nyerah aja kalo masalah itumah gk nyampe ke pikiran aku soalnya.
•••
Ting!
Assalamualaikum Safa maaf kamu sudah tidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
S H A F I R A
RomanceShafira alifia zahra atau sering dipanggil safa, dia adalah anak kedua dari dua bersaudara, satu kata yang selalu ada dalam hidup safa, satu kata yang membuat dia tidak percaya diri akan hidupnya, satu kata yang membuat dia hanya melihat dari sudut...