bad day

3.8K 378 11
                                    

Jenan keluar dari ruangan dosen sambil memasang muka murung, cuaca hari ini mendung seperti suasana hatinya, ia baru bertemu dospemnya untuk acc, Jenan sudah begadang berhari-hari demi mengerjakan skripsi, eh malah harus revisi untuk kesekian kalinya. Ia mendapatkan banyak coretan di bab yang ketiga, membuatnya semakin tidak karuan rasanya.

Daripada pulang ke rumah Jenan putuskan untuk berkunjung ke kantor Malvin, ia ingin mengajak suaminya makan siang bersama. Ia memakai taksi online tadi ke kampus jadi harus pakai taksi lagi untuk ke kantor suaminya, dirinya sedang malas menyetir, padahal mobil di bagasi banyak yang nganggur.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai di kantor Malvin, Jenan langsung masuk dan menuju meja resepsionis begitu sudah masuk lobi kantor.

" Selamat siang mbak. "

" Selamat siang. "

" saya mau tanya, Pak Malvin nya ada? Saya ingin bertemu. "

Jenan liat wanita dibalik meja resepsionis sedang menelpon entah siapa ia tidak tahu.

" Pak Malvin ada di ruangannya, apa anda sudah buat janji temu sebelumnya? "

" Belum, tapi saya istrinya. "

Resepsionis menelpon kembali, setelah itu memberitahu lantai ruangan Malvin setelah dapat ijin langsung yang di sampaikan lewat sekretarisnya.

Jenan langsung saja masuk lift dan menekan tombol untuk ke lantai 15, lantai ruangan Malvin.

Begitu sampai ia melihat ada wanita yang berdiri di depan pintu ruangan yang ia yakin kalau itu ruangan suaminya, karna lantai 15 memang khusus ruangan Direktur dan para petinggi yang lain.

"Ekhem, permisi. Bisa saya masuk?"

Jenan risih melihat wanita di depannya ini memperhatikannya dari atas sampai bawah sambil memasang wajah sinis.

" Silahkan tuan Jenan, sudah ditunggu pak Malvin di ruangannya. "

Jenan yang mendengar itu langsung masuk saja tanpa peduli dengan tatapan dari sekretaris Malvin tadi, ia tahu karna tadi sempat berkenalan singkat.

" Kakak suami... "

Malvin langsung mengalihkan tatapannya dari laptop ke Jenan yang mulai jalan kearahnya, ia mundurkan kursinya dan merentangkan tangan kode untuk Jenan masuk ke dalam pelukannya.

Jenan yang lihat itu langsung mendekat dan mendudukkan diri di pangkuan Malvin, menyenderkan kepalanya di bahu kokoh suami.

"Gimana tadi skripsinya, udah di acc?"

"Bab ini revisi lagi, padahal aku udah begadang berhari-hari buat selesai biar bisa di acc, tapi malah banyak coretan."

Malvin usap punggung Jenan sambil dengarkan istrinya bercerita tentang pertemuannya dengan dospem dan masalah skripsinya.

Ternyata sudah memasuki waktu jam makan siang, Malvin mengajak istrinya untuk makan siang di luar.

" Kenapa kita gak makan di kantin kantor aja? "

" Kakak lagi pengen makan di luar, banyak karyawan juga, pasti banyak yang ngeliatin kamu. "

" Kamu mau makan apa? " Tanya Malvin sambil rapihkan poni yang menutup dahi Jenan.

" Sushi? Udah lama gak makan itu, tapi delivery aja, aku gak mau kemana-mana." Jenan berucap sambil mendusal di leher Malvin, memeluk leher suaminya.

" Yaudah kita delivery aja, kamu mau apa lagi? " Tanya Malvin, ia usap punggung Jenan sambil pegang hp buat order makanan yang Jenan ingin.

"Aku pengen brownies deh, minumnya chatime– eh sama ramen boleh gak?"

