CHAP 06 🍭İndigation

59.2K 7.8K 117
                                    

Hai hai! Apa kabar?
Lanjut chapter 6 oke!

Hai hai! Apa kabar?Lanjut chapter 6 oke!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Una, ngantuk." Kelio mengucek- ngucek kedua matanya dengan tangan, bibirnya mengerucut, serta mata sayu memandang Aluna yang tengah membereskan beberapa mainannya. "Ayo tidur, Una."

Aluna mengangguk dengan lesu, hari memang sudah malam, dirinya harus segera pulang dan bersantai di rumah. Kegiatan terakhirnya hanya menunggu remaja lelaki di hadapannya itu mandi, menyiapkan baju tidur, membuatkan susu, dan mengantarkannya ke kamar untuk tidur. Itu sudah Aluna lakukan semenjak satu minggu lalu, tepat saat Ethan pergi ke luar negeri.

Omong-omong mengenai Ethan, lelaki itu adalah orang yang pertama kali mengurus Kelio. Sebagai salah satu anak dari teman karib Luis, wajar Ethan sudah sangat dekat dengan Luis, dirinya pun sanggup membantu pria paruh baya itu dalam mengurus anaknya. Hingga sekarang, Ethan memiliki urusan keluarga, terpaksa dirinya mencari babysitter untuk Kelio, sementara dirinya pergi ke benua lain.

"Bisa, dong. Gue yang ngurus anaknya selama dua belas tahun. Cuman, minggu depan gue mau ke Finlandia, jadinya gue harus nyari pengurus baru."

Ingatkan dengan ucapan Ethan yang itu? Ternyata Ethan sudah memberikan bocoran jika Aluna tidak akan mengurus seorang bayi. Ethan sudah mengatakan, "gue yang urus anaknya selama dua belas tahun." Berarti umur anak yang dimaksud sudah lebih dari dua tahun bukan? Dan maksud yang Ethan katakan adalah, Ethan sudah berteman dengan Kelio semenjak mereka kecil. Dan Aluna benar-benar tidak teliti saking senangnya.

Aluna mengembuskan napas, biarlah yang sudah terjadi dia jalani.

"Ayo, ayo!" Kelio nampak sudah sangat mengantuk, jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Kebiasaan Kelio adalah tidur dibawah jam delapan.

Aluna mengangguk lagi, melangkah gontai mengikuti lelaki yang menaiki tangga dengan lunglai. Setelahnya dia membukakan pintu kamar, dan menyalakan lampu membuat kamar dengan nuansa merah muda itu terlihat dengan jelas. Aluna sudah tidak terkejut lagi melihat warna yang dominan disukai perempuan itu melekat pada seluruh barang milik Kelio. Sudah dibilang 'kan jikalau lelaki itu menyukai warna merah muda?

Tetapi bukan merah muda terang yang bisa merusak mata! Melainkan merah muda lembut, sedikit pucat, dan hampir mendekati warna peach.

"İo bobo, ya?" Kelio sudah siap di tempat tidurnya, dan menarik selimut hingga batas leher.

Kepala Aluna mengangguk, lebih cepat Kelio tidur, lebih cepat pula dia bisa pulang dan beristirahat dari pekerjaannya ini. Lagi pula, jarang ada bus jika sudah jam sembilan malam. Aluna takut tidak bisa pulang nanti. "Ayo cepetan tidur," suruh Aluna lalu membenarkan posisi selimut Kelio.

"Tapi Una, İo takut."

Aluna mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, alisnya sedikit terangkat, merasa heran. Suasana kamar ini nyaman, hangat, dan juga pastinya aman. Lalu, kenapa lelaki itu takut?

"Takut kenapa? Mbak K?"

Kelio mengerjap, tidak tahu sama sekali dengan ucapan Aluna barusan. Memangnya, siapa Mbak K? Kelio tidak pernah mendengar nama itu. Namun, Kelio sekarang tidak peduli, dia meremat selimutnya dengan kencang.

"Bukan! Mmmm i-itu ... İo banyak minum susu, İo takut ngompol."

"Oh." Aluna menganggukan kepalanya pertanda mengerti, namun beberapa detik setelahnya pergerakan itu terhenti, tergantikan dengan mulut menganga. "Maksudnya?! GILA! KAMU SEGEDE GINI MASIH NGOMPOL?!"

Terkejut dengan Teriakan Aluna, Kelio menenggelamkan setengah wajahnya pada selimut, kedua matanya langsung berkaca-kaca. "Issh, Una! İo nggak gila! İo c-cuman takut."

Aluna masih terdiam di tempat, tidak bergerak sama sekali. Untuk pertama kalinya dia mendengar secara langsung dari Kelio bahwa lelaki itu masih mengompol?! Hei, selama ini tidak ada yang memberitahunya?! Ethan dan Luis bahkan bungkam tidak mengatakan fakta itu. Ya ampun, apa nasib Aluna memanglah harus seperti ini?

Menyadari bahwa Kelio semakin sesenggukan, Aluna tersadar dari keterkejutannya. Gadis itu segera menghampiri Kelio, dan mengusap pelan kepalanya.

"Maaf İo. Tadi Una nggak sengaja teriak. İo 'kan tahu, Una kalau kaget memang teriaknya kenceng banget." Aluna menggigit bibir bawahnya, panik. Tidak ada tanda-tanda tangisan Kelio akan berhenti. Bagaimana jika Luis pulang dari kantor dan langsung disuguhi pemandangan anaknya yang sedang terisak seperti ini? Bagaimana nyawa Aluna nanti?!

"T-tapi İo nggak gila! İo c-cuman—"

"Ssst iya, nggak gila, nggak." Aluna menepuk-nepuk pelan puncak kepala Kelio. "Tadi Una salah ngomong aja. Maksud Una, İo berani banget, mau ngaku kalau masih ngompol."

"Tapi—"

"Nggak kok nggak!" Aluna kembali memotong Kelio, dia tersenyum manis lalu menarik selimut Kelio yang sempat turun sampai pinggang. "İo tidur, ya? Udah malam tahu, masalah ngompol atau nggak, itu urusan nanti."

Kelio menghentikan isak tangisnya, kepalanya langsung mengangguk, percaya pada Aluna. "Tapi, Una ... kenapa tiap pagi Una nggak ada? İo selalu ketemu Una siang aja, kenapa? Una kok nggak kayak Ean?"

"Una sekolah," jawab Aluna lalu menatap Kelio di hadapannya. Tepat saat itu pula Kelio juga menatapnya membuat mereka berpandangan. Aluna tertegun, terdiam di tempat memperhatikan wajah mulus dan manik mata indah itu. Jika saja sikap Kelio normal seperti lelaki biasa, pasti Aluna sudah menaruh hati padanya, dan akan mengejar cinta lelaki itu. Sayang, semua yang ada dalam kesempurnaan pasti akan memiliki sebuah kekurangan.

Ah, iya. Omong-omong mengenai manik indah yang dimiliki Kelio, Aluna tidak berbohong! Kelio memiliki warna iris mata yang berbeda. Jika iris mata sebelah kanan berwarna biru terang, maka yang sebelah kiri memiliki warna coklat terang.

Heterochromia Iridium. Kelainan pada mata yang membuat seseorang memiliki iris mata yang berbeda. Entah bisa dibilang keajaiban atau apa. Yang membuat beruntung penderitanya adalah, tidak akan ada efek buruk yang terjadi.

"Una." Kelio menutup matanya kala mulutnya masih bergumam. "Jangan lihat mata İo. Kata Mami, mata İo bisa bikin sial."

"Eh?" Aluna mengerjap, dia hendak membantah namun mulutnya kembali terkatup rapat saat embusan napas Kelio mulai teratur, menandakan lelaki itu sudah memasuki alam mimpinya. Senyuman tipis muncul di wajah Aluna, gadis itu menggeleng perlahan. "G-gue nggak tahu sesakit apa hati lo saat denger itu."

----🍭

Maaf ya İo masih ngompol🥺
Aaaa gemes nggak sama İo?
Kalau gemes, tunggu İo besok yaa❤

Baby İoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang