"Sayang, maaf aku ke—"
"Lagi?"
"Maaf"
Usai mengusap pelan pucuk kepalanya, Jimin segera bergegas pergi dari sana. Menuju Bathroom terdekat, untuk menyelesaikan kegiatan rutinnya yang mengenaskan.
Rosé sedikit kecewa dengan dirinya sendiri, setelah beberapa bulan kedekatan mereka, tepatnya setelah pertengkaran hebat kala itu, dia masih tetap menutup diri dari Jimin. Yang jelas, itu pasti akan sangat menyiksa prianya.
Tapi dilain sisi, dia tak mungkin bisa memaksakan dirinya begitu saja, trauma itu masih membekas dibenaknya. Dan dia belum tahu bagaimana cara menghilangkannya.
Dia memeluk kakinya, menyusupkan kepalanya disana. Dan sedikit merenung mengenai hubungannya, hingga tanpa sadar dirinya menangis, tak banyak bulir yang keluar, tapi itu cukup menyesakkan hatinya.
Ketika Jimin kembali dan mengusap punggungnya. Rosé buru-buru menyeka airmatanya, lalu memeluk Jimin setelahnya. Dia tak mau membuat pria ini khawatir.
"Maaf"
"Maaf? Untuk?"
"Aku belum bisa menuhin hak kamu"
Pelukan mereka melonggar, dan Jimin baru bisa melihat mata sembab istrinya sekarang. "Kamu nangis?" tanyanya lembut, yang segera dibalas anggukan oleh Rosé.
Pria itu tersenyum kecil, bahkan masalah sesepele ini Rosé bisa sampai terbawa suasana. "Aku gak papa, aku bakal tunggu kamu sampai kamu siap untuk ngelakuin itu"
"Tapi kamu tersiksa karena aku"
"Aku lebih tersiksa kalau gak dapat maaf dari kamu"
Rosé sedikit terhibur, terlebih ketika melihat Jimin yang tengah sibuk menciumi kening dan juga pipinya. Perlakuan spontan yang pria itu lakukan untuknya, membuat Rosé semakin tak enak hati. Bisakah dia melawan takutnya untuk Jimin sekarang?
Tangan Rosé merayap ke atas, melepas beberapa kancing piyama miliknya tanpa sepengetahuan Jimin. "Jim, bagaimana kalau aku sudah siap?"
Jimin mematung, dia tak mungkin salah mengartikan ucapan Rosé yang satu ini dengan berhubungan intim yang tadi sempat mereka singgung, 'kan? Padahal, dia baru saja menjinakkan adiknya, dan akan sangat bahaya jika dia terbangun lagi karena umpan yang diberikan Rosé satu ini.
"Sayang, kamu gak—" Jimin meneguk ludahnya, imannya sudah mulai goyah sekarang. Dia bahkan bisa melihat bra coklat milik Rosé tepat dihadapannya, ini akan sangat menyiksa jika tak segera dituntaskan.
"Kamu yakin? Aku gak masalah nunggu kamu beberapa bulan lagi untuk siap"
"Aku siap, Jim. Sangat siap!"
"Tapi sayang—" Rosé segera menarik kerah piyama Jimin, membawa pria itu mendekat padanya. Tak tahan menahan diri, akhirnya Jimin berani menyicipi bibir wanitanya yang beberapa bulan terakhir ini tak bisa dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S OKAY | Jirosé
Fiksi Penggemar[ Follow Sebelum Membaca! ] [ Story 8 ] Kesalahan yang dilakukan Jimin sangatlah fatal. Dia yang hanya berniat untuk mengikat pujaan hatinya, justru malah membuatnya menjauh, bahkan nyaris tak tersentuh. Banyak cara yang sudah Jimin lakukan pada Ros...