Guyuran hujan semalam masih menyisakan air yang menggenang di halaman Gurukul. Seokjin berlari memeluk tubuh, sembari membawa violin case-nya menuju pendopo di bagian kanan, yaitu tempat outdoor yang langsung menghadap pada gerbang utama. Pemuda itu cukup terkejut mendapati presensi Kim Sihyuk menyambutnya di sana.
Kali ini bukan dirinya, melainkan rektor Gurukul itu lah yang berjalan mendekat lebih dulu. Perlahan sampai membuat Seokjin menahan nafas tanpa sadar, memikirkan alasan apa yang membuat Kim Sihyuk sengaja menunggunya. Perihal perbincangan keduanya kemarin, mungkin. Atau lebih berat pada pengusiran secara paksa? Tidak ada yang tahu isi kepala rektor itu. Mungkin saja hati pria paruh baya itu melunak dan lebih memilih untuk memihaknya.
Lihat saja, semuanya hanya berupa spekulasi.
Kemudian ketika Kim Sihyuk tiba tepat di hadapannya, Seokjin ingat bahwa dirinya harus menyeimbangi perangai pria itu, arogan tanpa ekspresi. Seokjin berhenti menahan nafas dan berusaha untuk tetap tenang.
Tapi kalian tahu apa yang ada di pikiran seorang Kim Seokjin saat ini?
Kim Jisoo.
Seokjin merindukan Jisoo-nya. Ayah dari gadis yang dicintainya ini mengingatkan Seokjin pada kenangan keduanya. Bahkan tanpa sadar, untuk kedua kalinya Seokjin tidak sanggup untuk bersikap arogan. Matanya seakan terhipnotis oleh kenangan indah dahulu. Pada akhirnya Seokjin membiarkan Kim Sihyuk mengawali konversasi tanpa sedikit pun niatan untuk menyela, yang timbul hanyalah matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Bahkan saat Jisoo menceritakan tentangmu, aku sudah membencimu... sangat membencimu dan aku tak ingin sekali pun melihat wajahmu... aku tidak ingin mendengar suaramu."
"Dan sekarang kau berdiri di hadapanku."
Kim Sihyuk sempat menoleh menatap gerbang utama Gurukul lantas kembali berujar, "Kalau aku mau, aku bisa menyeret dan membuangmu ke luar gerbang, dan tidak ada yang bisa menghentikanku. Tapi aku takkan melakukannya. Karena sekarang aku ingin kau tetap di sini."
Guruh kembali terdengar di langit Busan. Di depannya saat ini, Seokjin melihat bagaimana ekspresi Kim Sihyuk semakin kaku dan tegas, membuatnya sedikit gusar.
"Kau memberikan alasan bagi pria tua berumur 55 tahun untuk bertarung kembali..."
Kini Seokjin mendapat jawabannya. Dugaannya salah, tak ada hati yang luluh. Maka dengan berat hati, Seokjin membiarkan Kim Sihyuk melanjutkan ucapannya, yang justru membuat Seokjin semakin jengah untuk terlibat konversasi meskipun bibirnya ingin sekali balas berkata sarkas.
"Dia akan membuktikannya sekali lagi... Meski sudah 25 tahun berlalu, dia masih sangat yakin dan percaya bahwa dirinya benar."
"Kau benar tentangku, Tuan Seokjin. Sama sepertimu, aku juga suka tantangan. Jadi sekarang lakukan apa yang kau mau, dan aku juga akan melakukan apa yang sudah kulakukan 25 tahun sebelumnya."
Untuk alasan inilah, Kim Seokjin mendapat kembali keteguhan hatinya untuk bersikap tenang dan arogan. Matanya kini menatap angkuh pada tuan tanah Gurukul, tanpa gentar sedikit pun. Seakan pria di depannya ini bukanlah ayah dari gadis yang lama mengisi hatinya, yang menjadi alasannya untuk kembali dan memberontak.
Kim Seokjin benar-benar tak menyangka jika ucapannya kemarin justru membuat pria itu semakin keras hati. Terlebih ketika pemilik Gurukul itu kembali berujar dengan suara rendah dan penuh penekanan, "Tradisi kampus ini sangatlah kuat. Bahkan seorang Kim Seokjin dengan biola di tangan dan senyuman di wajahnya, tidak akan bisa mengubah semuanya begitu saja."
"Tidak akan pernah, Tuan Seokjin."
"Tidak akan pernah."
Kim Sihyuk berlalu begitu saja, menyisakan Seokjin dengan seringaian kecil di sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stories ✔ | BlackBangtan
FanficBOLLY REMAKE Diproduksi oleh: Yash Raj Film VISUALISASI, BLACKPINK & BTS VERS published on June ©2020