(18+) Adult Content
Kisah ini menceritakan tentang kehidupan Raffael, seorang pemuda pengidap Nekrofilia. Membuatnya melakukan banyak hal tidak manusiawi dan keji.
FYI: Nekrofilia adalah kelainan yang membuat penginapnya memiliki ketertarikan seksu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raffa bekerja sampai malam hari, tak ada kendala selama seharian ia bekerja. Ia sangat bersemangat, apalagi besok adalah hari ia libur kerja. Ia menunggu-nunggu saat pulang dan sejenak melepaskan diri dari aktivitas yang membosankan ini.
Sampai akhirnya waktu yang ditunggu pun datang. Raffa menatap ke jam dinding, sudah waktunya ia pulang. Raffa melepas maskernya. Sebelum itu ia merapikan posisi beberapa ranjang besi berisi mayat tanpa identitas. Matanya sudah mengantuk, sesekali juga ia menguap. Rekan jaganya sudah pulang duluan, kini ia harus menunggu sampai shift berikutnya datang.
Tapi pikirannya bertanya-tanya, kemana mereka semua? Rekan kerjanya yang masuk malam belum juga datang menggantikannya. Untuk menghilangkan kantuk, ia berjalan mendekati laci besi pendingin. Tangannya meggenggam gagang laci itu dan menariknya ke luar. Dan tidak ada jenazah di dalamnya, laci pendingin itu kosong.
Ia tutup kembali dan melangkah maju beberapa meter ke depan. Ia buka lagi pendingin itu secara acak, baru kali ini ia temukan jenazah di dalamnya. Seorang perempuan kisaran tiga puluh tahun. Dengan rambut keriting sebahu.
Matanya sedikit terbuka, kulitnya sangat pucat bahkan hampir membiru. Tak ada tanda-tanda bekas kekerasan di tubuhnya, menandakan ia mati dalam damai.
Tangan Raffa lalu mengelus pelan pipinya. Khayalannya mulai terbang kemana-mana. Mata yang sedikit terbuka itu ia usap hingga tertutup kembali. “Kamu udah beberapa hari di sini. Belum ada yang ambil juga,” gumam Raffa.
Tak lama berselang, ia mendengar suara beberapa orang dari lorong. Segera ia cepat-cepat menutup kembali laci pendingin itu. Sampai akhirnya dua orang rekannya yang masuk malam masuk ke ruang mayat. Raffa berjalan mendekat ke loker meninggalkan pendingin mayat itu.
“Lama banget lu pada,” keluh Raffa sambil membuka pintu lokernya. Tangannya lalu mulai mengambil satu per satu barang-barang yang ia simpan seharian di dalam kotak lemari besi tersebut.
“Telat dikit gak apa-apa, Raf. Dari pada telat banyak,” canda salah satu temannya.
Jaketnya mulai ia pakai melapisi seragam kerjanya. Sebuah tas kecil tak lupa melingkar di pinggangnya. Tangan dan mata Raffa dengan fokus mengecek isi dalam tasnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah itu baru ia tutup kembali pintu lokernya. Sementara dua orang temannya tengah merapikan pakaian dan tas mereka.
“Gue duluan ya,” ucap Raffa sambil bersalaman kepada mereka secara bergantian.
“Hati-hati lu!” ucap rekannya itu saat melihat Raffa berjalan pergi ke luar kamar mayat. Ia lalu melangkah menelusuri lorong rumah sakit. Berpapasan dengan beberapa temannya yang bekerja sebagai petugas kebersihan. Tidak ada aktivitas malam itu, hanya beberapa perawat yang datang apabila pasien membutuhkan sesuatu. Banyak pula orang-orang yang tidur di lorong menunggu anggota keluarganya yang tengah dirawat.
Raffa sampai di basement. Setelah helm terpasang di kepalanya, ia naik ke motor dan melaju pergi meninggalkan rumah sakit. Hawa malam yang dingin langsung menerpanya kala ia mulai keluar dari kawasan rumah sakit. Dengan penuh semangat ia terus bergerak menuju arah pulang dan menikmati hari liburnya di keesokan hari.
Raffa sampai di unit rumah susunnya beberapa menit kemudian, buru-buru ia melepas jaket dan tasnya. Tangannya membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral yang langsung ia tenggak demi menghilangkan dahaga. Setelah tenggorokannya basah oleh air minum, ia berjalan ke kamar.
Sesampainya di kamar, matanya langsung terpaku memandang jenazah perempuan yang terbaring kaku di kasurnya. Dengan senyum bahagia di wajahnya, Raffa mendekat perlahan. Ia duduk di pinggiran kursi, tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari jenazah tersebut. Beberapa bagian di badan jenazah itu sendiri sudah berubah warna menjadi keunguan.
“Maaf ya, aku pulang telat,” ucapnya sambil tersenyum. “Kamu kayanya gerah ya?” tanya Raffa.
Raffa menaruh botol airnya. Ia lalu mulai melepas satu per satu pakaian perempuan itu yang kotor dengan darah kering. Mulai dari baju sampai celana ia lepas. Sampai tidak ada sehelai benang pun di tubuh jenazah itu. Bau amis darah mulai tercium.
“Kamu benar-benar wanita yang menggoda,” kata Raffa sambil memandangi tubuh polos perempuan tak bernyawa itu. Tangannya mulai aktif menjamah tiap-tiap bagian tubuh jenazah. Ia nikmati setiap sentuhan halus kulit si jenazah bergesekan dengan jari jemarinya. Tatapan matanya seolah terbius, mulutnya terbuka mengamati indahnya tubuh perempuan di hadapannya ini. Raffa tidak berhenti sampai ia benar-benar puas merasakan semua bagian tubuh itu dengan tangannya.
“Kamu haus juga? Sebentar ya.” Raffa mengambil kembali botol airnya.
Ia angkat sedikit kepala perempuan itu. “Pelan-pelan ya,” ucapnya yang kemudian mendekatkan ujung botol ke bibir jenazah itu. Lalu ia tuang air ke dalam mulutnya seolah-olah sedang minum. Air itu memang masuk melewati tenggorokannya, tapi tak lama kemudian keluar lagi.
“Ah, waktunya mandi, Sayang. Kamu juga harus mandi lho,” kata Raffa. Ia berdiri kembali. Ia lepas satu per satu kancing seragamnya. Ia tanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya sampai tak tersisa. Raffa yang sudah tidak berpakaian lalu menggendong tubuh kaku itu ke dalam kamar mandi.
“Nah, kamu duduk di sini.” Raffa mencoba membuat jenazah perempuan itu duduk di lantai kamar mandi. Namun, tubuh jenazah yang sudah kaku membuatnya tidak bisa menekuk pinggulnya. Akhirnya ia putuskan untuk membaringkan jenazah di lantai.
Raffa membersihkan tubuh tak bernyawa itu selayaknya memandikan manusia pada umumnya. Ia basuh badannya dengan air dan sabun, ia bilas rambutnya dengan shampo. Tangannya yang sudah terbiasa memandikan mayat begitu lihai bergerak kesana-kemari. Tak lupa pula ia membersihkan luka di pergelangan tangannya yang masih basah, ia semprot air melalui selang ke dalam luka itu hingga semua darahnya keluar. Setelah selesai, Raffa menutup luka itu dengan kain.
“Tunggu sebentar.” Kini Raffa berdiri, gilirannya mandi membersihkan diri. Siraman air yang segar menyentuh kepala dan badannya. Tangannya membersihkan tiap bagian tubuhnya sendiri menggunakan sabun yang sama dengan yang ia pakai untuk memandikan mayat perempuan itu. Matanya terpejam tiap kali air membasahi badannya.
Raffa mengambil handuk beberapa saat kemudian, ia terlebih dahulu mengeringkan badan mayat itu. Sebelum akhirnya ia pun mengeringkan badannya dengan handuk yang sama. Setelah selesai mandi, Raffa kembali mengangkat jenazah itu dan mengembalikannya ke kamar. Ia baringkan begitu saja perempuan itu tanpa busana.
“Liatkan? Kamu udah lebih cantik sekarang,” ucap Raffa sambil tersenyum. “Besok aku libur. Aku belikan kamu kosmetik buat merias diri ya, biar kamu makin cantik,” tambahnya sambil berjalan mendekat ke kasur.
“Kamu punya bentuk hidung yang mancung seperti perempuan Jerman, matamu juga indah. Tapi sayang tidak akan pernah terbuka lagi,” gumam Raffa.
Raffa berbaring tanpa busana di kasurnya, bersebelahan persis dengan jenazah itu. Layaknya sepasang kekasih yang berada dalam satu ranjang, Raffa menarik selimut dan menutupi setengah badannya sebatas bahu. Lampu pun tak lupa ia matikan. Dirinya berbaring dengan posisi miring menghadap ke arah si jenazah.
“Waktunya tidur. Selamat malam, mimpi indah ya,” ucap Raffa yang lalu mencium pipi mayat di sampingnya. Ia pejamkan mata. Tangannya memeluk tubuh jenazah itu dari samping.
Dalam beberapa saat, dirinya pun terlelap. Mengistirahatkan diri setelah lelah seharian bekerja. Ia tidur nyenyak di samping jenazah pujaannya itu. Selama tidurnya itu tangannya tidak lepas memeluk tubuh kaku di sampingnya. Malam ini menjadi malam yang indah bagi Raffa, kala dirinya kini memiliki teman yang menemaninya di tengah malam, di dalam kamar yang sepi ini.
. . .
Raffabenar-benarsinting ya? Tapi kesintingannya belum selesaisampai di situ. Semakinjauhbabnya, maka akan semakinsinting dan mencengangkan!