19. Scarlet Hope [ ! ]

6 1 2
                                    

PERINGATAN!
CHAPTER INI MENGANDUNG UNSUR GORE, DARAH, DAN SUICIDE.
BAGI KALIAN YANG TAK SANGGUP MEMBACA, BISA LOMPAT KE CHAPTER 20 KARENA AKAN DIJABARKAN SECARA SIMPEL

CHAPTER INI HANYA UNTUK KEBUTUHAN CERITA DAN ALUR. BUKAN SEBAGAI NIAT MEMOTIVASI PEMBACA. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA.
SEKALI LAGI, BILA TAK SANGGUP MEMBACA, BISA KE CHAPTER 20.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"A-apa?"

Aku tak sanggup berkata-kata saat Sumin meneteskan derai air mata sambil berteriak kalau ayahku sendiri yang memperkosa ibunya Sumin.

"Oh, jadi kamu anak si janda itu."
Tutur ayah sedikit tak tegas akibat mabuk.

"Kau brengsek! Laki-laki beringas yang tak punya harga diri!"

Sumin memukul dada ayah. Ayah langsung mencengkram tangan Sumin secara kasar dan membentak.

"DIAM! Kau anak kecil tahu apa!"

"KAMU YANG DIAM, BINATANG!"

PLAK!

Ayah menampar mulut Sumin. Gusi depannya mengalir darah.

"Jaga bicaramu, jalang! Kau kesini mencariku 'kan?! Pergi!"

Kali ini rambut Sumin ditarik. Aku gak boleh diam saja. Para tetangga cuma mengintip dari balik pintu dan tak ada yang berani melerai.

"Ayah, cukup, ayah! Lepaskan dia!"

"Kamu juga, Hyeongjun! Anak gak berguna! Menyingkir!"

Ayah mendorongku. Dia menyeret rambut Sumin ke arah tangga. Aku lari dan berusaha melepas jambakkan ayah.

"Lepaskan, yah! Dia perempuan, ayah! Sadarlah!"

Ayah melepas tangannya dari rambut Sumin. Namun, yang selanjutnya terjadi adalah memukul dadaku. Aku tersungkur menahan sakit yang luar biasa.

"Aku akan melaporkanmu ke polisi, bangsat!"

Lanjut Sumin. Ayah melempar Sumin dan ia hampir jatuh ke tangga.

"LAPORKAN SANA! LAPORKAN! AKU TIDAK TAKUT!"

Sumin menangis sejadi-jadinya. Dia langsung turun tanpa mengucapkan apapun. Aku bangun dan mengikutinya.

"Sumin! Sumin! Tunggu aku, Sumin!"

Dia tak merespon. Rambutnya acak-acakan dan masih menangis. Aku terus memanggilnya sampai di dekat gerbang apartemen.

"BERHENTI MENGIKUTIKU, HYEONGJUN!"
Dia balik badan membentakku begitu.

"A-aku bingung harus apa, Sumin. Aku tidak tahu kalau ayahku adalah pelakunya!"

"LEPASKAN!"

Genggaman tanganku dicabut dengan paksa. Dia benar-benar tak bisa ditenangkan sekarang.

"Maaf, Sumin. Sungguh maaf."

"Aku berpikir.. hiks.. memilikimu di sisiku adalah keberuntungan. Tapi.. hiks.. ternyata kamu hanyalah anak dari laki-laki bejat!"

Hyeongjun, The Dream Corrupter [Book 4] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang