BAB 5 ~ Cake

2.5K 65 0
                                    

Ruang kelas tampak sunyi, dengan layar monitor menampilkan beberapa materi kuliah. Beberapa mahasiswa sibuk mencatat informasi yang disampaikan dosen, sementara yang lain sepertinya tidak terlalu memperhatikan penjelasan di depan.

Di kursi paling belakang, Ara, seorang wanita yang kini tengah berbadan dua, tampak terdiam. Meskipun sebagian mahasiswa sibuk dengan kuliah, pandangan Ara terus melayang kosong, menunjukkan bahwa pikirannya melayang ke permasalahan pribadinya.

Ia terus memikirkan cara untuk memberi tahu pasangannya tentang kehamilannya. Namun, kompleksitas situasi semakin bertambah ketika Ara teringat akan pesan dari asisten Aksa yang menyatakan bahwa hubungannya dengan Aksa telah berakhir.

Suara panggilan dari Vera memecah keheningan ruang kelas, dan lembutan tepukan di pundaknya membangunkan Ara dari lamunannya, membawa kembali kesadarannya ke dunia nyata.

"Eh? Ada apa, Ver?" tanya Ara, memandang Vera dengan raut wajah polosnya.

"Dari tadi aku melihatmu terus menerus melamun. Lagi memikirkan apa sih?" ujar Vera dengan nada heran.

"Tidak. Aku tidak sedang memikirkan apa-apa." Ara mencoba memberikan penjelasan.

"Hmm, jelas-jelas aku melihatmu sedang melamun. Ada apa sebenarnya?" tanya Vera dengan sedikit kesal.

"Kenapa kau yang terlihat kesal?" ucap Ara yang berusaha menenangkan suasana.

"Ya, karena kau masih sempat melamun padahal dosen sedang menjelaskan materi," Vera mengungkapkan ketidakpuasannya.

"Ya, lalu kenapa?"

"Kalau nanti dosen menunjukmu untuk menjelaskan materi, mau menjelaskan apa? Kau kan dari tadi melamun terus," ujar Vera dengan rasa frustrasi.

"Karena kau ada di sini, nanti bantu aku menjawab, bisa kan?" jawab Ara dengan tawa, namun disambut dengan pandangan malas dari Vera.

Mereka terdiam dalam keheningan, melibatkan diri dalam pemikiran pribadi masing-masing. Ruangan kelas terus menciptakan suasana belajar hingga dosen mengumumkan akhir dari pembelajaran mata kuliah tersebut. Seiring langkah-langkah mereka menuju ke luar ruangan, Ara dan Vera membagi momen hening itu.

Setelah keluar dari pintu kelas, keduanya melanjutkan perjalanan mereka menuju parkiran. Sesampainya di area parkir, Vera tiba-tiba berhenti dan berbalik menghadap Ara, memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan atau mungkin pertimbangan yang ingin dia sampaikan.

"Apa kau yakin tidak ingin pulang denganku?"

"Tidak, aku hanya akan mengantarmu sampai ke parkiran, karena aku memiliki urusan setelah ini," ujar Ara.

"Baiklah, tidak masalah. Tetapi, hati-hati, ya?"

"Iya dan kau juga hati-hati, jangan sampai menabrak trotoar lagi," kata Ara sambil tersenyum.

"Ah, itu karena ada kucing yang lewat, tapi baiklah aku pergi lebih dulu, ya?"

Sambil tertawa kecil Ara mengatakan, "Baiklah. Sampai jumpa."

Setelah melihat sahabatnya pergi, Ara melanjutkan langkahnya menuju apartemen. Wanita itu merasa sangat lelah, dan dia berharap dapat menemukan sedikit ketenangan di apartemennya untuk merenungkan masalah yang sedang dihadapinya.

Saat Ara berjalan, tiba-tiba ponselnya bergetar di dalam saku bajunya. Tanpa ragu, dia segera mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan itu.

"Halo?"

Dari seberang telepon terdengar suara lembut seorang pria, "Kau dimana?"

"Aku sedang di perjalanan pulang setelah selesai kuliah."

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang