2. Sudden Fever Phase: The School

18 3 0
                                    

Tiap tidur, aku biasa mimpi indah. Kali ini berbeda. Sekarang aku bermimpi di sebuah lorong gelap dan suram. Berdiri sendirian menggunakan seragam SMA. Ada loker-loker berjajar dan ada yang jatuh, tembok retak, lampu tak begitu terang, ditambah suasananya suram. Aku yakin ini di sekolahan.

"Hey."

Bisik seseorang memanggil dari belakang. Aku toleh ke sumber suara. Ada perempuan muda yang wajahnya hampir mirip sepertiku. Dia menggunakan seragam SMA sepertiku.

"Kamu siapa? Wajahmu hampir mirip denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu siapa? Wajahmu hampir mirip denganku."

"Aku Kim Jiwoo. Kamu?"

"Namaku Song Hyeongjun."

Dia terbelalak kaget. Kemudian membuang muka dan bicara sendiri, aku dengar yang dia ucapkan.

"Harusnya ini bukan saatnya, tapi, apa boleh buat."

"Maksudnya?"

"Ah, tidak! Tidak ada apa-apa."

"Ngomong-ngomong, ini dimana?"

"Ku rasa ini sekolahan. Lihat, itu ada siswa lain."

Benar, memang ada siswa lainnya. Namun tatapan mereka kosong, tidak nampak ekspresi apapun. Bicara soal sekolah dan siswa, aku jadi teringat jaman dimana aku SMA. Dulu aku di-bully habis-habisan. Kadang mereka menggunting kain seragamku, menyuruhku melepas sabuk, bahkan dikunci di kamar mandi. Aku takut untuk mengatakan ke Mama dan ayah.

"Kita harus keluar dari sini, Hyeongjun."

"Ayo, disini menyeramkan."

"Mari kita cari jalan keluar."

Jiwoo jalan lebih dulu. Langkah kakiku terasa berat ketika mataku menatap ke gerombolan siswa. Bisa jadi ini traumaku, aku akan menunduk saja.

"Kenapa, Hyeongjun?"
Tanya Jiwoo setelah beberapa langkah maju.

"Ah, tidak. Hanya saja, aku takut."

"Takut? Kamu pernah dirundung?"

Dirundung? Bahasanya kaku sekali untuk perempuan muda sepertinya.

"I-iya."

"Hyeongjun,"
Jiwoo membalik seluruh badan, berdiri tegap, dan mengatakan suatu motivasi untukku.

"Buang rasa takutmu. Seseorang yang tidak bisa membuang rasa takut tak akan bisa maju."

Jiwoo benar. Kalau aku tidak bisa buang rasa takutku, aku tidak akan bisa maju. Lagipula, aku harus keluar dari sini. Aku melangkah di belakang Jiwoo. Walaupun jantung berdebar-debar, aku beranikan diri ini, aku laki-laki!

Setelah melewati beberapa siswa yang tak berekspresi, ada sesuatu yang mengetuk kepalaku. Sebuah kertas yang diremas. Rupanya kepalaku dilempar kertas ini oleh siswa tadi. Ketika kami berdua menoleh, banyak siswa berdiri di lorong sambil mengacungkan senjata tajam seperti cutter, gunting, dan peralatan lain yang berpotensi tajam.

Hyeongjun, The Dream Corrupter [Book 4] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang