Nuginara [END]

07 • Suka, Duka, Luka

Foto siluet ini diambil jauh hari sebelum aku dekat dengan Nugi. Ini hasil jepretan diam-diam temanku dari pintu kelas. Waktu itu ceritanya aku dan Nugi sedang mengobrol tentang acara Muharam yang akan diadakan tiga minggu lagi di sekolah. Selain OSIS dan MPK, kami juga diikutsertakan untuk berkoordinasi di acara kali ini.

Aku tidak sadar kalau obrolan kami di balkon lantai dua itu dipandang lain oleh teman-temanku, karena waktu itu aku pun fokus dengan segala sesuatu yang menyangkut acara sekolah, tidak kepikiran kesitu apalagi persoalan se-sepele ini.

Tapi ternyata foto siluet ini malah menjadi rahasia umum di depan orang-orang. Meskipun tidak disebar terang-terangan, entah bagaimana mereka semua bisa tahu dan membicarakannya di belakang. Aku sama sekali tidak tahu tentang foto ini kalau waktu itu Arin tidak menunjukkannya padaku. Setelah tahu pun aku biasa-biasa saja, toh orang-orang pun tidak heboh dan tetap anteng dengan urusan mereka. Berhari-hari setelah aku melihat sendiri tentang eksistensi foto itu di galeri Arin, kamis paginya barulah aku terusik.

Sahabatku, teman sebangku, Keysha Hanindy- Marah besar.

Aku lupa persisnya bagaimana, tapi Keysha sempat mengacuhkanku berhari-hari dan aku tahu ini mungkin karena dia juga lihat soal foto bayangan hitam berlatar lapangan sekolah dan langit di hari Rabu. Mungkin dia kesal juga karena aku jadi lebih sering wara-wiri dengan Nugi dan anggota keagamaan dibanding dengannya.

Salahku adalah membiarkan Keysha berasumsi sendiri, membiarkannya mendiamkanku berhari-hari dan tidak bertanya 'ada apa?' atau 'kamu marah?', karena aku tahu tabiatnya dan jauh di lubuk hatiku, aku tahu titik masalahnya itu apa. Awalnya egoku bilang kalau aku tidak benar-benar salah disini. Tapi akhirnya aku tidak tahan dan bergerak juga untuk memperbaiki masalahnya.

Sedikit banyak, aku memang lihat kalau Keysha punya gerak-gerik yang menunjukan kalau dia menyukai Nugi. Tapi aku kira awalnya dia hanya bercanda, karena setiap ada obrolan tentang Nugi dia malah menyodor-nyodorkan namaku untuk disandingkan dengan nama laki-laki itu.

Lalu sekarang, ini menjadi salahku karena aku tidak peka? Atau karena aku menjadi pihak yang paling mudah untuk disalahkan?