01 - Awal

1.2K 147 11
                                    

Masa Sekarang...

"Yohan.."

Pandangan gadis itu tak berdaya. Seharusnya, ia sudah terbiasa dengan penampilan berantakan Yohan setiap kali ia pulang.

" ... "

Yohan hanya diam di depan pintu. Tak lama badannya ambruk di topang oleh gadis di hadapannya.

.
.
.

Cahaya mentari bersinar cerah. Udara pagi yang terasa segar nan lembab juga tak kalah baik untuk dihirup oleh anak-anak muda zaman sekarang –yang kebanyakan tidur sampai siang.

Tentunya hal itu tak terkecuali untuk Seong Yohan.

Remaja yang tadi malam pulang dalam kondisi berantakan itu langsung ambruk tertidur saking lelahnya.

Kenapa ia pulang dalam kondisi lelah begitu? Yap, benar, seperti biasa, ia terlibat dalam pertarungan.

"Lagi-lagi tangannya lebam begitu~" Gumam seorang gadis, suaranya terdengar khawatir. Ia tampak tengah mengaduk kuah Tteokbokki yang sedang di panaskan.

CEKLEKK! Salah satu pintu kamar terbuka dengan keras.

Gadis itu lekas menoleh risau ke lantai atas, melihat seorang lelaki keluar dari salah satu kamar dengan poni yang hampir menutupi seluruh matanya.

"P-pagi..." Sapa Yohan ragu-ragu.

Gadis itu mengangguk pelan, "Pagi" Balasnya.

Yohan menghampiri gadis yang duduk di meja makan itu. Sesekali sorot matanya mengarah ke mangkuk Tteokbokki yang dari tadi diaduk.

Pemudi yang sudah terlalu peka dengan gerak-gerik Yohan langsung menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.

"Kau akan terus mengaduk Tteokbokki itu?"

"Ya." Jawabnya datar.

" ..Tampak lezat, sepertinya harus segera di makan"

"Benar."

"..Apa masih ada tteokbokki yang tersisa? Aku juga mau satu." Kini Yohan celingak-celinguk.

"Hmm, begitu, ya?"

Dengan ibu jari yang menempel di depan bibirnya, Yohan mengangguk cepat.

Matanya benar-benar mengatakan ia ingin sesuatu dari gadis itu secepatnya. Namun, sang gadis malah tampak cuek. Hal itu terpapar jelas dari sorot matanya yang datar.

"..Hei, aku mau satu" Rengek Yohan.

"Ah, iya.." Gadis itu langsung mengoper mangkuk berisi Tteokbokki-nya pada Yohan.

"Makan saja punyaku" Sambungnya sambil menatap Yohan dingin.

Tanpa ba-bi-bu lagi, tentu saja Yohan langsung menyantapnya dengan nikmat.

"Tapi, *nyom* kenapa makan Tteokbokki? *nyom nyom* bukannya kau sedang membuat lauk untuk gukbab?"

"Ah iya, benar, kenapa ya?~" Sang gadis berdiri dari tempatnya, ia berjalan kearah kompor kemudian melanjutkan aktifitas memasak yang sengaja ia tinggalkan sesaat.

Sedari tadi ia menjawab semua pertanyaan Yohan dengan nada kesal, namun sepertinya Yohan tidak cukup peka.

"Kau sendiri, lagi-lagi karna apa?" Sindirnya kemudian. Membuat Yohan terdiam dengan pipi yang menggembul.

.
.
.

"Ah, jadi kau benar-benar datang ke pertemuan misterius itu?"

Yohan mengangguk sebagai pembenaran.

"..Dan lagi, kau bertemu Zin?"

Yohan meneruskan anggukannya, membuat gadis itu menghela nafas panjang.

"Yujin, si brengsek itu sempat menawariku sebuah pilihan" Sambungnya dengan tatapan kesal.

"Aku, kelepasan." Sambung Yohan menunduk, memijit keningnya lelah.

Gadis di depannya hanya bisa memandang sendu.

"Y-yang terpenting sekarang, kau pulang dengan selamat!" Ujarnya berusaha membalikan suasana.

"Bagaimana kondisimu?" Tanya Yohan memandang gadisnya tajam.

"Baik." Jawabnya tersenyum.

"Makanmu teratur, kan? Bagaimana bisnismu?"

"Heh, Bisnisnya lancar~"

"Eden dan Miro?"

"Han, ayolah, kau tau aku kan?" Serunya tersenyum lebar, berusaha meyakinkan Yohan.

"Bagus." Yohan ikut tersenyum.

"Sudah lama tidak membawa mereka berkeliling, nanti sore aku berencana membawa Eden dan Miro main di sekitaran sungai Han."

"Tapi, kau kan baru pulang?"

Yohan memandang bingung.

"Istirahat saja dulu, biar aku saja yang gantikan" Gadis di hadapannya mengomel risau.

"Haha, tidak apa"

"Kau sudah menggantikkan tanggung jawabku dengan baik" Sambung Yohan dengan seulas senyum, membuat Chaerin diam-diam terharu.

"Terima kasih, ya!" Seru Yohan spontan.

Fix, dia ngeblush brutal.



Yohan membawa Eden dan Miro berkeliling di daerah sekitar.

Di pertengahan jalan, ia sempat bertemu dengan seorang laki-laki yang mengenakan seragam keabuan dengan turtleneck merah.

Menyadari alasannya yang datang karna suatu hal, Yohan lekas memberi jawaban singkat pada laki-laki tersebut.

"Aku sudah muak, ambil saja." Serunya datar.

Tak lama, lelaki itu pergi, bersamaan dengan Yohan yang melanjutkan perjalanannya untuk berkeliling bersama Eden dan Miro.

Ia pun tiba di sepanjang tepi sungai Han. Kebetulan suasana malam itu sangat pas. Yohan lekas mengambil tempat untuk duduk, memperhatikan anjing-anjingnya bermain dari kejauhan.

...Pikirannya melayang-layang.

Pikirannya melayang-layang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang - Seong Yohan (Fanfiction✿)  ‼️ MASA REVISI + HIATUS DULU ‼️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang