Langit yang berganti warna menjadi jingga itu menjadi saksi bagaimana Sohye jatuh hati pada pria bernama Juyeon. Pria itu berdiam diri menikmati sapuan angin yang lembut saat menerpa kulit.
Si puan terdiam membeku menatap siluet dan pria itu yang terlihat sempurna, seperti lukisan dimana aura pria itu bersinar di manapun ia berada. Ia menatap pria itu dengan jarak yang cukup jauh hingga mata mereka saling memandang, saat pria itu berbalik secara tiba-tiba.
Senyuman pria itu mengembang dan mata prianya menatap hangat sosok sang puan yang ia nantikan. Kenalkan namanya Lee Juyeon kekasih Sohye yang baru menjalani hubungan selama 2 bulan.
Pria itu menghapus jarak diantara mereka dan menggengam lengan sang puan saat tiba dihadapan si surai panjang.
"Halo sayangku." Suara lembut dan manis serta tatapan penuh sayang. Jika orang melihat bagaimana pria itu menatap Sohye mereka akan cemburu, karena pria itu menatap Sohye seolah sang puan satu-satunya di dunia milik Juyeon.
"Hallo sayang, nunggu lama ya?" Kata si puan lalu menggapai jemari pria itu dan menautkan jemarinya pada pria itu.
Juyeon membalas tautan jemari Sohye. "Gak lama kok sayang, mau pergi sekarang?"
Sebelum pergi pria itu menahan lengan sang puan dan menatap nya dengan lembut. "Give me a kiss before we go."
Sohye tersenyum dan menyetujui keinginan pria itu, Sohye menghapus jaraknya dan memejamkan matanya. Pria itu mengelus pinggangnya meminta akses lebih saat Sohye memberikan akses itu dahi sang puan mengernyit dan matanya membuka lebar.
"Mghh!" Sang puan memukul bahu pria itu dengan kencang tenaganya kalah, rasa amis dari darah yang pria itu berikan mengalir di kerongkongannya.
Jantung sang puan berhenti sesaat, dan nafasnya berhenti pandangannya menggelap.
Hal terakhir yang ia ingat adalah manik kemerahan Juyeon dan suara pria itu.
"Bonne nuit mon amour."
Lalu Sohye kehilangan kesadarannya.
Juyeon membawa Sohye pergi ke suatu tempat.
🌺🌺🌺
Kembali pada masa dahulu seorang puan tinggal di kota yang dikenal sebagai kota romantis, sang puan tengah berjalan disamping pria.
"Katherene bagaimana kelasmu hari ini?" Julian bertanya pada sosok cantik dengan gaun hitam itu.
"Kelas ku sangat membosankan, bagaimana dengan kelas mu?" Suara halus sang puan terdengar seperti sebuah lagu ditelinga Julian.
"Seperti biasanya, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu di pinggir sungai Seine? Biarkan para penjaga sedikit jauh dari kita." Sang puan menyetujui apa ucapan pria itu.
Kenalkan namanya Julian Celius Marverick putra dari Duke Marverick, ia dan Katherene bertemu saat pesta di adakan oleh Ratu merayakan hari ulang tahun beliau.
Katherene sendiri hanya seorang anak tunggal dari Marquess Serenity, ia seorang perempuan dan masih dianggap tak bisa melakukan banyak hal. Walaupun mereka vampire tapi tetap saja diskriminasi tentang gender sudah ada.
Mereka berkenalan dan berakhir memiliki suatu hubungan, entah bagaimana hubungan mereka terjalin seperti air yang mengalir.
Kembali kemana mereka tengah berjalan menuju sungai, Katherene dan Julian lebih suka berjalan daripada menggunakan kendaraan yang mereka punya.
Tiba di tepi sungai mereka tengah bersantai menatap pemandangan yang tenang dan udara sejuk hingga kekacauan itu terjadi dimana para pemburu Vampire menemukan mereka.
"Kathie la-" saat sang puan akan menggengam lengan Julian untuk berlari ia tertebas oleh pedang dan hal yang ia ingat adalah raut wajah Julian yang panik, murka dan sedih.
"Kamu har-us lari.. I promise i will find you in the next live, please live and dont live in regret." Kalimat terakhir sebelum sang puan berhenti bernafas.
Sebelum dipaksa pergi Julian mengambil memori sang puan dan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Kembali ke masa sekarang saat dimana Julian merubah namanya menjadi Juyeon memilih hidup sebagai manusia, menjalani harinya sebagai seorang idola.
Hari itu tepat 1000 tahun kematian Katherene pria itu bertemu dengan seorang gadis yang mirip Katherene atau lebih tepatnya itu Katherene.
Saat itu sang puan tak sengaja menjatuhkan ponsel Juyeon. "Eh maaf ya.." Setelah mengembalikan ponsel yang terjatuh gadis itu pergi meninggalkan Juyeon yang terpaku.
"Katherene.." Gumam Juyeon ah atau lebih tepatnya Julian.
Suaranya begitu mirip dengan gadisnya, ia yakin bahwa itu gadisnya. Dengan segala cara ia mendekati gadis itu, usaha yang membuat Sohye luluh walaupun sedang tak ingin memiliki hubungan dengan siapapun.
Hidup Julian kembali berwarna, ia tak sedingin dulu dan menjadi lebih cerah. Pria itu bahkan terang-terangan menunjukan perasaannya di belakang panggung memberi peringatan pada pria-pria yang mencoba mendekatinya.
Mereka kembali membuat kisah baru di kehidupan baru hingga ia ingin membuat gadis itu kembali menjadi bangsanya.
Lalu ia membuat suatu rencana.
"tu te réveilles enfin mon amour."
Suara Juyeon terdengar jelas
Sohye terbangun dan matanya menatap ke sekelilingnya, mata sang puan terlihat lebih tajam dari biasanya. Lalu entah kenapa ia merasakan haus yang luar biasa, ia menatap Juyeon dan pria itu mendongakan lehernya menuntun kepala Sohye ke leher pria itu.
Sohye menggigit leher Juyeon dan menjilati leher yang mengeluarkan darah, saat itu kepingan memori terlihat begitu jelas bagaimana ada dirinya dan Juyeon selalu menghabiskan waktu bersama.
Air mata sang puan pun jatuh setelah meminum darah Juyeon. Sohye menyentuh pipi pria itu dan menangis.
"My love... Julian." Sohye lalu menerjang Julian.
Malam itu Julian kembali bertemu dengan pujaan hatinya Katherene.
In the moonlight he found his soulmate.
Julian/ Lee Juyeon
Katherene/ Kim Sohye