Jenan tegakkan tubuhnya untuk melihat wajah Malvin, suaminya itu sedang sibuk memesan makanan yang dia inginkan, terkadang Jenan berpikir kenapa Malvin memilihnya menjadi pendamping hidup sedangkan di luar sana banyak yang lebih baik dan pasti lebih pantas bersama Malvin.

"Kita tinggal nunggu orderannya dateng— kenapa liatin aku?"

"Kalau aku gak lulus dan jadi sarjana apa kakak bakal ninggalin aku?"

"Kenapa tanya gitu?"

"Kakak malu gak punya istri bukan sarjana?"

" Kaka—

Malvin bungkam bibir Jenan dengan kecupan yang sedari tadi menanyakan hal yang tidak penting menurutnya.

" Dengerin kakak, mau kamu gak selesai skripsinya, gak nyandang gelar sarjana, kakak gak mungkin ninggalin kamu cuma karna hal sepele. Pernikahan bukan hal main-main Jenan sayang.. "

"Kenapa kakak milih aku, di luar sana banyak cewek atau cowok yang lebih pantes sama kakak, bukan kayak aku yang ngambekan, manja, galak juga."

"Siapa yang bilang kamu galak, gemesin gini kok."

"Abang bilang Jenan galak katanya. Makannya Jenan gak dibolehin pacaran sama Abang, katanya gak ada yang tahan sama Jenan."

Jenan memanyunkan bibirnya, memainkan jarinya di kerah kemeja Malvin.

"Bang Jef cuma bercanda itu, Abang ngelarang kamu karna takut kamu ketemu cowok yang gak baik, di sakitin, paling parah di selingkuhin. Dia cuma takut adik kesayangannya ini kenapa-kenapa, Bang Jef itu sayang banget kok sama kamu, nyuruh aku buat selalu jagain kamu kalau dia lagi gak ada di dekat kamu."

Malvin bawa kedua tangannya menangkup wajah Jenan, memberi kecupan di seluruh wajah dan dibibir sang istri berkali-kali, menggigit bibir bawah Jenan dan ditarik, membuatnya kena gebuk di bahu.

" Aw udah udah ampun sayang... "

" Bibirku sakit tau digituin. "

" Habisnya kamu gemesin banget sih, aku kan gak tahan ngeliatnya. "

Tok tok tok

" Kayaknya makanannya udah dateng, aku ambil dulu. "

Jenan bangun dari pangkuan Malvin, jalan ke arah sofa sementara Malvin mengambil makan siang mereka yang di antar OB kantor.

Jenan langsung keluarkan semua makan siang mereka dan mengambil dua botol air mineral yang memang tersedia di meja.

Menerima sumpit yang di beri Malvin dengan semangat.

" Selamat makan .. "

Mereka habiskan waktu makan siang sambil mengobrol ringan, membiarkan waktu terus berjalan sampai jam pulang kantor tiba. Jenan memutuskan untuk tetap tinggal dengan alasan malas sendirian di rumah dan akhirnya ketiduran di sofa panjang, Malvin awalnya ingin membangunkan tapi tidak tega, akhirnya ia gendong sampai mobil.

Begitu sampai rumah dan mobil sudah masuk garasi, Jenan tetap pulas, Malvin yang melihat itu memutuskan menggendong istrinya lagi, membuka pintu utama dan langsung naik ke lantai dua ke arah kamar mereka, ia menidurkan Jenan di kasur dan mulai melepas sepatu serta kaos kaki, menggantikan pakaian Jenan dengan piyama katun motif bulan sabit kesukaan istrinya.

"Ni anak beneran tidur apa pingsan, gak kebangun padahal dari tadi badannya di pegang-pegang."

Setelah selesai dengan urusan Jenan, Malvin memutuskan buat mandi, sebentar saja karna ia juga sudah mengantuk.

Habis mandi dan sudah berpakaian, Malvin langsung menidurkan dirinya di sebelah Jenan, memeluk istrinya dan mengecup kening yang tertutup poni tersebut.

" Selamat tidur sayang, Kakak sayang kamu Jenan. "

TEMAN TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang