Bagian 4

31 5 1
                                    


Hai,

Tandai jika ada typo!!

HAPPY READING ALL ❤️

**********

Rintik-rintik hujan di pagi hari menciptakan embun di jendela mobil yang dikendarai Bulan, menikmati pemandangan pagi hari di Ibu kota, masih beberapa kendaraan yang ada di jalanan.

Bulan berangkat subuh tadi mengingat masih ada beberapa keperluan yang harus di persiapkan.

Untuk sementara Bulan akan tinggal di apartemen yang di belikan Ayahnya untuk dirinya mengingat ia akan tinggal sendiri, Ayah dan Bundanya tidak bisa tinggal bersamanya mengingat Ayahnya banyak pekerjaan dan tiga hari lagi Orang tuanya akan pergi ke luar negri, untuk apa lagi kalo bukan bisnis. Bulan memang sering ditinggal Ayahnya, namun karena Bulan ada di jakarta jadi Bundanya akan ikut bersama ayahnya.

Savier pun tidak  terlalu khawatir selama Bulan ada di Jakarta. Karena  ia sudah mempekerjakan ART untuk Bulan berbeda dengan Arasya, sewaktu mereka berangkat Bundanya menangis meski ia juga pernah berpisah dengan Bulan namun itu jarang sekali. Tapi yang namanya seorang ibu pasti perasaan cemas dan khawatir akan selalu ada.

Mobil Savier masuk di basemen  lalu memarkirkannya, setelahnya mereka turun dan memasuki lift menuju lantai 4 lalu mencari kamar dengan nomor 176. Savier memasukkan pin lalu masuk ke dalam apartemen yang akan ditempati putri semata wayangnya.

Tidak terlalu luas namun nyaman untuk di tempati dengan 1 kamar utama lengkap dengan kamar mandi dan walk in closet nya, dan terdapat 2 kamar tamu serta dapur, ruang tamu, dan juga ruang pribadi untuk Bulan.

"ART nya akan sampai sebentar lagi kamu istirahat saja ayah akan keluar sebentar." Savier kembali mengantongi handphonenya saat selesai berkutat dengan benda itu.

Bulan hanya memandangi kepergian Savier yang nampak terburu-buru, apa yang terjadi, Bulan juga tidak tau dan tidak mau tau.

Bulan melangkah memasuki kamar yang akan ditempatinya tidak lupa menarik kopernya, kamarnya juga tidak terlalu luas tapi tidak sempit dengan warna cat yang di dominasi hitam putih, dirinya memang tidak terlalu suka dengan warna yang cerah.

Dia pun memulai memasukkan baju-bajunya kedalam lemari. Dan membereskan barang barang yang dibawanya.

"Kayak ada yang kelupaan, tapi apa? oh iya!" Bulan hampir lupa, ia mengambil sebuah bingkai foto yang di dalam foto tersebut ada Bunda dan juga Ayahnya, dan satu laki-laki berkacamata yang sedikit tinggi darinya.

"Padahal belum ada sehari udah kangen Bunda aja," gumamnya.

"Apa gue telpon aja kali ya?" Bulan kemudian meraih benda pipih yang ia simpan di atas nakas beberapa menit yang lalu, kemudian mulai mencari nomor sang Bunda.

"Assalamualaikum anak Bunda. Gimana udah sampai belum?" Sapaan lembut nan menenangkan itu membuat senyum Bulan merekah.

Bulan pun memperbaiki posisinya di atas kasur, ia berbaring terlentang.

"Waalaikumsalam Bunda, Iya bunda Bulan udah sampai nih juga bulan di kamar lagi istirahat," ucap Bulan sambil memperlihatkan kamarnya. Di sorotnya seisi kamarnya untuk diperlihatkan pada Arasya.

"Syukur kamu udah sampai dengan selamat. Oh iya Ayah mana sayang?"

"Ayah tadi lagi keluar Bun."

Tok tok tok

Terdengar pintu di ketuk dari luar, "Bunda udah dulu ya kayanya ART nya udah datang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CI SYSTEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang