Part 2

1.6K 121 13
                                    

“Kenapa tidak?”

“Nora tidak sempurna, dia cukup.”

Thomas tidak berkata apa-apa tapi dia menegakkan punggungnya, seolah meminta Will untuk menjelaskan apa artian ‘cukup’.

“Tidak ada yang sempurna, Thomas. Kalau orang mengatakan seorang yang lain itu sempurna itu sebenarnya yang dimaksud adalah ‘cukup’. Cukup untuk membuatnya berdebar. Cukup untuk membuatnya tersenyum. Cukup untuk membuatnya mencintai. Cukup untuk segala yang tidak pernah dia dapatkan. Cukup untuk melengkapi kekosongan hatinya. Cukup untuk hidupnya. Dan tidak ada orang lain yang bisa melengkapi semuanya itu selain seseorang itu.” Kata Will.

Thomas, berpikir sejenak. Tapi senyum melebar menghiasi wajahnya.

“Aku ngerti sekarang. Kau memang berubah Will. Yah, mungkin tidak berubah keseluruhan tapi cara bicaramu aku bisa tahu. Kau memang sudah menyerahkan hatimu seutuhnya untuk gadis itu, bukan begitu Will?”

“Dan itu tidak dapat dikembalikan. Selamanya.” Kata Will. Tapi lalu dia sendiri tertawa. “Astaga, sejak kapan aku bisa mengatakan hal seperti itu?” Masih tertawa. Kalau ada perempuan yang melihat Will seperti ini, kaki perempuan itu akan langsung mencair. Dan nyatanya, perempuan ‘beruntung’ yang pernah melihat Will tertawa selalu berakhir menaksir Will. Tapi tidak satupun yang berhasil mendapatkan perhatian Will. Itu kenapa Will menuliskan ‘for the first time’ kepada Nora. Satu-satunya perempuan yang ‘cukup’ bagi Will.  Dan hanya dia seorang yang akan pernah ‘cukup’ untuk Will.

“Kau hanya menunggu seseorang yang bisa memicumu untuk mengatakan sesuatu seperti itu. Dan kali tembakan gadis itu tepat sasaran.” Kata Thomas.

“Sepertinya begitu.” Kata Will. Lalu ada jeda. “Tidak, kenyataannya memang begitu.” Kata Will

----

Nora bangun kesiangan, walaupun hari ini tidak sekolah, tetap saja ayahnya tidak akan senag kalau Nora bangunlewat dari jam 8. Dan faktanya sekarang sudah hampir jam 9. Nora memakai bajunya dengan cepat, berlari keluar kamarnya dan menuruni tangga. Tapi sepertinya, kakinya kurang bisa diajak kerja sama, tinggal 1 anak tangga lagi, dan wajahnya nyaris mencium lantai. Sebuah tangan menangkapnya, melingkar di pinggangnya. Dan wajah Nora terbenam di leher orang itu.

Nora mengenali bau ini, seperti Will.  Nora menarik dirinya dari pelukan orang itu, dan tebakannya tepat. Will berdiri didepannya, satu tangannya masih memegang lengan Nora. Dicerita manapun mungkin wajah Nora akan memerah, salah tingkah atau bagaimana, tapi di sini. Nora menatap mata  Will dengan mantap, walaupun harus diakui jantungnya masih agak melompat. Will tidak mengatakan apa-apa dia melepaskan lengan Nora dan tersenyum.

“Will” Kata Nora, nafasnya masih belum teratur, karena terkejut tentunya. “Sedang apa kau disini?”

“Kurasa salah satu mimpiku baru saja terwujud.” Kata Will, senyumnya melebar. Senyum yang membuat Nora jatuh hati padanya. Senyum yang mau berapa kali dilihatnya, tetap membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

“Dan mimpi itu adalah...?”

“Memelukmu.” Kata Will. 

London : First Kiss (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang