Malam terakhir ketika aku duduk di kedai mie, dengan segala macam pikiran yang semrawut jauh dari kata rapi, ketika tiba-tiba aku melihat Nugi lagi setelah hampir dua tahun berganti, ketika Dinda menyebut mantra kalau aku akan baik-baik saja, jodoh tidak akan ke mana-mana, takdir pasti akan mencapai pemiliknya—aku akhirnya mengerti kalau semesta tidak pernah main-main dalam menentukan jalan takdir setiap manusia.
Aku baru menyadari kalau ternyata Nugi selalu ada dalam setiap jeda, disaat luka yang kumiliki hampir sembuh seutuhnya. Aku mungkin gagal dalam hubunganku yang lain, tapi ketika mengingat masa-masaku menyukai Nugi dalam hening, semua rasa pahit yang berkumpul atas dasar cinta itu tiba-tiba kembali murni.
Meski senyumnya tak bisa kumiliki, meskipun tawanya tidak benar-benar abadi, meski aku hanya merasakan semua gejolak perasaan itu sendiri, tapi hanya dengan mengingat masa-masa itu, dalam hitungan hari, aku akhirnya bisa kembali.
Beberapa hal di dunia memang tidak bisa diatur oleh siapa-siapa dan cinta adalah salah satunya. Aku kira perasaan ini telah selesai begitu orang lain datang untuk mengisi, aku benar-benar menjalani hidup seperti dulu sebelum mengenalnya, semesta membuatku seakan-akan lupa dengan laki-laki bernama Atthala Nugraha.
Memang benar, aku menemukan orang yang akhirnya mengisi ruang kosong dalam perasaanku, aku bertemu dengan laki-laki baik dan kami sama-sama membangun hubungan dengan perasaan yang sama, aku pernah hampir dituntun ke jenjang yang lebih serius oleh orang yang berbeda. Aku bahagia dengan siapapun pasanganku dalam perjalanan ini—meski itu semua sementara.
Karena aku sadar kalau dia bukan orang yang kucari.
Dia bukan Nugi.
Aku memang tidak tahu pasti kampus mana yang Nugi pilih dan bagaimana kehidupannya setelah lulus, aku tidak tahu apa dia benar-benar menjadi arsitek yang pernah dicita-citakannya di kelas 8, aku juga tidak tahu bagaimana hubungannya dengan perempuan yang ia ajak ke prom night di SMA, yang kutahu, aku pernah mengaguminya, aku pernah berangan untuk bisa bersamanya, dan aku akhirnya berani menyatakan itu disini meski dalam bentuk anonim dan dengan tulisan yang sedikit tidak layak untuk dibaca.
Saat pertanyaan ini lewat di beranda Quora, terlintas di pikiranku untuk menulis semua perasaan dan sesak yang mampir lagi di dada.
Ini sebuah kesalahan.
Kesalahanku sejak awal adalah membiarkan perasaan kagumku tumbuh menjadi rasa yang tidak kumengerti wujudnya, sampai rasa itu menciptakan satu ruang tak tersentuh dalam lubuk hati dan imaji.
Salahku juga karena memungut dompet yang tertinggal di gerbong kereta dan menghubungi pusat informasi tapi tidak langsung pergi. Salahku juga karena kembali ke peron stasiun dengan sisa ingatan masa lalu dan puing-puing harapan yang kembali melebur menjadi abu.
Detik di mana aku merasa desiran darah yang mengalir dalam jantungku mendadak berhenti, di mana segalanya luluh lantak dan tidak ada sedikitpun potongan emosi yang bisa mendeskripsi, hal terakhir yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum di atas kaki.
Aku, bahagia. Sebab dengan kesalahanku itu, aku bisa bertemu dengannya kembali meski dengan kebodohan dan tanpa persiapan untuk dipatahkan lagi.
Iya, semesta mengijinkanku untuk bertemu Nugi di pusat informasi stasiun. Dengan dompet hitam miliknya di tangan kanan dan kepingan rindu yang hancur lebur di tangan kiri, aku memunguti puing-puing masa lalu karena baru kusadari ternyata sedalam itu aku mencintainya.
Satu persatu tanda tanya tentang dirinya yang tak sengaja kutemu di kedai mie itu akhirnya terjawab sudah hanya dengan hitungan minggu.Tentang hidupnya.
Cita-citanya.
Statusnya.
Semuanya.
Sekarang Nugi sudah menikah.
Bukan persoalanku lagi untuk merindukannya, bukan hak diriku lagi untuk memikirkannya, karena setelah ini aku berjanji kalau aku akan berhenti. Setelah ini, setelah perasaan yang secara tidak sengaja kutitipkan pada satu orang yang sama akhirnya kembali pada pemiliknya, setelah derai tak usai yang sering membuatku bertanya-tanya akhirnya mendapat jawabnya juga, setelah kupaksa surut semua rasa tanpa aba-aba. Setelah ini, mungkin ia akan kuingat sebagai kesalahan paling manis yang pernah kubuat.
Karena takdir kita memang hanya untuk bertemu, bagian menemani hingga akhir itu tugas yang lain.
Nugi, kalau suatu hari tulisan ini telah sampai di kamu, itu artinya aku sudah bahagia. Karena tulisan ini kupertahankan di draf untuk dikirim di kemudian hari. Hari di mana aku sudah tidak mendambamu lagi.
Sampai sini saja ya, Nugi.
Nara pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuginara [END]
RomantizmSembilan tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyimpan memori tentang seseorang. Aku punya mantan, aku pernah hampir bertunangan, aku pernah di-pdkt oleh berbagai macam orang. Perasaanku diisi oleh satu-dua hati silih berganti, yang kukira semua i...