Di dalam kamarnya, Raffa tengah asik berbaring di kasurnya sambil memainkan ponsel. Tepat di sampingnya, jenazah Saras mulai menghitam. Kini hampir tinggal tulang dan kulitnya saja. Tapi bau busuk masih tercium, bahkan seluruh unit Raffa dari ruang depan sampai kamar mandi semuanya penuh dengan bau busuk dari jenazah itu. Namun, dengan wajah biasa saja Raffa masih nyaman berada di sana.
Raffa berubah posisi menjadi miring, sambil tersenyum dan memejamkan mata ia merangkul jenazah Saras dengan satu tangannya. Tangan satunya menyentuh lembut bagian tubuhnya yang lain. Tangan Raffa bersentuhan dengan daging tipis Saras yang sedikit basah dan mulai mengeras. “Kamu semakin eksotis ya,” pujinya. Bibir Raffa dengan lembut lalu mengecup keningnya.
“Hei, Sayang,” panggil Raffa yang kemudian melepaskan tangannya dari Saras. Ia lalu duduk sambil menguap.
Hari ini saatnya ia menikmati hari liburnya yang singkat. Ia cium pipi busuk jenazah Saras, kemudian turun dari kasur. “Aku mau liat temenku dulu di kamar mandi, kamu tunggu di sini ya,” kata Raffa yang kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, bau amis langsung tercium. Dindingnya penuh dengan warna merah, darah segar juga menggenang di lantai kamar mandi. Di dekat toilet, bersandar sesosok mayat dengan perawakan gemuk dan memakai kacamata. Di lehernya terdapat luka sayatan yang cukup dalam. Memutus jalur peredaran darah dari jantung ke otak dan memotong tenggorokannya yang menjadi jalur pernafasan.
“Permisi, Pak Admin! Saya mau kencing,” ucap Raffa yang lalu menurunkan celananya. Dan tanpa rasa bersalah Raffa buang air kecil tepat ke jenazah admin yang ia bunuh semalam. Setelah selesai menunaikan panggilan alamnya, Raffa menatap wajah mayat itu. “Hm, dasar Bapak Admin!” katanya yang kemudian langsung berjalan keluar.
Dirinya lalu berjalan kembali ke kamar. Tangannya meraih ke atas meja kecil di samping kasur. Mencari sesuatu di sana sampai akhirnya ia mendapatkan dompet miliknya. “Kamu mau makan apa? Nanti aku bawakan,” tanya Raffa pada jenazah itu. Setelah bersiap-siap, ia berbalik badan. Kakinya mulai melangkah meninggalkan kamarnya.
Dengan setelan jaket seperti biasa ia berjalan keluar. Membuka pintu seperti biasa dan melewati lorong menuju tangga. Sesampainya di halaman bawah, dirinya dikejutkan dengan kerumunan orang yang ramai di dekat pintu keluar. Orang-orang saling mengobrol satu sama lain, seakan ada sesuatu yang mengegerkan mereka. Sehingga mengumpulkan semua orang ke lantai satu.
Pelan-pelan Raffa turun ke lantai satu, dirinya yang hendak ke kantin pun berbelok arah ke salah satu kerumunan orang. “Ada apa nih rame-rame?” tanya Raffa kepada beberapa remaja yang berkumpul di samping tangga.
“Ada yang nemu mayat mutilasi!” jawab salah satu dari mereka.
Sontak jawaban itu mengejutkan Raffa, ia langsung teringat pada jenazah yang ia kuburkan minggu lalu. Matanya mulai melirik ke segala arah, keringatnya mulai mengucur. Tanpa menanggapi jawaban remaja-remaja itu, dirinya langsung berjalan cepat ke luar bangunan rusun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Necrolust [18+] (TAMAT)
Horror(18+) Adult Content Kisah ini menceritakan tentang kehidupan Raffael, seorang pemuda pengidap Nekrofilia. Membuatnya melakukan banyak hal tidak manusiawi dan keji. FYI: Nekrofilia adalah kelainan yang membuat penginapnya memiliki ketertarikan seksu...