MOHABBATEIN 02

124 19 3
                                    

Kim Sihyuk baru saja keluar dari ruangannya, mengecek arloji di pergelangan tangan, memastikan jika seluruh mahasiswa berada di dalam kelas pada saat jam belajar sedang berlangsung. Langkahnya menyusuri koridor kampus sambil sesekali memperhatikan suasana di sana. Terdapat beberapa mahasiswa yang sepertinya baru menyelesaikan jam kuliah, menunduk hormat ketika berpapasan, segan lebih tepatnya.

Beliau pun tak sengaja bertemu salah satu dosen di sana, "Tuan Park Jinyoung, aku sudah menyuruhmu menyiapkan surat-surat. Apa sudah siap?" tanyanya.

"Sudah Tuan."

"Letakkan saja di mejaku!" titahnya kemudian bergegas pergi.

Namun belum jauh ia melanjutkan langkah, rungunya mendengar suara biola yang dimainkan. Ia kembali dan mencari sumber suara. Bergegas merasa tak suka dengan apa yang baru saja didengarnya, kemudian menemukan seorang pria tengah asik memainkan alat musik gesek itu di lingkungan Gurukul, untuk pertama kalinya. Dan itu membuatnya marah.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanyanya tajam, membuat si pemilik musik berhenti memainkan biola dan beranjak menyapa rektor Gurukul itu.

"Selamat pagi, Tuan. Namaku Seokjin. Aku ada janji denganmu, Tuan." Sapanya.

"Apa kau tidak tahu para siswa sedang belajar dan di sini tidak boleh ada keributan? Apa kau tidak tahu jika di tempat ini tidak boleh berisik?"

"Maafkan saya, Tuan. Seorang gadis kecil melihatku memegang biola, dan memintaku memainkannya. Aku tak bisa mengecewakannya." Ujar Seokjin beralasan.

"Yang lebih penting di sini tidak ada peraturan yang dilanggar. Ikuti aku!" titah Kim Sihyuk meminta Seokjin mengikuti langkahnya. Pemuda itu hanya bisa melebarkan mata melihat raut wajah Kim Sihyuk yang begitu tegas dan nada suaranya yang terdengar jahat. Ia menghela nafas bersiap dengan segala perkataan rektor satu itu. Merajut langkah yang membawanya pada satu ruangan bergaya klasik, luas dan mewah.

Mereka duduk saling berhadapan, dibatasi meja kayu dengan banyak barang di atasnya. Kim Sihyuk tengah membaca berkas yang dibawa Seokjin dengan teliti, menciptakan sunyi dan suasana canggung. Oleh sebab itu, pemuda dengan usia hampir 30-an itu mencoba mengusir bosan dengan mengetuk-ngetukkan jari pada violin case yang tadi dibawanya. Sampai mengundang tatapan tajam dari Kim Sihyuk yang merasa terganggu, membuat Seokjin tersenyum kikuk dan menyimpan kembali biolanya di atas meja. Bersamaan dengan itu, Kim Sihyuk telah menyelesaikan kegiatan membacanya, menutup kembali berkas yang dibawa Seokjin lalu menyimpannya di atas meja.

"Jadi kau mengajar musik?" Kim Sihyuk mengawali.

"Ya, Tuan."

"Dan kau ingin diberi kesempatan untuk mengajar musik di kampus ini?"

"Ya, Tuan."

"Dan sadar dengan tradisi yang ada di Gurukul?"

"Ya."

"Mengetahui fakta bahwa musik tidak pernah diajarkan di sini, dan mungkin juga tidak akan pernah diajarkan?"

"Ya, Tuan."

Kim Sihyuk menunjuk berkas yang tadi dibacanya, "Kubaca di sini kau sudah ditawari mengajar di 3 universitas lain, dan kau masih mau mencari kerja di tempat ini. Kenapa?"

Seokjin terkekeh pelan kemudian melepas kaca mata yang sejak tadi bertengger di tulang hidungnya, ia menjawab, "Aku tahu akan sangat sulit musik diterima di kampus ini. Mereka bilang itu semua tidak mungkin. Ini seperti tantangan bagiku, dan aku suka tantangan."

"Dan apa yang membuatmu berpikir kalau aku akan mengubah pikiranku?" Balas Kim Sihyuk masih dengan tampang garangnya.

"Dari semua hal yang kudengar tentangmu, Tuan, kupikir kalau Anda juga menyukai tantangan. Benar, Tuan?"

Love Stories ✔ | BlackBangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang