MAKAN MALAM

101 75 12
                                    


Ai tak habis pikir, kenapa Ren kembali mengikutinya setelah kejadian di perpustakaan. Bukan hanya Ren, melainkan juga Rienna. Mereka selalu mengekor di belakangnya, seperti anak ayam yang selalu membuntuti induk ayam kemanapun dia pergi. Seharian Ren dan Rienna berdua terus menempel pada Ai. Bukan hanya hari ini, tetapi juga hari-hari sebelumnya.

"Ai!" teriak seorang wanita paruh baya dari parkiran. Ia adalah Tante Mira. Tante Mira tersenyum saat Ai mendatanginya. "Enggak ada yang ketinggalan kan?" wanita paruh baya itu mengusap lembut pucuk kepala Ai.

Ai menggeleng, lalu berkata, "Kok tante ke sini? Kan Ai bisa pulang sendiri."

"Tante pengen ngajak kamu jalan-jalan. Sekalian belanja buat makan malam."

"Sore tante," sapa Rienna sambil tersenyum.

"Sore tante," Ren juga menundukkan kepalanya untuk menyapa Tante Mira.

"Sore, kalian teman-temannya Ai ya?" tanya wanita itu dengan ramah.

"Bukan," jawab Ai singkat.

"Iya!" kata Ren dan Rienna bersamaan.

"Saya Rienna, Tante," ucap Rienna sambil tersenyum lebar.

"Nama saya Ren. Ren Hiroshi, Tante." Seperti biasa, Ren sedikit menunduk untuk memberi salam.

"Kalian lagi nunggu jemputan? Gimana kalau Tante anter? Sekalian nanti keliling bentar," ajak Tante Mira.

Ren dan Rienna saling berpandangan.

"Aduh, maaf Tante. Hari ini saya langsung mau jemput Mama di rumah sakit." kata Rienna menolak dengan halus.

"Loh, Mama kamu sakit apa?" ucap Tante Mira terkejut setelah mendengar jawaban dari Rienna.

Rienna menggaruk tengkuknya dan dengan tersenyum malu, ia berkata, "Mama saya direktur di rumah sakit itu Tante."

"Oh, Tante pikir Mama kamu sakit." Tante Mira tertawa. "Kalau kamu udah ada yang jemput belum?" tanya Tante Mira pada Ren.

"Saya pulang sendiri, Tante," jawab Ren dengan sopan.

"Oh, kalau begitu biar sekalian aja, yuk." Tante Mira langsung membuka pintu mobilnya bagian belakang. Ai menoleh cepat ke arah Tante Mira. "Tante..."

Tante Mira hanya tersenyum menanggapi, "Nggak papa."

Ai terdiam, ia tidak mau membantah.

"Saya pulang sendiri saja, Tante. Kebetulan hari ini saya harus pergi ke suatu tempat" Ren menolak dengan halus. Sebenarnya ia hanya berbohong saat harus pergi ke suatu tempat. Itu hanya alasannya karena malam ini dirinya harus menelepon untuk berdiskusi dengan 'orang itu'.

"Ya udah kalau gitu, kalian berdua hati-hati di jalan ya. Kapan-kapan main bareng, nanti Tante bikinin masakan spesial."

Tawaran dari Tante Mira membuat kedua mata Rienna berbinar. "Seriusan Tante???" seru Rienna. Matanya berbinar dan kedua tangannya terkepal seperti anak kecil. Ren dan Ai melihat kelakuan Rienna, hanya bisa diam, tanpa bisa berkata apa-apa.

Tante Mira tertawa dan mengangguk, "Iya, nanti biar sekalian Tante yang jemput kalian."

"Makasih banyak Tante!!"

Ren menyenggol lengan Rienna pelan, lalu berkata, "Lo malu-maluin banget sih."

"Biarin!!" ujar Rienna sambil menjulurkan lidahnya.

***

"Kamu mau makan apa, sayang?" tanya Tante Mira yang sibuk mengemudikan mobilnya.

"Terserah tante. Apa aja oke," kata Ai, menatap tantenya dari samping. Tante Mira melirik ke arah Ai sekilas, lalu berkata, "Tadi nama temanmu yang cewek siapa? Tante lupa. Riana, Raina, Ri..."

"Rienna," ralat Ai.

"Ah! Iya itu! Rienna! Terus tadi yang satunya lagi namanya siapa?"

"Ren Hiroshi," jawab Ai dengan muka datar.

"Ahhh.. Namanya Ren. Eh? Sayang, dia namanya Ren?" kata Tante Mira terkejut.

"Iya, namanya Ren. Dia pindahan dari Jepang."

Tiba-tiba suasana dalam mobil menjadi hening. Tante Mira tidak melanjutkan obrolannya. Wajahnya masih terkejut saat Ai menyebutkan nama 'Ren' tadi.

"Ah, jadi namanya Ren," guman Tante Mira.

Ai menaikkan salah satu alisnya, "Tante kenal sama Ren?"

"Ah, enggak! Tante cuma tiba-tiba keinget sama kenalannya Tante yang dari Jepang. Namanya juga 'Ren'."

"Oh," jawab Ai singkat. Ia tidak melanjutkan obrolannya lagi.

Tapi kenapa tiba-tiba Tante Mira jadi panik gitu?

***

Ai memandangi satu persatu piring yang memenuhi atas meja makan mereka. Cream soup, Ca Kangkung, ikan bakar, sambal bawang, dan masih banyak lagi yang sudah tersedia di atas meja.

"Ini buat siapa aja?" tanya Ai sambil menunjuk ke arah beberapa piring.

"Loh, kamu nggak makan?" Tante Mira bertanya balik.

"Aku makan kok," Ai menarik kursi di depannya.

"Itu semua buat kamu, sayang," kata Tante Mira yang sudah duduk di depan Ai.

"Tapi aku kan nggak makan banyak." Kedua mata Ai masih menatap satu persatu piring di depannya.

"Tante sengaja masak banyak karena kamu akhir-akhir ini banyak pikiran. Udah gitu makannya dikit lagi. Gimana mau gendut kalau porsi makannya sedikit gitu? Ini jangan lupa di makan," ujar Tante Mira sambil meletakkan krim sup panas di depan Ai.

"Aku nggak mau gendut." Ai mulai menyendok krim sup di depannya. Tante Mira tersenyum melihat keponakaannya yang mulai makan dengan lahap.

Tante Mira yang merupakan satu-satunya kakak dari Mama Ai, adalah seorang desainer wedding dress dan gaun pesta. Untuk seseorang yang sudah berumur 45 tahun dan merupakan single parent, Tante Mira masih mempunyai jiwa fashion yang kuat. Tante Mira dan suaminya bercerai saat ia masih berumur 30 tahun. Pernikahan mereka hanya berjalan 5 tahun. Tante Mira membesarkan anaknya yang waktu itu masih berumur 4 tahun seorang diri. Dirinya mulai bangkit dan mulai mencoba dunia fashion. Strategi pemasaran yang digunakan oleh Tante Mira sangat bagus dan diakui oleh berbagai desainer luar negeri. Semua model-modelnya pun berasal dari berbagai negara.

Perceraian dengan suaminya tidak membuat Tante Mira semakin terpuruk. Sampai hari ini, Tante Mira berhasil mengembangkan bisnis fashion-nya.

Sampai saat kejadian itu.

Saat Tante Mira bertemu dengan Ai yang penampilannya sangat memprihatinkan. Wajahnya penuh lebam, tubuhnya sangat kurus untuk anak seusianya, bahkan Ai hanya terdiam sepanjang hari dengan tatapan kosong di kedua matanya. Kejadian itu benar-benar membuatnya trauma.

Walaupun sampai saat ini Tante Mira masih sering memergoki keponakannya melamun, mungkin dengan berjalannya waktu ia sangat berharap jika Ai bisa menerima dirinya sendiri dan orang lain dalam kehidupannya. Dibandingkan yang dulu, keponakannya yang sekarang sudah mulai sering berbicara padanya.

***

YOU AND AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang