Aku harus jawab apa ya?

4.4K 418 5
                                    


Sore hari keadaan rumah sedang ramai karna kedatangan teman-temannya Jenan, mereka berkumpul untuk mengerjakan skripsi dan makan-makan.

Keadaan ruang keluarga sudah seperti kapal pecah, bantal sofa di mana-mana, bungkus cemilan sampai yang tumpahannya pun ada di atas karpet.

Alibi saja mengerjakan skripsi, kalau sudah kumpul tidak ada yang kerja malah sibuk gibah.

Posisinya ada Jenan sebagai tuan rumah di sofa single, dan teman-temannya duduk dempet berempat di sofa panjang, sedang asik gibahin skandal mahasiswi yang katanya nge room dengan dosen demi nilai.

"Gila aja ya, mau maunya sama pak Sam, udah tua apa gak kriput tuh 'anu' nya." Raka makan keripik kentangnya sambil komentar kalau nge room lebih baik dengan yang muda, lebih hot, lebih berstamina.

"Btw biasanya jam berapa Kak Malvin pulang dari kantor Je?" Heksa bertanya ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 5.30 sore, tidak terasa mereka ngobrol berjam-jam dan tidak ada niatan lanjut garap skripsi seperti rencana mereka saat ingin berkumpul di rumah Jenan.

Jenan yang di tanya langsung melihat jam di ponselnya dan tiba-tiba berdiri yang buat teman-temannya  menatapnya.

"Kenapa Je?" Taro yang sejak tadi hanya nyimak obrolan mereka akhirnya buka suara.

" Setengah jam lagi Kak Malvin pulang, mana gue belum masak, belum mandi lagi. Kalian beresin deh ini tempat, gue siapin bahan buat masak, makan malem disini aja."

Setelah berbicara Jenan langsung melesat ke dapur, membuka kulkas dan mengambil bahan-bahan untuk memasak, ada daging ayam dan sayur-sayuran yang rencananya mau ia buat sop. Mumpung seharian hujan dan enaknya makan yang berkuah.

Tidak lama Heksa, Raka, Taro dan Yolan menyusul ke dapur, membantu potong-potong sayur selagi Jenan membuat bumbu sayur sop. Sekitar setengah jam akhirnya masakannya matang dan bertepatan dengan bel rumah berbunyi, Jenan yang tau kalau Malvin sudah pulang langsung berjalan ke arah pintu utama.

"Sore sayang. Aku pulang." Malvin langsung masuk ke dalam rumah begitu pintunya di buka Jenan, mengecup kening istrinya dan mengucapkan terima kasih saat Jenan membawakan tas kerjanya.

"Ekhem ehkem aduh begini rasanya ngontrak di bumi ya." Heksa dan yang lain tadi ikut ke depan karna ingin melihat penyambutan istri kalau suami pulang kerja itu bagaimana, apakah seperti drama yang sering mereka tonton atau tidak, dan ternyata sama dan lebih sweet dari bayangan mereka.

Malvin yang mendengar ucapan kekasih dari sepupu istrinya itu hanya tertawa sementara Jenan menyembunyikan wajahnya di dada Malvin menahan malu.

"Bisa malu juga ternyata si Jenan, biasanya juga malu maluin."

"Jaga U punya mulut ya, gak gue kasih makan nih."

"Ampun Nyonya Wijaya, bercanda aja tadi tuh."

Jenan memutar bola matanya malas, lalu mengikuti Malvin yang mulai jalan ke lantai dua ke kamar untuk membersihkan diri, ia menyuruh yang lain menonton tv dulu selagi menunggu mereka berdua mandi yang langsung mendapat godaan dari teman-temannya itu.

Begitu masuk kamar Jenan langsung taruh tas kerja Malvin di tempat biasanya, lalu berjalan ke arah Malvin dan membantu suaminya itu buka dasi nya.

"Kamu belum mandi ya?"

"Kakak tau darimana?"

"Bajumu masih sama kayak yang pagi tadi."

"Tadi sibuk ngobrol kak sama yang lain jadi lupa waktu, makanya belum mandi." Jenan taruh semua baju Malvin ke keranjang baju kotor.

"Ya udah kita mandi bareng, biar cepat selesai, kasian teman kamu kalo kelamaan nunggu."

Jenan ngangguk dan ikut masuk ke dalam kamar mandi, sebenarnya dia malu kalau harus mandi bareng, tapi dari pada gantian nanti kasihan teman-temannya lama menunggu.





.
.


Sekitar 15 menit kemudian Malvin dan Jenan turun, langsung ke ruang makan dan menemukan yang lain sudah duduk tenang menunggu mereka, Heksa yang melihat mereka berdua sudah datang langsung gercep membantu Jenan menata makanan, ia suka masakan Jenan karna sudah beberapa kali di ajak Naren ikut kumpul keluarga dan merasakan masakan Jenan yang enak semua.

Setelah semua sudah tertata di meja, mereka mulai makan, Jenan mengambilkan untuk Malvin dulu baru untuknya dan langsung dapat godaan dari Raka yang duduknya berhadapan dengan Jenan.

"Duh kerasa banget aura pengantin barunya, masih anget-angetnya, jadi pengen nikah juga."

" Minta Jero nikahin lu lah, udah pacaran berapa lama coba kalian."

Yolan tahu mereka tidak ada yang jomblo selain Jenan dulu, tapi malah Jenan duluan yang nikah.

"Enggak deh, gue masih pusingin skripsi, Jero juga lagi magang."

"Mumpung ada pengantin baru, ceritain dong malem pertamanya gimana? Ada tips gak buat kita yang belum nikah?"

Jenan yang dengar pertanyaan Heksa hanya diam, ya ... Bagaimana ingin cerita kalau malam pertama saja belum, padahal sudah seminggu mereka menikah.

"Gak gimana-gimana, kayak pasangan pada umum nya, lu kayak gak pernah kawin aja sama Naren." Malvin yang jawab karna tau Jenan bingung mau jawab apa karna mereka belum melakukan 'itu'.

"Heksa ternyata ya, diam-diam menghanyutkan, ngelakuin di mana kalian, gak mungkin kan di rumah lu apalagi Naren." Yolan sama yang lain kompak menggoda Heksa, apalagi melihat Heksa yang salah tingkah.

"G-gue belum pernah ya, gila aja ngelakuin itu sebelum nikah, fitnah nih kak Malvin." Heksa merengut di goda teman-temannya.

"Eh udah jam segini aja, kita pulang dulu deh, hujan udah reda juga."

Mereka semua langsung berdiri dari duduknya dan ingin membersihkan meja makan tapi di larang Jenan, jadi mereka langsung pamit pulang.

Jenan menutup pintu setelah mengantar teman-temannya pulang sekalian menutup gerbang lalu kembali ke dapur untuk mencuci piring bekas mereka makan, yang ternyata sedang di kerjakan oleh Malvin.

"Harusnya aku aja tadi yang nyuci piringnya." Jenan bantu lap piring yang sudah di cuci oleh Malvin.

"Gapapa, kamu udah masak tadi, gantian aku yang nyuci piringnya."

Jenan hanya diam tapi menahan bibirnya agar tidak tersenyum, ia tidak tau harus senang atau malah bersyukur karna menerima lamaran Malvin dan menikah dengan teman main sekaligus tetangga waktu ia kecil dulu. Mereka pernah deep talk dan mengungkapkan isi hati mereka dan dari situ mereka tau kalau ternyata sudah punya perasaan satu sama lain sejak dulu hanya saja takut confess dan membuat pertemanan mereka hancur.

Tindakan Malvin yang berani langsung melamar Jenan ternyata membuat mereka tahu kalau jalan yang mereka pilih tidak salah. Jadilah sekarang mereka seperti remaja sedang kasmaran.



TEMAN TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang