(18+) Adult Content
Kisah ini menceritakan tentang kehidupan Raffael, seorang pemuda pengidap Nekrofilia. Membuatnya melakukan banyak hal tidak manusiawi dan keji.
FYI: Nekrofilia adalah kelainan yang membuat penginapnya memiliki ketertarikan seksu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Video YouTube di atas adalah lagu dari Mayhem berjudul sama dengan judul cerita ini, yaitu Necrolust.
Malam itu menjadi malam yang terang di mana sinar rembulan bersinar di langit sana. Memberikan cahaya ke setiap sudut bumi yang dipenuhi kegelapan. Angin berhembus dingin menerbangkan daun-daun dari ranting.
Termasuk di salah satu pemukiman warga yang berada di ibukota. Tak hanya rembulan, gemerlap cahaya gedung-gedung dan lampu jalan juga menyemarakan suasana. Terasa ramai dan menarik dilihat.
Tapi tidak seperti salah satu sudut ibukota yang satu ini. Tempat yang gelap, sunyi. Ramai tapi sepi. Ya, tempat itu adalah tempat pemakaman umum. Seorang pria berjalan melewati salah satu blok dari komplek pemakaman itu. Aura angker terasa kuat kala dirinya melewati beberapa pohon kamboja dan juga pohon besar lainnya. Ditambah bau bunga dan air mawar yang tercium dari beberapa makam baru.
Tangan orang itu iseng menyoroti tiap-tiap makam dengan senter. Sebuah kain sarung melingkar diagonal di badannya, melindungi diri dari dinginnya malam. Pria berumur kisaran tiga puluh tahun itu terus bergerak memantau situasi. Satu per satu makam ia lewati tanpa rasa takut sedikit pun.
Sampai akhirnya ia menemukan kejanggalan. Senternya menyorot ke salah satu makam baru, yang mana Almarhum di dalamnya baru meninggal dan dikubur sore tadi. Ada yang salah dengan posisi nisannya. Pria itu lalu mendekat, ia menyipitkan matanya sambil terus menjaga arah senter.
Sesampainya di dekat makam, ia terkejut bukan main. Ia hentikan langkahnya tatkala ia lihat makam itu sudah berantakan. Liang lahat itu telah dibongkar kembali, sang jenazah yang ada di dalamnya sudah tidak ada.
Ia langsung ketakutan dan lari meninggalkan lokasi, kakinya melangkah cepat ke arah gerbang pemakaman. Di mana terdapat rumah dari kuncen makam yang sudah sepuh dan berpengalaman.
“Beh! Babeh! Bangun, Beh!” panggilnya sambil mengetuk-ngetuk pintu bangunan kecil yang hanya berupa kamar tidur dan kamar mandi.
Terdengar suara orang menyahut dari dalam bangunan itu, diikuti suara langkah kaki yang mendekat menuju depan. Seseorang membuka pintu dari dalam dan muncul sosok laki-laki tua yang memakai peci.
Tubuhnya kurus dan kulitnya sawo matang, wajahnya sedikit kesal karena seseorang mengganggu tidurnya malam itu.
“Ada apaan sih? Ganggu gua lagi tidur aja lu,” kata kuncen itu dengan nada sedikit kesal.
“Tuh, makam si perawan ada yang bongkar. Kayanya ada yang mau ngambil tali pocongnya tuh! Kaga tau dah, itu dia bongkar apa hidup lagi ya? Jangan-jangan gentayangan tuh dia!” jawab pria tadi dengan nada panik.
“Ah, yang bener lu. Jangan sekata-kata kalo ngomong,” tegur si kuncen.
“Bener, Beh. Masa iya bohong saya, udah ngapa liat dulu itu,” ajak pria itu.
“Bentar gua ambil senter.” Orang tua itu lalu berjalan masuk kembali ke dalam. Tak butuh waktu lama, ia kembali keluar membawa senter. Bersama pria yang membangunkan tidurnya, Mereka bergerak cepat, bergegas menuju ke lokasi. Sang kuncen paham betul di mana makam yang dimaksud.
Berbekal cahaya senter, kaki mereka mulai menapaki tanah-tanah lembek dan merah yang baru diterpa hujan. Mereka terus berjalan melewati sisi-sisi sempit pemakaman.
Hingga sampailah mereka di lokasi, kuncen makam itu terkejut melihat keadaan makam yang sudah berantakan. Bahkan jenazah di dalamnya sudah hilang. “Buset, kerjaan siapa ini ya?” tanyanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sementara pria di sampingnya sibuk memainkan senter, menyorot ke arah lain.
Sial baginya, saat sedang asik menyorot dan memainkan senter. Dirinya malah menemukan sebuah jenazah yang terbaring di atas tanah dekat semak-semak. Kain kafannya sudah robek berantakan, jenazah itu telanjang di tengah dinginnya malam. Terlihat jelas tubuh pucat dan kakinya dengan sedikit warna biru di beberapa bagian. Wajahnya pucat mengarah tepat ke si pria itu.
“Beh, apaan tuh?!” jerit pria itu panik dan langsung menyembunyikan diri di balik badan si kuncen. Ia kenal betul, jenazah itu adalah jenazah yang tadi sore dikubur di makam ini.
Orang tua itu lalu menyorot ke arah yang dimaksud, ia pun tersentak mundur beberapa langkah saat melihat pemandangan itu. Dirinya bergidik ngeri. “Astaghfirullah,” ucapnya menenangkan diri.
Entah siapa yang melakukan hal ini, malam itu juga sang kuncen dan pria itu mengurus jenazahnya. Dalam waktu beberapa jam, mereka bergerak cepat mengganti kafan dan menguburkan mayat perempuan itu kembali. Setelahnya, mereka berdua tutup mulut dan memilih untuk tidak menceritakan ke siapa pun demi menghindari kehebohan di kalangan warga. Sekaligus menjaga reputasinya sebagai kuncen.
. . .
Siapakah pelaku pembongkaran malam tersebut? Tentu saja sang tokoh utama kita, simak terus kelanjutan ceritanya!