Bagian 1

63 10 6
                                    

Hai!

Sebelumnya aku ingin menginfokan bahwa cerita ini pernah aku publish dengan judul "same incident".

Namun karena beberapa faktor, aku mengubahnya dan jadilah cerita ini dengan judul "CI SYSTEM".

Semoga kalian suka:)

Tandai jika ada typo!

**********


Di koridor nampak ramai oleh siswa yang berhamburan keluar kelas hanya sekedar untuk mengisi perut mereka ke kantin, ada pula yang hanya berkeliling, membaca buku di taman, dan ada pula para gadis yang heboh menggosip baik itu depan kelas, taman, dan tempat teduh lainnya.

Berbeda dengan beberapa orang yang berada di dalam sebuah ruangan yang bercat putih polos. Dengan beberapa hiasan berupa piala serta foto-foto bersejarah. Meski ruangan ini memiliki AC tapi masih saja terasa panas, entah kenapa.

"Jadi maksud saya memanggil Bapak kemari untuk membicarakan anak Bapak yang sudah melakukan kesalahan fatal." Seorang lelaki paruh baya kemudian memecah keheningan yang mendera namun menambah kesan tegang di sekeliling mereka.

"Kesalahan apa kalau boleh tau pak?" Tanya lelaki paruh baya lainnya yang berada tepat di depan lelaki sebelumnya.

"Jadi Nak Bulan ini sudah melakukan kekerasan terhadap teman seangkatannya yang mengakibatkan tangan beliau patah," ujar laki-laki paruh baya itu yang tak lain pak Ahmad selaku kepala sekolah menengah pertama yang ada di kota kembang itu.

"Astagfirullah," kaget seorang wanita yang duduk di samping lelaki kedua, beliau kaget dan langsung menatap sang anak yang menjadi faktor utama mereka ada di sini sekarang.

Lelaki yang kerap di sapa Savier itu menatap sang anak tajam, sedang yang di tatap hanya bisa tertunduk diam ditempatnya.

"Lalu apa hukumannya pak?" tanya Savier yang kini beralih menatap kepala sekolah itu.

"Untuk memberi hukuman kepada nak Bulan sebelumnya saya ingin bertanya, apa alasan Bulan melakukan itu?" tanya  Pak Ahmad seraya menatap Bulan.

Bulan yang merasa terpanggil, mengangkat wajahnya menatap mata sang Ibu yang menatanya intens lalu sang ayah yang menatapnya datar dan juga sahabatnya yang duduk di samping ibunya, Melati yang menatapnya sendu.

"Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai seorang sahabat," jawab Bulan tegas tanpa rasa takut sedikitpun, meski ia tau bahwa ayahnya sedang marah saat ini.

"Maksud Bulan apa?" tanya Pak Ahmad bingung.
Bulan menghela napas sejenak kemudian kembali berujar, "Reno, atau orang yang saya patahkan tangannya sudah melecehkan sahabat saya melati," ucapnya sambil melirik ke arah melati yang menunduk.

Tentu semuanya kaget terhadap penuturan dari Bulan. Kini semua mata beralih pada Melati, gadis dengan rambut sepunggung dengan jepitan berwarna merah muda yang menghiasi.

"Betul itu, nak Melati?" Tanya pak Ahmad pada Melati. Sedangkan yang ditanya mendongak dan mengangguk satu kali dan kembali menunduk. Entah kenapa ia merasa malu, padahal ia adalah korban.

CI SYSTEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang