Suasana sunyi menemani Taehyung yang tengah duduk sendiri di sisi kanan rel. Pemuda itu tiba di stasiun dengan ransel yang ia taruh di atas bangku, sedang dirinya duduk tanpa alas, menenggelamkan wajahnya di balik kedua lengan yang bertumpu pada lutut. Sesekali mengusap dan merapatkan tubuh kala angin malam berhembus membuatnya kedinginan.
Sunyi itu sempat lenyap ketika siulan nyaring mulai terdengar, membuat Taehyung mengumpulkan kesadarannya setelah sempat tertidur di sana. Meneliti gerakan roda yang berhenti berputar lantas disusul dengan keluarnya seseorang dari salah satu gerbong lokomotif.
Taehyung menatap pria yang masih memunggunginya itu. Berharap jika orang di sana adalah satu dari dua yang ditunggunya berjam-jam.
Sampai ketika orang itu berbalik lantas berjalan ke dekat Taehyung, menurunkan satu ransel di sisi tubuhnya sembari bertanya, "Gurukul?"
Taehyung yang sempat mengecek isi tas-nya itu mendongak. "Ya." Katanya.
Tidak ada alasan untuk Taehyung menolak berjabat ketika pemuda itu mengulurkan satu tangannya. "Namaku Jimin, Park Jimin."
"Aku Kim Taehyung."
Satu sudah berada dalam jangkauan, tersisa satu pemuda lagi sebelum mereka memutuskan untuk berkendara menuju Gurukul. Universitas ternama bergaya klasik, berdiri sejak puluhan tahun lalu.
Keduanya larut dalam suasana yang menciptakan kantuk, Taehyung memutuskan untuk naik dan membaringkan tubuh dengan kaki terjulur lurus, sedang Jimin menggantikan posisi Taehyung sebelumnya, duduk tanpa alas.
Tak lama, lokomotif kembali terlihat masih membawa beberapa gerbong. Taehyung dan Jimin memokuskan tatapannya pada satu pemuda yang sempat membuat terkejut karena melompat dari dalam. Berbalik serta merta menunjukkan senyum menawannya.
Pemuda itu merentangkan kedua tangan merasakan angin yang berhembus, kemudian tangan itu pula yang bergerak memukul gerbong sampai kereta melaju kembali, satu tangannya yang lain berupaya menyampirkan ransel di pundaknya.
Jimin dan Taehyung saling tatap aneh dari kejauhan, menaikkan bahu, mencoba untuk tidak terpengaruh pada kelakuan pemuda satu itu.
"Hei, Guys. Eum-Gurukul?" tanyanya ketika tiba di hadapan Jimin dan Taehyung.
"Ya." Jimin dan Taehyung menjawab bersamaan.
Ransel yang semula berada pada genggaman pemuda itu dijatuhkannya ke tanah, lantas mengulurkan tangan mengajak berkenalan. "Jungkook."
Namun tanpa disangka, Jimin dan Taehyung mengulurkan tangan secara bersamaan, pun menyebutkan nama yang tidak terdengar jelas oleh telinga Jungkook. Tapi siapa peduli, Jungkook mengulurkan satu tangannya lagi kemudian menjabat silang tangan rekannya yang terulur di sana, masih dengan senyum menawannya.
Ini pertemuan pertama mereka.
Saat itu mereka tak tahu, pertemuan singkat mereka di stasiun, akan menjadi persahabatan yang abadi.
♥
Jeep terbuka dengan warna hitam dan putih itu melaju mengantar Jungkook, Taehyung dan juga Jimin ke sekolah baru mereka, Gurukul. Bukan hal yang mudah untuk bisa menginjakkan kaki di universitas dengan gedung bergaya Egypt tersebut. Karena tidak hanya tentang hasrat belajar, jelas diperlukan kemampuan intelek yang mumpuni.
Gurukul memfasilitasi gedung asrama khusus pria di sayap kanannya, dekat dengan hutan tidak jauh dari danau berdiameter sedang di bagian kirinya. Musim dingin di tahun ini membuat banyak kabut menutupi gedung di setiap pagi, hutan seakan berada di wilayah tropis yang beriklim basah.
Tiga pemuda itu memasuki asrama, tinggal dalam satu dorm dengan dua ranjang yang salah satunya bertingkat. Suasana dingin dan gelap menyambut mereka, sampai Jungkook yang berinisiatif menekan sakelar untuk menghidupkan lampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stories ✔ | BlackBangtan
FanfictionBOLLY REMAKE Diproduksi oleh: Yash Raj Film VISUALISASI, BLACKPINK & BTS VERS published on June ©2020