🍁 - 03 Maaf

713 102 4
                                    

Jimin pulang sedikit larut, namun biarpun begitu, senyumnya masih terpantri indah diwajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin pulang sedikit larut, namun biarpun begitu, senyumnya masih terpantri indah diwajahnya. Kupu-kupu masih berterbangan diperutnya, jelas yang bisa melakukan itu hanyalah istrinya seorang, Rosé.

Setelah meletakkan kotak bekal diatas meja pantry, Jimin buru-buru menuju Kamarnya. Ingin mengecek sekaligus berterimakasih kepada istrinya karena sudah mau direpotkan olehnya.

Telapak tangan Jimin bergerak menyentuh pipi tirus Rosé yang sudah terlelap, mengusapnya lembut dan penuh perasaan. "Terimakasih, sayang. Sudah mau repot-repot membuat bubur juga menyiapkan obat dan vitamin untuk pria jahat ini. Aku mencintaimu!"

Jimin mengecup kening Rosé, cukup lama. Dia benar-benar menikmati kehangatan ini, meskipun hanya terjadi dalam sekejap, tapi Jimin cukup mensyukuri hal tersebut.

Ketika dia hendak pergi dari sana, tiba-tiba saja lengannya digenggam. Rosé menariknya cukup kuat, sampai-sampai dia sedikit terhuyung ke belakang, "Rosé, kamu-"

Wanita itu tak menjawab, Rosé justru memeluk tubuh Jimin erat. Membuat jantung pria itu berdebar kuat, ini perasaan yang luar biasa hebat untuknya.

"Kamu jahat, Jim!! Kamu jahat!!'

"Aku tau, aku minta maaf"

Lengan Jimin ikut melingkar ditubuh wanitanya, merengkuhnya sampai tak bercelah. Dia sungguh merindukan pelukan ini, dia rindu Rosé-nya.

"Kamu tau sejahat apa kamu hancurin hidup aku? Kamu udah buat aku kehilangan mimpi-mimpi aku, kamu udah buat aku menderita dan yang lebih parahnya lagi, kamu udah buat aku ketakutan setiap hari karena perbuatan kamu ke aku waktu itu!! Aku benci kamu!!"

"Maaf, sayang. Maaf"

Rosé melepas rangkulannya dari pinggang Jimin, dia lalu melingkarkan tangannya dileher pria itu dengan mata merah sembabnya. Tangisnya masih sesegukan, dan Jimin makin tak tega terus mendengarnya.

"Kamu benar, Rosé. Aku orang jahat, aku udah buat kamu menderita, aku tau itu. Maaf, karena rasa takut kehilangan aku udah buat kamu terluka, aku minta maaf!"

Jimin masih menatap mata Rosé, melihat manik berkaca wanita itu seksama. Sungguh, dia benar-benar tak kuat melihatnya, dia benci wanitanya tersakiti, tapi faktanya, dia sendirilah yang menyakiti wanitanya ini.

Pria itu mengecup kening istrinya singkat, dia sungguh menyayangi wanita dihadapannya ini. Tak ada kalimat lain yang bisa mendeskripsikan perasaannya terhadap Rosé, selain, dia mencintai wanita itu, sangat.

Mungkin caranya memang pecundang, dan mungkin juga caranya amatlah salah. Tapi, dia memang benar-benar setakut itu. Padahal dia sendiri tahu, Rosé tak akan mungkin berpaling darinya.

"Ini sudah sangat larut, kamu harus segera tidur"

"Tidurlah disini, kamu sedang demam bukan?"

"Kenapa kamu masih peduli? Aku pria jahat, sayang"

IT'S OKAY | Jirosé Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang