CHAP 24 🍭İndistinct

31.9K 4.4K 55
                                    

"Semua yang kamu pikirin itu belum tentu lancar seperti air, Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua yang kamu pikirin itu belum tentu lancar seperti air, Luna. Banyak kerikil, banyak kayu-kayu besar, bahkan batu besar yang menghalangi." Danis menepuk pundak Aluna, berusaha menenangkan anaknya. "Nggak papa ya, Luna. Kita pindah lagi? Ayah nggak bisa nolak permintaan Lus."

"Ayah nggak bisa nolak permintaan Om Luis 'kan?" Aluna mengangkat pandangan, melihat ke arah koper yang sudah berada di depan matanya. "Luna juga nggak bisa nerima alasannya. Semuanya abu-abu. Nggak jelas hitam atau putih."

Entah apa yang terjadi semalam. Aluna bahkan baru tidur dua jam, dan saat hari sudah cerah, Aluna tiba-tiba saja dikejutkan oleh Danis yang membereskan beberapa barang di kamarnya. Danis juga mengatakan jika mereka akan pindah rumah karena Luis. Alasan yang membuat Aluna tidak bisa menerima semua ini adalah alasan Luis sendiri yang tidak bisa menjelaskan apapun padanya.

20 menit lalu, kala dirinya menemui Luis dan Ethan di depan gerbang, mereka berdua bungkam. Sampai akhirnya mereka mengatakan jika ini mendesak. Bukankah semuanya terlihat aneh? Bagaimana bisa setelah kejadian kemarin, Luis memutuskan agar Danis dan Aluna pindah rumah. Jauh dari kediaman Luis.

Aluna juga bertanya, apakah ini semua salahnya? Apa mungkin karena kejadian kemarin? Tetapi gelengan Ethan telah menjawabnya. Lantas jika bukan itu, apa yang harus membuat Aluna menyetujui jika dia pindah? Aluna bahkan belum menemui Kelio, lelaki yang merupakan tanggung jawabnya.

"Luna nggak mau pindah, Yah. Apalagi sebelum ketemu Kelio."

"Aluna ...." Danis menatap lekat anaknya, Aluna tampak tidak terima dengan semua yang mendadak ini. Ini memang membingungkan, Danis pun akan seperti Aluna jika dia tidak tahu semuanya. "Untuk sekarang, turutin Lus terlebih dahulu, oke? Ini pilihan yang ayah punya. Dan selain itu ...." Danis menggantungkan ucapan, membuat Aluna menatapnya penuh tanya.

"Selain itu?"

"Ibu ... Ibu kamu ada di komplek ini. Sebaiknya kita tidak mendekat pada sarang lebah, bagaimana?"

Mendadak terdiam di tempat, tubuh Aluna terasa membeku. Matanya melotot, menatap ke arah Danis. "Kenapa baru bilang, Yah?!"

"Ayah juga baru tahu, Luna."

🍭

Hari baru, cara baru. Baiklah, anggap saja penyebab kepindahan Aluna kali ini adalah musuh bebuyutan yang ternyata ibu kandungnya itu tinggal satu komplek dengan Aluna. Untuk alasan yang satu itu, Aluna bisa menerimanya. Tanpa diminta, Aluna pasti melakukannya.

Tetapi, apakah separah ini?

Aluna berdiri di depan gerbang sekolah setelah 15 menit lalu dia sampai. Pandangannya menatap kosong ke depan, membiarkan orang berlalu lalang melewatinya dengan tatapan heran. Melamun. Itu yang akan dikatakan Aluna jika seseorang bertanya.

Baby İoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang