MOHABBATEIN 05

71 14 1
                                    

Setelan jas hitam dengan kemeja putih membalut tubuh mahasiswa Gurukul yang tengah menghadiri pesta. Sesuai izin, Seokjin merayakan pesta ulang tahunnya di aula Gurukul. Puluhan balon terikat di pintu utama, membentuk barisan guna menyambut para tamu luar yang turut diundang untuk meramaikan suasana.

Taehyung terlihat menendang udara untuk menghilangkan bosan, ditemani rekannya, pemuda itu bersandar pada pilar aula dengan kedua tangan menyelinap ke dalam saku. Sementara Jungkook hanya duduk pada pijakan tangga menuju platform dimana alat musik diletakan. Lain hal dengan yang dilakukan Jimin, hanya pemuda itu yang terlihat lebih menikmati pesta. Mengalungkan gitar pada pundak sambil sesekali memetiknya membuat nada.

Ketika itulah, bunyi gesekan violin mulai menggema.

Orang-orang di sana terinterupsi dan menemukan si pelaksana pesta muncul dari balik pintu utama. Bersama alunan violin, Seokjin melangkah sampai tiba di ambang pintu. Mana kala bunyi alat musiknya berhenti, semua mata tertuju padanya, Seokjin menatap balik lantas tersenyum. Menyadari jika dirinya datang seorang diri, tidak ada hal lain, termasuk gadis-gadis yang sudah ia janjikan sebelumnya. Membuat sebagian dari orang-orang di sana memasang raut kecewa.

Tak lama, violin kembali digesek lebih bersemangat. Bersamaan dengan itu pula, para gadis muncul dan berjalan kompak mengiringi Seokjin, sampai tiba di hadapan para pemuda Gurukul yang serentak menjadi lebih sumringah. Violin berhenti digesek, dengan Seokjin yang berada di tengah, berdiri membelah para gadis dan para pemuda.

Ditatapnya perkumpulan orang di sana, saling melirik dan mengagumi. Terlebih dikhususkan untuk seorang Jeon Jungkook, Kim Seokjin mendatangkan Lalisa Mano. Masa bodo dengan izin, untuk hari ini Seokjin mengesampingkan tabiat baik nya dan lebih memilih untuk melanggar aturan.

Selagi tidak ketahuan, semuanya akan baik-baik saja.

"Ada seorang gadis manis.."

"...yang mencintai seorang pemuda setengah mati."

Seokjin memulai dengan angannya. Pria dengan setelan formal serba putih itu mengenang kembali saat dimana dirinya terlibat dalam cinta. Masa lalu, ketika kekasihnya masih berada dalam radarnya, merayakan ulang tahun bersama, penuh suka cita. Sekarang rasanya cukup berbeda, kekasih manisnya itu tak bisa lagi menemaninya secara nyata. Seokjin harus menutup mata sampai pada angannya sendiri menghadirkan sang kekasih padanya.

"Dia menunduk.. dan malu-malu.. Berjalan melewati lorong-lorong."

Seokjin tersenyum saat sempat melirik mahasiswa-nya terdiam menyimak. Mengamati penuh penghayatan, mengerti jika sang dosen tengah membentuk ruang untuk dirinya dan sang kekasih. "Diam-diam dia menulis surat.. mungkin ada yang ingin dikatakannya.." pria Kim itu menjeda, hatinya seperti diremas ketika mengingat bagaimana perjalanan cintanya dulu. Bagaimana perjuangan keduanya, sampai pada takdir yang tak terduga.

Kisah kelam yang mengantarnya pada perpisahan.

Seokjin tak pernah ingin jika kisahnya akan dialami oleh orang lain.

"Tapi siapa yang dia takutkan?" gumamnya lagi. Dengan suara yang kian melirih, Seokjin melanjutkan, "Setiap bertemu denganku, dia selalu bertanya.. Bagaimana cinta bisa terjadi?"

Dalam benaknya, Seokjin hanya berhasil menggumamkan satu nama. Dalam pikirannya, hanya suara kekasihnya yang mengalun menciptakan damai. Seokjin melukiskan bayang-bayang untuk dirinya. Mengangkat satu tangan dimana sang kekasih berhasil menggapainya dari arah belakang. Kekasihnya datang dengan satu kue, dan tiba di hadapan Seokjin.

Ketika itu, Jimin yang penasaran bertanya, "Lalu kau jawab apa, Sir?"

Seokjin memberikan senyumnya untuk sang kekasih, "Aku hanya berkata..." meniup lilin lantas mendapat satu kecupan di bibir, sebelum akhirnya bayang-bayang sang kekasih kembali hilang dari hadapannya.

Love Stories ✔ | BlackBangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang